AS Tidak Menjual F-16 C/D ke Taiwan
23 September 2011 | 7:11 am | Dilihat : 480
Angkatan Udara sebuah negara pada masa kini mempunyai peran penekan dominan yang sangat besar. Selain itu kekuatan dan kemampuan kekuatan penyerang udara strategis serta pertahanan udara merupakan diplomasi militer dari sebuah negara terhadap lawan ataupun bakal lawan.
Sekitar tahun 1961/1962, Indonesia memiliki pesawat-pesawat pembom strategis TU-16/KS yang sangat ditakuti oleh negara-negara tetangganya. Australia dan Malaya demikian khawatir dengan diplomasi militer Indonesia. Dan terbukti, atas saran AS, kemudian Belanda menyetujui melepaskan Irian Barat kepada Indonesia. Contoh terkini, kekuatan udara NATO dan AS membuktikan mampu mendikte dan melumpuhkan kekuatan militer Libya dalam konflik tujuh bulan. Superioritas udara aliansi telah mendukung rakyat pejuang pemberontak dalam memporak porandakan militer Libya.
Ketegangan pengadaan alutsista udara kini merebak antara China, Taiwan dan Amerika Serikat khususnya dalam pengadaan pesawat tempur Taiwan dari AS. Konflik yang terjadi antara Taiwan dan China terjadi sejak Taiwan memisahkan diri dari China dalam perang sipil, 60 tahun silam. Hingga kini pemerintah China masih mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayah mereka. Perang dingin terus terjadi pada dua negara tersebut. Pemerintah China membangun fasilitas militer yang mengarah langsung ke Taiwan. Demikian juga Taiwan terus membangun kekuatan pertahanan udaranya. Departemen Pertahanan Taiwan mengatakan China telah meningkatkan jumlah rudal yang diarahkan ke Taiwan menjadi 1.500 buah. Dalam konflik tersebut, Amerika Serikat terus mendukung Taiwan yang dinilai sebagai sebuah negara yang sama-sama menganut faham demokrasi.
Pemerintah AS pada hari Rabu (21/9) mengumumkan akan memberikan dukungan kepada pemerintah Taiwan sebesar USD 5,850 miliar berupa paket untuk me-retrofit 145 buah pesawat tempur F-16 A/B, memberikan pelatihan penerbang serta memberikan dukungan suku cadang untuk pesawat F-5 dan C-130 Hercules. Para pejabat di AS belum menyetujui penjualan seri yang lebih baru dan lebih pesawat tempur canggih F-16 C/Ds seperti yang diminta Taiwan.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan paket yang diusulkan termasuk sistem AESA radar yang akan memungkinkan Taiwan mendeteksi pesawat sejenis siluman stealth, seperti J-20 yang dikembangkan oleh China. Dengan penolakan untuk mendapat pesawat tempur baru, kekecewaan merebak dikalangan pejabat Taiwan. Sementara Pemerintah Cina hari Rabu mengajukan protes resmi kepada para pejabat AS di Beijing dan Washington, mereka menyebutkan dukungan militer kepada Taiwan sebagai sebuah "gangguan serius" yang bisa menggangggu hubungan bilateral kedua negara.
Kasus serupa pernah terjadi pada tahun lalu saat AS menyetujui pemberian bantuan militer sebesar USD6,4 miliar kepada Taiwan. pemerintah China di Beijing saat itu bereaksi dengan menangguhkan sementara kerjasama militer dengan Washington. Hubungan militer kembali pulih sepenuhnya pada bulan Januari, setelah Menteri Pertahanan AS Robert Gates melakukan perjalanan ke China dan bertemu Menhan China Liang Guanglie, menjelang kunjungan resmi Presiden China Hu Jintao ke Washington.
Keputusan pemerintahan Presiden Obama kini nampaknya merupakan keputusan terbaiknya dalam mendukung negeri Taiwan yang menurut Jenderal Mc Arthur sebagai kapal induk yang tidak dapat tenggelam itu. Semua pihak disenangkan dan diperhatikan, berbeda apabila Taiwan diberikan seri F-16 C/D atau pesawat tempur F-35. Stabilitas kawasan juga terjaga. Walaupun di dalam negeri kebijakan tersebut dikritik Partai Republik. Kandidat presiden Partai Republik Mitt Romney menyatakan keputusan Obama yang tidak menjual F-16 baru sebagai "kepemimpinan yang lemah dalam kebijakan luar negeri."
China dinilai oleh beberapa analis marah hanya karena merasa kurang dihormati. Menurut Profesor Chu Sulong dari Universitas Tsing Hua, "Ini adalah keputusan terbaik pemerintahan Obama, dimana AS akan dapat menyeimbangkan kepentingan semua pihak, Taiwan, China daratan dan politik dalam negeri AS, meskipun keputusan tidak akan memuaskan semua pihak," katanya. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )
Ilustrasi gambar : Milavia Military Aviation/US Air Force photo