Pengaruh Lingkungan Strategis terhadap APBN

1 April 2012 | 2:05 am | Dilihat : 4407

 

Pengantar

 

Dalam beberapa  hari terakhir, bangsa Indonesia disibukkan dengan topik kenaikan harga BBM. Terjadi demonstrasi dibeberapa kota dan bahkan menjurus ketindakan anarkis. Kunci keributan berakhir di Gedung DPR, dimana setelah melalui perdebatan panas dalam sidang paripurnanya tanggal 30 hingga 31 Maret dinihari, DPR akhirnya memberi keleluasaan bagi pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Pemerintah oleh DPR diberi kewenangan menyesuaikan harga BBM apabila harga minyak mentah Indonesia (ICP) untuk kurun waktu enam bulan mengalami kenaikan atau penurunan 15% dari asumsi ICP APBN-P 2012, USD105 per barel (Dalam APBN 2012 ditetapkan USD90 per barel). Dengan demikian, harga BBM berpotensi dinaikkan apabila ICP mencapai USD120,75 per barel. Mengacu pada angka itu, bisa dipastikan kenaikan harga BBM bersubsidi ditunda dari rencana semula 1 April 2012. Ini didasarkan dengan data Kementerian ESDM, ICP dalam enam bulan terakhir secara rata-rata baru mencapai USD116 per barel.

Demikian pentingkah arti harga minyak dunia bagi Indonesia? Jawabannya hanya satu,  "sangat penting." Disela-sela kunjungannya ke Korea, Presiden SBY  menanggapi aksi demo anti naiknya harga BBM, dan menyatakan "Jika kebijakan populer yang diambil, yaitu tidak menaikkan harga BBM, maka keadaan perekonomian Indonesia akan mandek dan begitu-begitu saja. Kalau kebijakan populer, saya akan merasa bersalah dan berdosa karena tahu ekonomi kita tidak sehat, ekonomi kita akan jatuh." Selanjutnya Presiden SBY meminta semua pihak harus melihat kebijakan ini sebagai opsi penyelamatan ekonomi Indonesia.

Dengan demikian, maka nampak  perekonomian Indonesia rentan terhadap kenaikan harga minyak dunia, baik dari sisi fiskal maupun dari sisi makro ekonomi. Kesimpulannya sederhana, kita harus betul-betul fokus dan mewaspadai  terjadinya fluktuasi harga minyak dunia. Nah, dengan demikian maka intelijen sebagai sub sistem negara serta kementerian yang bertanggung jawab dibidang ekonomi harus mampu membuat perkiraan akan naik turunnya harga minyak dunia. Mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan.

Disitulah bergunanya peran penting para analis yang merupakan team, sehingga pemerintah jauh hari bisa membuat perencanaan kebijakan-kebijakan yang betul-betul bisa difahami oleh siapapun yang berkepentingan dengan kunci pokok masalah. Perkiraan tersebut berkaitan sangat erat  dengan penilaian lingkungan strategis. Mencermati masalah tersebut, penulis mencoba mengulas pengaruh lingkungan strategis terhadap harga minyak yang sangat berpengaruh terhadap APBN, yang  kita ketahui bersama dalam beberapa bulan terpaksa harus disesuaikan dan dilakukan perubahan. Mengingat harga minyak akan berimbas kepada harga jual di dalam negeri dan menyangkut harkat hidup rakyat banyak, masalah mudah dipolitisir dan dapat dipastikan akan mempengaruhi stabilitas politik dan keamanan.

 

Lingkungan Strategis

 

Dalam teorinya, Lingkungan strategis adalah situasi internal dan eksternal baik yang statis (tri gatra) maupun dinamis (pancagatra) yang memberikan pengaruh pada pencapaikan tujuan nasional. Aspek Trigatra, merupakan aspek alamiah yaitu posisi dan lokasi geografi negara,  keadaan dan kekayaan alam, keadaan dan kemampuan penduduk. Sementara aspek Pancagatra, merupakan aspek sosial kemasyarakatan / Ipoleksosbudhankam, yaitu Ideologi, Politik,  Ekonomi, Sosial Budaya dan Pertahanan Keamanan.

Pada saat ini konsep negara bangsa dan nasionalisme Indonesia sedang dalam dilema antara dua kekuatan besar, yakni antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai perubahan lingkungan strategis.   Termasuk di dalamnya terjadi pergeseran pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah bentuk neo kapitalisme transnasional, yang selalu berusaha mengintervensi kebijakan dan kedaulatan nasional  (Dr. Ir. Dwi Sulisworo, MT).

Setelah perang dingin, interaksi negara-negara besar tidak lagi dipengaruhi dengan persaingan masalah ideologi, tetapi pertarungan bergeser kearah perebutan akses ekonomi. Kepentingan negara-negara besar lebih diorientasikan dalam menjaga stabilitas ekonomi yang ditopang dengan kekuatan politik dan militer. Oleh karenanya konflik-konflik yang terjadi lebih kepada  konflik yang berdimensi ekonomi, seperti konflik perebutan sumber daya alam ataupun konflik yang dilandasi upaya mengamankan jalur transportasi perdagangan internasional, khususnya jalur laut perdagangan internasional. Menurut pendapat ahli Lingstra, terdapat tiga wilayah yang potensial dapat melahirkan konflik energi, yaitu Timur Tengah, kawasan Laut China Selatan dan disekitar laut Kaspia (IDSPS).

 

Perebutan Ruang dan Sumber untuk Hidup

 

Pada tahun 2020,  diperkirakan penduduk dunia akan mencapai 10 milyar. Dengan populasi yang terus bertambah, sementara sumber daya alam dan tempat tinggal tetap, maka manusia di dunia akan semakin keras berebut untuk hidup, agar mereka dapat terus melanjutkan hidup. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana masa depan kehidupan dimana populasi terus bertambah, sementara sumber pangan dan energi menjadi semakin terbatas. Itulah tantangan sehingga masyarakat dunia terus berlomba untuk penguasaan dua sumber tadi.

Selama ini, disadari ataupun tidak, banyak harta kekayaan, wilayah dan sumber daya alam kita yang telah diperebutkan dan dikuasai oleh asing. Itulah salah satu contoh perebutan ruang hidup yang menurut penulis  kurang diantisipasi oleh bangsa Indonesia. Kita sangat kurang berusaha untuk ikut berebut, ataukah mungkin kita tidak tahu adanya perebutan? Sebagai akibatnya Timor Timur, Sipadan Ligitan dan beberapa sumber daya alam dan sumber daya buatan kita kini telah dikuasai dan dimiliki oleh asing.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita sebagai sebuah bangsa, harus berusaha untuk terus berusaha hidup dengan memperebutkan khususnya milik kita sebagai modal penyambung hidup keturunan bangsa Indonesia pada masa mendatang. Tanpa upaya berebut (dalam arti mempertahankan hak milik bangsa), maka dalam beberapa tahun mendatang kita akan menjadi kuli dinegaranya sendiri. Nah karena itu kita harus faham dengan kondisi Lingstra tersebut.

 

Ikuti Pergerakan dan Arah Kebijakan Strategis Amerika

 

Di dunia ini, Amerika Serikat (AS) masih akan mendominasi ekonomi dan politik dunia yang berarti ikut mengatur dunia demi untuk kepentingan nasionalnya. Posisi AS dalam sistem internasional dewasa ini belum bisa ditandingi oleh kekuatan manapun. Bahkan oleh Uni Eropa sekalipun. Apalagi oleh kekuatan-kekuatan regional seperti Brasil, Argentina, Afrika Selatan, India, ASEAN, Jepang, dan China. Perilaku kekuatan-kekuatan ini belum mampu membentuk sistem internasional baru yang mampu menantang supremasi AS.

Dalam posisinya tersebut, perubahan kebijakan dan perilaku Amerika Serikat dipastikan akan mempengaruhi kepentingan Indonesia. Terlebih untuk kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik yang merupakan kawasan yang kini menjadi perhatiannya. Kawasan yang sangat strategis dan utama bagi Amerika Serikat. Kehadiran Amerika Serikat di kawasan sekitar Indonesia ini harus diperhitungkan menjadi kondisi obyektif dalam perumusan kebijakan keamanan dan pertahanan Indonesia serta kepentingan perekonomian Indonesia.

Kebijakan AS dan negara-negara dikawasan Asia Tenggara akan terfokus pada kepentingan maritim, mulai dari perlindungan terhadap jalur komunikasi laut (SLOC, Sea Lanes of Communication)  dan jalur perdagangan laut (SLOT, Sea Lanes of Trade) yang vital bagi perdagangan internasional, jalur pemasok energi, dan ekonomi.

AS dalam beberapa tahun terakhir telah merubah kebijakannya dengan mengurangi beban baik anggaran maupun tekanan politik di dalam negerinya, dengan cara mengurangi operasi serta keterlibatan militernya berupa deployment pasukan dalam jumlah besar di Irak, Afghanistan dan pengurangan pasukan di kawasan Eropa. Menhan Panetta mengatakan bahwa dengan adanya kendala anggaran pertahanan yang tersedia serta kebijakan fokus Amerika pada wilayah Asia, AS terpaksa menarik dua Brigade tempur pasukannya (10.000 pasukan) dari Eropa. Kebijakan tersebut tidak dengan maksud meninggalkan para negara sahabat di Eropa.

Kebijakan baru pemerintahan Presiden Obama adalah, penugasan militer secukupnya apabila ancaman tidak langsung ke negaranya, dan AS akan mengerahkan kekuatan penuh apabila musuh mengancam kedaulatan negara berupa ancaman langsung. Seperti yang pernah penulis sampaikan pada artikel terdahulu, Presiden Obama menegaskan, "Ketika terancam, kita harus merespon dengan kekuatan," tegasnya. “But when that force can be targeted, we need not deploy large armies overseas,” jelasnya.

Dalam kaitan kebijakan ini, AS telah selesai menarik pasukan dari Irak, akan mempercepat penarikan pasukan dari Afghanistan yang semula  direncanakan akhir tahun 2014, telah diputuskan akan dimajukan  pada tahun 2013.

Dalam konteks ancaman external, AS akan fokus mengawasi dua negara yang diperkirakan mampu membuat bom nuklir ataupun memproduksi peluru kendali balistik berhulu ledak nuklir (Iran dan Korea Utara). AS cukup memiliki pengalaman pahit mendapat serangan teror pada 11 September kelabu, yang meruntuhkan WTC. Karena itu dalam menghadapi dua negara dengan militansi yang sulit terbayangkan, AS jelas tidak akan memandang ringan. Teror nuklir adalah ancaman yang kini paling ditakutkan negara super power tersebut.

Dalam upaya menekan Iran untuk pembatalan proyek nuklirnya, AS melakukan tekanan ekonomi  dan perdagangan kepada Iran. Demikian juga tekanan ekonominya diberlakukan kepada Korea Utara. Pengaruh dari kenaikan harga minyak dunia akhir-akhir ini adalah sebagai akibat adanya ketegangan di kawasan Teluk Hormutz yang memiliki posisi strategis dalam pengiriman minyak dari penghasil minyak di kawasan Arab ke seluruh dunia.

Ketegangan politik antara Iran dengan Amerika Serikat yang semakin memuncak akhir-akhir ini dengan mulai bergeraknya kapal-kapal perang Iran di Teluk Hormutz menjadi semakin serius. "Kuncinya yang mendorong harga gas lebih tinggi sebenarnya adalah pasar minyak dunia dan ketidak pastian tentang apa yang terjadi di Iran dan Timur Tengah, dan itu menambahkan premi 20 dolar AS atau 30 dolar AS terhadap harga minyak," kata Obama dalam sebuah wawancara dengan American Automobile Association (AAA) yang diterbitkan Jumat (30/3). Obama juga mengatakan, meningkatnya permintaan minyak di China dan India juga sebagai penyebab kenaikan harga.

Kini AS mulai lebih fokus ke kawasan Asia Tenggara, dimana AS melihat ancaman terhadap perekonomiannya akan terganggu apabila wilayah Laut China Selatan dapat dikuasai oleh China ataupun diganggu oleh Korea Utara. Penulis menuliskan pada artikel terdahulu bahwa Amerika melihat bahwa ancaman China bukan hanya merupakan masalah perebutan wilayah yang kaya minyak dan gas di kepulauan  spratly belaka. Ada yang jauh lebih berbahaya dan cenderung akan mengganggu dan mengancam AS dimasa mendatang.

RobertF Willard, Komandan Komando Pasifik AS, menjelaskan bahwa nilai jalur laut kawasan Laut China Selatan untuk perdagangan bilateral tahunan bernilai US$ 5,3 triliun, di mana US$ 1,2 triliun terkait dengan AS. Sebagai negara super power AS jelas tidak ingin merasa terganggu dan terancam baik SLOT maupun SlOC yang dinilainya vital tersebut.

Kini AS bersama Australia akan membangun landasan untuk pesawat pengintai tanpa awak  (drone) di Cocos Island,  Gelar pasukan di Darwin, kerjasama dengan Australia penggunaan pangkalan AL di Brisbane dan Perth, Merencanakan pelabuhan Singapura untuk pangkalan kapal perang AS, Merencanakan pangkalan di Phillipina untuk pangkalan Marinir dan pesawat pengintai, termasuk pangkalan AL AS.

Nah dengan mengetahui kebijakan AS tersebut, para analis intelijen di Indonesia akan bisa memberikan gambaran tentang kemungkinan konflik yang akan terjadi di kawasan manapun di belahan dunia ini. Tetapi perkiraan intelijen konflik di kawasan Asia Tenggara, khususnya di Laut China Selatan sangat perlu untuk terus menerus dicermati. Semuanya hanya suply informasi intelijen dan kepentingan user-nya yaitu Presiden SBY. Kawasan Asia Tenggara, khususnya Laut China Selatan lebih jelas telah menjadi fokus AS dalam mengamankan jalur komunikasi dan perdagangan internasional. Mereka meyakini dimasa mendatang China mempunyai keinginan kuat untuk menguasai jalur tersebut.

Dalam waktu dekat, hal lain terkait dengan masalah lingkungan strategis yang sangat patut kita ketahui adalah kemungkinan penyerangan terhadap Iran. Negara yang sangat tidak suka perkembangan proyek nuklir Iran adalah AS dan Israel. AS pada saat ini masih melihat nuklir Iran belum merupakan ancaman nyata, diklasifikasikan sebagai bakal ancaman. Karena itu langkah yang diambilnya bukan represif ataupun preemtive strike, tetapi melakukan pressure di bidang ekonomi. Berbeda dengan penilaian Israel yang negaranya jauh lebih dekat dengan Iran.

AS nampaknya belum melihat kemampuan Iran memproduksi peluru kendali balistik yang dinilainya akan mengancam mainland-nya. AS terus berusaha mendinginkan kenginan Israel yang sangat ingin menghancurkan reaktor atom Iran tersebut. AS sadar bahwa serangan langsung ke Iran akan dapat membangkitkan semangat anti ke negaranya disamping munculnya komplikasi lain yang sulit diperkirakan. AS menilai Korea Utara merupakan ancaman lebih nyata, itulah pertimbangan geser kekuatan ke kawasan Asia Tenggara seperti yang disebutkan oleh Presiden Obama.

Beberapa negara Liga Arab juga menyatakan tidak suka, bahkan telah mengeluarkan Iran keluar dari liga tersebut. Akan tetapi mereka tidak bisa berbuat apapun terhadap Iran yang demikian militan dan berani mati. Apabila Iran diserang, baik oleh Israel ataupun AS, maka dipastikan  harga minyak dunia akan langsung membubung tinggi. Ini perkiraan jangka pendeknya, kemungkinan keputusan akan diserang ataupun tidak diperkirakan akan  diambil dalam waktu satu hingga dua bulan kedepan. Inilah yang sangat perlu difahami dan diketahui oleh para pengambil keputusan di Indonesia.

 

Kesimpulan

 

Perekonomian Indonesia masih rentan terhadap minyak dunia, sehingga dibutuhkan perhatian khusus dan fokus terhadap kemungkinan pergerakan harga minyak tersebut.  Perkiraan yang lebih fokus disarankan merupakan gabungan team intelijen dan analis ekonomi.

Arus globalisasi yang merupakan perubahan lingkungan strategis harus disikapi dan dihadapi dengan bijak dan cerdas, dengan nilai kebangsaan yang jelas. Masyarakat Indonesia harus menyadari terjadinya upaya berebut ruang dan sumber hidup diantara bangsa-bangsa-bangsa di dunia, karena itu Indonesia seharusnya tidak pasif, harus ikut berebut dan mempertahankan kekayaan alamnya.

Ikuti arah pergerakan dan kebijakan militer dan politik AS, karena disitulah set-up kemungkinan terjadinya konflik baru. Indonesia berada dikawasan yang kemungkinan besar akan menjadi medan konflik antara AS dengan China dan Korea Utara. Oleh karena itu Indonesia memang sudah waktunya lebih berbenah dalam hal pertahanan serta kebijakan ekonomi lainnya. Indonesia harus mengikuti persaingan ekonomi negara-negara lainnya di dunia. disesuaikan dengan kepentingan sendiri.

Kita perlu terus mewaspadai dan memperhatikan apabila AS sudah mengaktifkan pesawat intai tanpa awaknya, dan dipastikan tidak ada lagi rahasia bagi Indonesia, walaupun drones nampaknya akan dimainkan untuk memonitor kawasan Laut China Selatan dan Selat Sunda. Tidak tertutup kemungkinan drones akan menjelajahi wilayah indonesia lainnya dengan kemajuan teknologinya yang sulit dimonitor dan bahkan ada yang bekemampuan stealth (anti radar). Kecerdasan dan kecerdikan intelijen akan dihadapkan dengan kemampuan teknologi tinggi negara besar tersebut yang mulai memainkan kartu disekitar kita. Entah bagaimana caranya, hanya pejabat intelijen terkait yang memahami dan mengantisipasinya.

Berkait dengan harga minyak dunia, Indonesia perlu mengikuti perkembangan pembicaraan antara AS-Israel tentang penanganan dan kebijakan soal nuklir Iran. Bukan tidak mungkin seperti sejarah masa lalu, Israel yang sukses melakukan SUL (Serangan Udara Langsung) terhadap proyek nuklir Irak (Osirak). Israel hanya membutuhkan akurasi informasi serta bom penembus bunker dari AS untuk menyerang fasilitas nuklir Iran yang disembunyikan jauh dibawah tanah. Apabila Iran diserang, maka dipastikan harga minyak dunia akan naik dan akan berimbas besar ke Indonesia. Demi penyelamatan ekonomi negara, Indonesia terpaksa harus menaikkan harga minyak dalam negeri, dan mengurangi subsidi. Ini yang akan kembali mengguncang Indonesia dengan aksi penolakan ulang yang mungkin akan lebih dahsyat.

Dengan demikian, terlihat bahwa pengetahuan Lingkungan Strategis sangat perlu untuk diketahui dan difahami serta dijadikan dasar dalam membuat kebijakan di Indonesia, khususnya kebijakan pokok yaitu APBN. Kita akan selamat apabila mampu menggunakan pengetahuan dan memiliki kemauan keras. Tanpa pengetahuan lingstra yang akurat, tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada para pengemban amanah,  maka para pemimpin, pejabat dan politisi itu akan mendapat kejutan meloncatnya harga minyak secara mendadak tanpa adanya signal awal. Semoga ada manfaatnya tulisan sederhana ini. Salam Lingstra.

Prayitno Ramelan (www.ramalanintelijen.net )

 

 

 

 

 

 

 

 

 

This entry was posted in Umum. Bookmark the permalink.