7 Teroris tewas ditembak Densus di Makassar dan NTB

6 January 2013 | 12:25 am | Dilihat : 469

Dalam dua hari terakhir, Jumat (4/1) dan Sabtu (5/1), Densus 88 Anti teror telah menembak mati 7 tersangka teroris di dua kota yaitu Makassar dan Dompu Nusa Tenggara Barat. Pengejaran  terhadap kelompok teror makin intensif dilakukan, pasukan TNI telah diterjunkan ke kawasan bergolak.  Mengirimkan perkuatan ke Polri, sejak dua bulan lalu,  hari Rabu (30/10/2012),  satu SSK (Satuan Setingkat Kompi) berjumlah  seratus orang lebih anggota dari Brigade Infanteri (Brigif) Otamanasa 711 Palu, Sulawesi Tengah, telah BKO-kan ke Polres Poso.

Kodam Wirabuwana akan menambah perkuatan dua peleton pasukan Kompi Senapan B Toboli, Kabupaten Parigi Moutong. Pasukan tersebut akan bergabung dan memperkuat operasi penegakan hukum terkait dengan maraknya aksi teror yang terjadi di Poso. Aksi brutal kelompok teroris di Poso memuncak dan dinilai semakin serius terutama setelah mereka membunuh dua anggota polisi Poso ("Teror di Poso, dua Anggota Polisi dibunuh"), http://ramalanintelijen.net/?p=5817 serta kemudian  menembak mati empat anggota Brimob di Poso. Baca, "Kembali Empat Brimob Tewas Ditembak Teroris di Poso",  http://ramalanintelijen.net/?p=6150.

Peristiwa tersebut mendapat perhatian penuh Presiden, dan menegaskan, “Itu tidak dianggap seperti peristiwa biasa, tapi harus diikuti dengan langkah-langkah yang tepat, tegas, dan benar dengan tujuan untuk melindungi rakyat,” katanya dua bulan lalu  di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jumat (21/12). Presiden meminta langkah tegas untuk mengakhiri kekerasan yang terjadi di Poso, mengingat kekerasan yang terjadi bukan sesuatu yang biasa lagi. Menurutnya, tidak boleh di negeri ini ada elemen bersenjata, seberapa pun besarnya dan bisa melakukan apa saja. Ditegaskannya,  “Itu prinsip bagi kita itulah tugas kepolisian dan TNI sesuai dengan UU yang telah diterapklan di republik ini.”

 

Hasil Operasi Intelijen dan Densus-88 di Makassar dan Dompu

 

Densus-88 terus mengejar tersangka teroris, bersama unsur TNI, dengan melakukan penyisiran di wilayah Poso. Sementara itu setelah terjadinya pelemparan bom rakitan terhadap Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo pada HUT Golkar di depan Monumen Mandala, Makassar, 11 November 2012, intelijen dan Densus terus melakukan penyelidikan dan pendalaman, (Baca: http://ramalanintelijen.net/?p=5976).  Menurut informasi intelijen, kelompok teroris Makassar  dicurigai akan menunggangi suasana menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel 2013 dan diduga berniat menciptakan kekacauan pada pesta demokrasi tersebut. Rencana mereka gagal setelah bom rakitan yang diletakkan di pos polisi Makassar tidak meledak.

Dari hasil pengembangan,  Densus kemudian menangkap Awaludin dan Andika atas keterlibatan pelemparan bom di Makasaar. Keduanya terlibat jaringan Poso. Aksi mereka atas perintah Hasan dan Syamsudin. Setelah penjejakan selama 1,5 bulan, Densus kemudian menyergap Hasan kelahiran Palopo, 31 Mei 1978, dan Ahmad Khalil alias Hasan alias Kholid, kelahiran Palopo, 27 Juli 1977 yang tinggal di Makassar. Keduanya tewas ditembak pada Jumat (4/1) , pukul 10.45 WITA oleh Densus 88 Antiteror Polri di muka  Masjid Nur Alfiah, RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Dari hasil penyergapan, ditemukan barang bukti senjata jenis FN dan juga granat manggis yang telah berhasil  disita petugas.

Dari data base didapat informasi bahwa Syamsudin alias Asmar alias Abu Uswah adalah wiraswastawan yang tinggal di Paceraking, Makassar, sedangkan Ahmad Khalil alias Hasan, alias Kholid, adalah pegawai swasta, yang tinggal di Kelurahan Sudiang Raya, Makassar. Keduanya menurut Karo Penmas Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar pernah memfasilitasi Santoso selama berada di Sulawesi Selatan dan juga terkait dengan kelompok yang melakukan pembunuhan terhadap dua anggota polisi di Tamanjeka, Poso.

Hasan alias Kholid diduga terkait jaringan Abu Omar yang merupakan pemasok senjata api dari Filipina. Hasan diketahui dengan mudah mendapatkan senjata api untuk mendukung aksi terornya. Dikatakan oleh Boy Rafli,“Mereka punya hubungan terkait dengan masalah senjata api karena Hasan ini sepertinya dia termasuk yang mudah mendapatkan senjata. Analisisnya adalah dia kelompok dari Abu Omar,” tegasnya. Abu Omar ( http://ramalanintelijen.net/?p=5741) sendiri telah ditangkap Juli 2011 di Jakarta dan telah divonis 10 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Abu Omar terbukti menjadi pemasok senjata dari Filipina kepada kelompok teror di Indonesia seperti di Cirebon dan Klaten.

Penangkapan selanjutnya dilakukan pada Jumat pukul 14.30 Wita di Terminal Daya, Makassar terhadap Thamrin dan Arbain yang sempat meloloskan diri  saat penggerebekan di depan Masjid Nurul Alfiat. Dari hasil pemeriksaan keduanya, polisi kemudian menangkap Syarifudin dan Fadhli pada pukul 18.30 Wita. Dalam penangkapan itu, Densus 88 melumpuhkan kaki kedua terduga teroris tersebut dengan tembakan.

Pada saat yang  hampir bersamaan, tim Densus juga melumpuhkan kelompok terkait Poso  di Dompu, Nusa Tenggara Barat. Dua orang kemudian ditembak mati karena melakukan perlawanan.  Keduanya adalah Roy dan Bachtiar.

Karo Penmas menjelaskan, "Terakhir hari ini (Sabtu 5/1) pukul 07.00 ada tiga orang yang ditembak mati di Kebon Kacang, Kelurahan Kandai, Dompu, Nusa Tenggara Barat. Dari tiga orang yang tewas ini, satu sudah teridentifikasi atas nama Andi, sementara dua lainnya belum teridentifikasi. Dari tiga orang itu diamankan senjata api laras pendek jenis FN," kata Boy.

Dalam rangkaian  penangkapan tersebut, polisi menyita barang bukti 1 bom pipa siap ledak, 4 bom pipa masih dalam perakitan, serta bahan-bahan pembuat bom, yaitu urea, asam nitrat, sodium, paku besi, dan baterai. "Kelompok ini terkait dengan pelatihan teroris di Poso, penyerangan Gubernur Sulawesi Selatan di Poso, dan melakukan aksi teror di daerah Dompu," tegas Boy.

Dari hasil penyergapan di Makassar dan Dompu,NTB, terlihat bahwa terdapat link yang kuat antara dua kota tersebut. Mereka selama ini beroperasi di wilayah Poso dengan melakukan beberapa latihan teror. Dengan perkuatan pasukan dari TNI (Kodam Wirabuana), maka ruang gerak mereka jelas akan semakin terbatas. Ketegasan dan operasi gabungan diharapkan akan lebih cepat menuntaskan sel-sel yang berada di kawasan hutan Poso, dan sebagian dari mereka sudah menyebar yang diindikasikan akan melakukan pengacauan, seperti yang mereka kerjakan di Makassar.

Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

Ilustrasi Gambar : Kompas.com

 

 

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.