Mengambil Pelajaran dari Serangan Bom di Somalia
5 October 2011 | 12:20 pm | Dilihat : 370
Sebuah bom mobil telah diledakkan dimuka kantor Departemen Pendidikan di kota Mogadishu, Somalia pada hari Selasa (4/10/2011). Ledakan sementara diperkirakan mengakibatkan sekitar 70 orang tewas dan 150 lainnya mengalami luka-luka. Kelompok bersenjata anti pemerintah Al-Shabab menyatakan bertanggung jawab atas serengan itu dan bahkan mengeluarkan ancaman agar warga Somalia menjauhkan diri dari gedung-gedung pemerintah dan pangkalan militer karena mereka akan melakukan serangan dengan lebih serius. Demikian stasiun televisi Al-Jazeera melaporkan.
Juru bicara Al-Shabab menyampaikan kepada kantor berita Reuter "Salah satu mujahidin kami membuat pengorbanan untuk membunuh para pejabat Transisional Federal Government (Pemerintahan Transisi Federal), pasukan Uni Afrika dan informan lainnya yang berada di kompleks itu,"katanya. Al Shabab menuduh bahwa mereka yang berkumpul di Departemen Pendidikan adalah calon agen intelijen yang akan disekolahkan diluar negeri.
Ali Hussein, seorang perwira polisi di ibukota Somalia menjelaskan, ledakan berasal dari sebuah truk setelah berhenti di pos pemeriksaan keamanan di pintu masuk ke Departemen Pendidikan. Pada awalnya pembom yang ikut tewas bersama, mencoba meledakkan bersamaan dengan lalunya sebuah truk yang membawa bahan bakar minyak 15 ton, dan beruntung truk tersebut tidak ikut meledak. Setelah gemuruh ledakan, nampak mayat-mayat yang hangus terbakar bergeletakan menghitam di jalan berserakan diantara puing-puing yang hancur. Rumah sakit setempat yang sangat sederhana menjadi sibuk menerima kiriman mayat dan mereka yang terluka terus berdatangan.
Dalam serangan teror tersebut, korban terbanyak jatuh dikalangan siswa yang sedang antri untuk mendapatkan beasiswa dari pemerintah Sudan dan Turki. Suldan Sarah, direktur komunikasi Somalia dalam kemarahannya mengatakan "Untuk melakukan tindakan pengecut seperti itu tidak berarti anda adalah sebuah kekuatan yang harus diperhitungkan, ini hanya berarti anda hanya dapat melakukan pembunuhan massal dengan menggunakan bom bunuh diri."
Presiden Somalia Sharif Sheikh Ahmed mengatakan "Saya sangat terkejut dan sedih oleh tindakan kejam dan tidak manusiawi dimana kekerasan terhadap hal yang paling rentan dalam masyarakat kita." Disamping itu Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon juga mengecam serangan tersebut yang telah mengakibatkan jatuhnya korban dikalangan rakyat yang tidak berdosa.
Al Shabab adalah salah satu kelompok militan Islam Afrika yang kini dikenal paling menakutkan di Somalia. Organisasi ini menguasai sebagian besar wilayah Somalia Selatan. Al Shabab terus melancarkan pemberontakan melawan pemerintah transisi Somalia sejak 2006. Awalnya Al Shabab adalah organisasi sayap militan dari Uni Pengadilan Islam, sebuah kelompok yang dikendalikan oleh Somalia sebelum negara tersebut diinvasi oleh pasukan Ethiopia. Sejak tahun 2007 para pemimpin Al Shabab menyatakan berafiliasi dengan Al-Qaeda. Al Shabab telah menyebarkan teror ke masyarakat Somalia, memotong tangan, merajam dan melakukan pemboman. Termasuk juga melarang masyarakat menonton siaran TV serta larangan menggunakan BH. Mereka menyatakan akan merubah Somalia menjadi negara Islam seperti pada abad ketujuh.
Kelompok Al Shabab juga banyak disalahkan oleh kalangan internasional karena menyebabkan kelaparan Somalia, dimana bantuan makanan dari negara-negara Barat telah mereka larang. Pada tahun ini banyak dari negara-negara Tanduk Afrika, termasuk Kenya, Ethiopia dan Somalia mengalami kesulitan pangan karena terjadinya kekeringan terburuk sepanjang tahun. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa puluhan ribu orang telah tewas akibat kesulitan pangan dan sebanyak 750.000 orang akan segera mati kelaparan, kecuali apabila bantuan makan segera didatangkan.
Apa pelajaran yang dapat ditarik dari pemboman ini? Serangan teror berupa bom bunuh diri yang dilakukan hanya oleh seorang martir telah mampu menimbulkan korban demikian banyak dan menambah kesengsaraan serta rasa takut dan panik masyarakat. Oleh karena itu di Indonesia dengan masih adanya sel-sel teror yang dengan tega menyerang bangsanya sendiri dengan bom bunuh diri, sudah waktunya masyarakat ikut peduli terhadap keamanan lingkungan. Kepedulian sosial perlu dilakukan untuk membantu aparat keamanan dalam mengantisipasi serangan teror. Masyarakat diharapkan membantu mempersempit ruang gerak teroris dengan segera melaporkan hal-hal yang dianggap mencurigakan kepada polisi. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )
Ilustrasi Foto : Wartanews.com