Kini Teroris Menyerang Dengan Perang Urat Syaraf dan Propaganda

6 October 2011 | 5:02 pm | Dilihat : 1219

Setelah peledakan bom bunuh diri di Gereja GBIS Kepunton pada tanggal 25 September 2011, media disibukkan dengan berita pengejaran beberapa orang DPO dari jaringan teror di Cirebon yang menghilang setelah penyerangan mesjid di Polres Cirebon lima bulan yang lalu. Seorang DPO, Beni Asri dapat ditangkap di Solok Sumatera Barat minggu lalu. Kini tersisa enam DPO lagi, dimana salah satu tokohnya yang cukup terkenal Upik Lawanga alias Taufik Bulanga masih beroperasi. Upik dikenal sebagai tokoh teror senior da;am jaringan lama.

Dalam pengejaran para DPO tersebut, yang jelas jaringannya tidak hanya itu saja, setelah bom bunuh diri di Solo, telah muncul aksi teror berupa ancaman dan rencana pengeboman palsu. Terlepas benar dan tidaknya ancaman, kini ada sebuah aksi yang kita kenal sebagai PUS Prop. Pengertiannya adalah Perang Urat Syaraf dan Propaganda. PUS adalah propaganda ditambah dengan kegiatan. Propaganda yang dilakukan oleh mereka yang menyerang psikologis masyarakat adalah upaya menakut-nakuti masyarakat seakan-akan mereka akan melakukan pemboman. Kegiatannya, ada yang menaruh kopor atau barang disuatu tempat agar masyarakat yakin dan panik. Beberapa contoh tindakan tindakan teror dalam rangka PUS Prop antara lain :

- Pada tanggal 26 September 2011 sehari setelah bom gereja GBIS, di muka Gereja Maranata Kota Ambon, sekitar 50-100 meter dari Kantor Gubernur Maluku telah ditemukan sebuah bom rakitan berupa pipa besi. Bom tidak meledak dan berhasil diamankan polisi.

- Pada tanggal 27 September 2011, telah ditemukan empat buah Tas besar dan bungkusan kardua di Masjid Al Jalil, Jl Abimanyu Kecamatan Kartohardjo Madiun. Barang-barang tersebut ditinggalkan oleh dua orang yang masuk ke Masjid pada pukul 7 pagi. Ternyata barang tersebut bukan bom.

- Pada Tanggal 2 Oktober 2011 sekitar jam 05.30 WIB telah ditemukan sebuah tas di SPBU Aloha Sidoarjo. Menurut saksi mata, tas tersebut ditinggalkan oleh sebuah mobil kijang. Barang ternyata juga bukan bom.

- Pada tanggal 3 Oktober 2011 sekitar jam 06.45 telah ditemukan sebuah Tas putih dan kopor warna Cokelat di SD Inti Kota Kulon, Jl Ciledug, Kecamatan Kota Garut. Tas ternyata berisi pakaian dan beberapa dokumen.

- Pada tanggal 5 Oktober 2011 sekitar jan 15.45 telah terjadi ancaman bom terhadap pesawat Garuda GA-601 yang sedang terbang dari Menado-Jakarta.  Pengirim fax adalah orang yang mengaku  bernama Deny Karundeng. Peneror mengancam akan meledakkan pesawat akan diledakkan 30 menit sebelum mendarat. Setelah mendarat dengan selamat dan dilakukan pemeriksaan, tidak ditemukan bom.

Nah, dari beberapa contoh kegiatan PUS Prop tersebut, kini masyarakat diharapkan agar tidak perlu panik, tetap tenang dan segera melaporkan kepada polisi. Memang ancaman-ancaman tersebut nampaknya ancaman palsu, tetapi sesuai SOP polisi, semua telah ditangani sesuai prosedur. Hal yang menarik dan bisa dibaca, kini ada sebuah lanjutan yang sangat mirip dengan bom buku, masyarakat diyakinkan dengan bom GBIS, kemudian beberapa barang berupa kopor atau kardus disebar dibeberapa lokasi. Melihat luasnya wilayah penyebaran, nampaknya kelompok atau jaringan ini bukan jaringan sederhana dan kecil.

Serangan teror selalu mencari sasaran yangs sensasional, agar dikejar oleh media. Besar kecilnya tidak masalah, tetapi efek setelah serangn yang mereka harapkan, yaitu timbulnya kepanikan dan menurunnya kepercayaan terhadap aparat pemerintah dan pemerintahan yang sedang berkuasa. Karena itu kini pengamanan terhadap kemungkinan serangan teror oleh kelompok-kelompok yang mungkin telah berkolaborasi menjadi bagian tanggung jawab masyarakat luas. Segera melaporkan apabila menemukan hal-hal yang mencurigakan. Selain itu karena sasaran nampaknya sudah spesifik, Pos Polisi, Masjid dan Gereja, bahkan kini pesawat, peningkatan masing-masing keamanan internal perlu dilakukan.

Ancaman tetap ada, teroris tetap ada, jangan beri mereka kesempatan bernafas. Upayakan pagar betis berupa pengawasan dan pengamatan. Perlu diketahui Aparat Densus 88 dan BNPT serta BIN terus melakukan penjejakan dalam 24 jam terhadap jaringan-jaringan yang ada dan mungkin juga terus berkembang. Serangan yang bernilai strategis adalah apabila terjadi di Ibukota dan kota-kota besar lainnya. Karena itu diperlukan kepedulian masyarakat Ibukota yang kadang sering tidak peduli dan individualis.

Menjelang akan dilakukannya reshuffle, kita bersama perlu mewaspadai karena Reshuffle adalah sebuah momentum yang rawan untuk diserang. Paling tidak dapat mengganggu dan menurunkan legitimasi dan  citra pemerintah. Demikian sekedar informasi dan analisa penulis, semoga bermanfaat bagi pembaca. Prayitno Ramelan.

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.