Teror di DKI Yang Akan Kita Hadapi Bersama
5 January 2012 | 9:06 am | Dilihat : 587
Jakarta. Jadi Gubernur DKI? Wah, berat tong! Begitu kira-kira pemikiran penulis saat beberapa teman datang bertandang untuk menyampaikan maksud menyalonkan penulis maju dalam Pilkada bulan Juli mendatang. Yang terpikir adalah bagaimana mengatasi banjir dan macet yang sangat menekan dan membosankan. Karena penulis selama ini menjadi penulis dan narasumber yang berkaitan dengan teror, maka yang terpikir, banjir dan macet adalah bagian dari serangan teror terhadap penduduk DKI. Itu masalah utama penduduk. Gubernur katanya bapak atau kepala daerah, jadi ya harus berusaha membuat masyarakatnya nyaman, kira-kira begitulah.
Bayangkan, kalau hujan besar sedikit saja, beberapa bagian penduduk akan merasa was-was, khawatir bila banjir mendadak tiba. Terlebih bagi penduduk yang selalu menjadi langganan banjir. Nah, rasa takut itu termasuk tekanan teror yang membuat hidup tidak tenang. Terlebih berita teror kabarnya 2012 jakarta akan menjumpai banjir lima tahunan, banjir besar.
Selain banjir, demikian juga persoalan macet. Ini persoalan yang semakin lama semakin meneror masyarakat Jakarta. Rasa kecal, bosan dan bahkan benci dalam perjalanan panjang di ibukota tidak terasa semakin membuat tidak nyaman apabila kita berada di jalan manapun. Terlebih kalau ada yang merasa ingin kebelakang, mau melahirkan, mau rapat. Semua harus dihitung cermat di Jakarta, kalau tidak ingin repot, susah dan malu.
Itu baru dua masalah pokok di Jakarta yang jelas membuat "keder" bagi calon Gubernur DKI yang mau mikir. Belum lagi masalah keamanan, sampah, rob, kerusakan fasum fasos akibat tangan iseng, perkelahian pelajar dan soal-soal kelompok yang diciri sebagai mafia.
Gubernur DKI dalam catatan akhir tahun 2011 menyampaikan bahwa angka kemiskinan di ibukota bertambah 3,75 persen menjadi 363.000 orang dari 9,61 juta penduduk Jakarta. Kemiskinan terutama sebagai akibat naiknya harga sembako. Menurutnya angka pengangguran sekitar 10,83 persen. Ketua DPRD DKI Jakarta, Ferrial Sofyan mengatakan bahwa angka pengangguran pada usia 15-24 tahun di Jakarta mencapai 25 persen atau di atas rata-rata jumlah nasional yang hanya 22,2 persen. Ferrial juga mengatakan pengangguran di kalangan kelompok muda harus disikapi sebagai ancaman serius bagi Jakarta.
Menurut Gubernur, penyediaan air bersih menjadi masalah. Pemda memikirkan mengalirkan air dari waduk Jatiluhur menjadi salah satu pilihan. Entah itu solusi atau bahkan menimbulkan masalah baru. Banjir Rob menjadi masalah berat karena adanya penurunan tanah di Jakarta Utara, sementara kantong-kantong air jangka panjang masih jauh dari harapan.
Pemprov DKI Jakarta akan mengenakan wajib belajar 12 tahun (setingkat SMA), dimana akan dialokasikan 26 persen dari Rp 31,76 triliun APBD DKI 2012 untuk biaya pendidikan di ibu kota. Dana tersebut antara lain disalurkan dalam bentuk biaya operasional Pendidikan (BOP) untuk seluruh siswa tingkat SD dan SMP, serta bantuan operasional buku (BOB) untuk siswa SMA dan SMK. Di samping mendapat BOS, setiap siswa SD dan SMP DKI juga menerima BOP dan BOB dari APBD.
Sama seperti daerah lainnya, setiap siswa SD mendapat BOS yang dibiayai APBN sebesar Rp 400 ribu per tahun dan siswa SMP mendapat Rp 575 ribu per tahun. Sementara dari dana BOP setiap siswa SD menerima biaya sebesar Rp 720 ribu per tahun dan siswa SMP sebesar Rp 1.320.000 per tahun. Sedangkan SMA juga mendapatkan Biaya Operasional Buku (BOB) sebesar Rp 900 ribu per tahun dan SMK sebesar Rp 1,8 juta per tahun.
Menurut data Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, hal ini sebagai akibat penggunaan ruang jalan yang tidak efektif dan efisien, pertumbuhan kendaraan yang tidak terkendali dan ketersediaan serta penggunaan angkutan umum yang belum memadai. Tahun 2010, sebanyak 15,3 juta kendaraan bermotor per hari berjejalan di Jakarta. Pertumbuhan rata-rata selama 5 tahun terakhir sekitar 8,0 persen per tahun, untuk kurun waktu 2006-2010.
Sebagai perbandingan, penggunaan kendaraan pribadi sebesar 98,8 persen, dan harus melayani 44 persen perjalanan. Sedangkan angkutan umum yang hanya 1,2 persen harus melayani 56 persen perjalanan, di antaranya 3 persen dilayani KA/KRL Jabodetabek. Kemudian, panjang jalan di Jakarta hanya 6.549 km, termasuk jalan layang non tol (JLNT) 57 km. Luas jalan 42,3 km persegi (6,4 persen dari luas wilayah DKI Jakarta). Pertumbuhan panjang jalan hanya 0,01 persen pertahun. Diperkirakan, Rp 45,2 triliun per tahun terbuang untuk kebutuhan BBM, operasional kendaraan, nilai waktu dan ekonomi hingga pencemaran udara.
Berbicara soal keamanan, menurut Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Untung S Rajab, yang menyolok kasus tindak pemerkosaan tahun 2011 meningkat 13,33 persen. Tahun 2010 terjadi 60 kasus, tahun 2011 68 kasus. Kasus lainnya adalah pembunuhan, narkoba, korupsi, pencurian dengan kekerasan, terorisme dan kebakaran. Polda Metro mampu mengungkap kasus narkoba 4.694 pada 2011, sedang tahun 2010 jumlahnya 4.989 kasus. Kaus Narkoba menyolok dengan diungkapnya sembilan jaringan narkoba yang dikendalikan dua narapidana asal Nigeria dari LP Nusakambangan. Kita ketahui narkoba adalah penghancur tehnis secara perlahan generasi penerus bangsa. Jaringan internasional makin kuat disini nampaknya.
Nah, itulah sekelumit masalah dan apa upaya pemprov DKI. Jelas ini bukan sebuah masalah yang mudah, kalau boleh dikatakan rumit. Setelah berfikir selama dua minggu, penulis akhirnya memutuskan bahwa di usia senja, pengabdian kepada bangsa, negara dan masyarakat adalah sebuah bagian hidup yang selama ini diyakininya yaitu ibadah. (Manusia, yang penulis ketahui umurnya berkisar antara 60-70 tahun. Sebagai contoh, teman penulis Akabri Udara 1970, kini sudah 30 persen meninggal dunia, sebelum mencapai usia 63 tahun). Penulis yakin bahwa apabila seorang pemimpin di DKI melaksanakan tugasnya dengan bekal pengetahuan tentang kepemimpinan serta kemampuan dengan bekal pendidikan dan pengalaman, dan kebersihan hatinya, Insyaallah akan berjalan dengan baik.
DKI membutuhkan pemimpin yang harus berangkat dengan "NIAT" yang baik dan mau mengabdi kepada tugasnya. Bersama dengan Ir.Teddy Suratmadji Msc, seorang ulama dan profesional yang mumpuni, berpengalaman, penulis dengan dukungan sebuah team akan berusaha mengawali perjuangan sebagai Cagub dan Cawagub DKI Jakarta periode 2012-2017.
Apa modal kami berdua memberanikan diri maju? Sebagai muslim, pemecahan ribetnya Jakarta harus merujuk kepada empat karakter "Umaro" atau pemimpin seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yaitu :
- Pertama, Sidiq, mempunyai arti pemimpin yang jujur, tidak bohong, apa adanya, tidak sekedar jual janji/tebar pesona, integritas di utamakan.
- Kedua, Amanah, Pemimpin yang bisa dipercaya, tidak korup, tidak khianat, accountable, transparan.
- Ketiga, Tabligh, Pemimpin yang mampu berkomunikasi atau komunikatif, menyerap aspirasi rakyat.
- Keempat Fathonah, pemimpin yang cerdas, bijaksana, tegas.
Nah, kini pembaca sedikit mengetahui latar belakang kami untuk maju. Kami berdua adalah muslim dan kami independen, kami orang Jakarta, mewakili masyarakat yang menginginkan perbaikan. Kami akan berusaha tegas, mengedepankan disiplin dan selalu independen. Itulah kami, mohon doa masyarakat Jakarta. Kami berdua akan mewakili anda berjuang tidak melalui parpol yang sudah terkotak-kotak.
Mari bersama kita perbaiki dan benahi Jakarta kota kita tercinta. Sebagai anak Kemayoran, keturunan Betawi, penulis mengajak partisipasi anda mendukung kami. Sebagai dukungan awal, kirimkan copy KTP anda (KTP DKI) dan keluarga/teman melalui email: prayramelan@ymail.com, petugas kami akan mengecek dan mendatangi anda untuk tanda tangan formulir dukungan. Mau bukan?
Kami maju tidak dengan janji program dan segala tetek bengeknya. Kami maju dengan sebuah niat baik dengan memohon RidhoNya. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan perlindungan dan jalan yang terang dalam upaya perjuangan kita bersama. Salam perjuangan untuk warga Jakarta. Prayitno Ramelan (Bang Ramelan).