Antara Kakek, Nenek Dan Cucu
13 September 2009 | 12:11 am | Dilihat : 635
Didalam kehidupan manusia di bumi ini, hubungan manakah yang paling tidak wajar? Jawabannya adalah hubungan antara kakek, nenek dengan cucunya. Entah dari mana rumusnya, atau apa memang sudah demikian kehendak dari Allah SWT, ada sebuah rasa dari kakek dan nenek yang selalu melihat cucunya selalu lucu dan benar. Rasa kasih sayangnya berbeda dibandingkan terhadap anak, kalau dulu anak loncat-loncat ditempat tidur, kita sebagai orang tua melarang dan bahkan memarahi, eh...kalau beberapa tahun kemudian si cucu yang loncat-loncat, si kakek dan nenek tersenyum-senyum. Aneh bukan?
Penulis membuat artikel ini untuk didedikasikan kepada para orang tua muda yang suatu saat insya Allah akan menjadi kakek nenek juga. Maksudnya agar punya gambaran serta memaklumi kalau orang tua anda bersikap terlalu membela cucunya. Kenapa penulis yang biasanya menulis topik politik, intelijen dan terorisme mendadak nulis tentang cucu?. Begini pembaca, Jumat siang penulis baru mengantar anak, mantu dan cucu ke Bandara Soekarno Hatta, dalam rangka penugasan anak mantu di Konsulat Jenderal RI di Los Angeles. Penulis mempunyai tiga cucu dari dua orang anak. Anak tertua sudah punya dua anak dan tinggal di Jakarta (di foto yang duduk, Aby dan Nadira).
Nah cucu yang satu ini diberikan Allah melalui anak kedua (wanita) dengan melalui proses perjuangan dan doa yang panjang. Dia lahir dari proses inseminasi. Bayangkan, dalam umur kandungan tiga bulan hampir saja "miskram", si ibu yang bekerja harus "bed rest" selama dua minggu. Eh, saat kandungan enam bulan, terjadi kontraksi, kembali si ibu harus istirahat dua minggu. Demikian juga terjadi saat usia kandungan delapan bulan. Tiap hari si kakek dan nenek ini terus berdoa dan sholat malam memohon kepada Allah agar jangan sampai miskram. Alhamdulillah saat usia kandungan sembilan bulan lebih, dokter Hasnah, spesialis kandungan kemudian melakukan operasi caesar. Maka lahirlah jagoan itu, pada tanggal 24 Januari 2005. Diberi nama gabungan, Rafif Dewo Putera (di foto yang berdiri). Nama Rafif dari Bapaknya, nama Dewo pemberian si kakek, nama putera adalah nama bapaknya. Panggilannya "Dewo", dominan sekali ya si kakek ini...tidak mau mengalah, maaf deh.
Sejak bayi, Dewo bersama kedua orang tuanya tinggal bersama kakek dan neneknya, dan dia tumbuh menjadi anak pintar, cerdas dan cerdik. Ternyata menurut dr Dody salah seorang teman penulis, anak yang dilahirkan melalui proses inseminasi biasanya akan jauh lebih pintar, karena saat pembuahan dipilih indung telur yang terbaik dan juga bibit sperma terbaik. Kalau pembuahan biasa, sperma itu bisa nubruk indung telur yang mana saja. Pada saat berumur 3 tahun Dewo sudah bisa berargumentasi, dia mampu menghidupkan komputer, mencari game, dan yang gawat suatu saat dia mampu masuk ke blognya si kakek. Dia pada awalnya hanya memperhatikan, dan saat ditinggal, dia mengerjakan apa yang dikerjakan kakeknya. Untung tidak sempat men-delete archive artikel, kalau tidak gawat kan...., terpaksa kalau login, pass word disembunyikan.
Kalau tentang TV, Indovision, jangan ditanya lagi, dia hafal chanel-chanel kesukaannya, terutama channel 46, kalau dikamar tidur si kakek sedang melihat suatu acara dan dia datang, "46 kakung," aduh perusuh tercinta datang...ya kakungnya selalu mengalah. Dia sering ribut sama neneknya, si nenek sering nonton sinetron Cinta Fitri dan Terlanjur Cinta...dia masuk, "46 Uti" katanya, ...wah terjadi keributan kecil. Tidak ada yang mau mengalah, tapi ya akhirnya si Uti (nenek) mesti mengalah nonton keruang keluarga...hehehe, jagoan itu duduk di tempat tidur, nonton film kartun, kadang transformer. Yang heran, dia kok hafal lagu-lagu, terutama lagunya Luna Maya dengan band Hijau Daun itu, yang berjudul "Suara," dia bisa menyanyikan dari awal hingga akhir..."Suara, dengarkanlah aku, apakah aku selalu dihatimu..." entah kapan dia menghafalnya.
Nah, hari Jumat itu Dewo terbang ke LA, diperkirakan 2,5 tahun baru akan pulang. Kakek dan Nenek rasanya ya sepi, ada yang berkurang dikehidupan ini, ada rasa sedih dihati kami berdua, bayangkan selama 3,5 berkumpul, mendadak dia pergi. Memang masih ada dua cucu lain yang bisa menghibur dan ada di Jakarta, tetapi rumahnya berbeda. Ada hiburan bisa lewat Face Book, Blackberry, Yahoo Messenger, tilpon, tetapi kan kami tidak bisa memeluk si kecil itu kan? Itulah manusia, selalunya ingin "perfect" keinginannya terpenuhi secara maksimal, akan tetapi belum tentu semua akan diterimanya. Kami menyadari bahwa semua kehidupan didunia ini sudah ada ketentuannya, ya mestinya dijalani saja dengan ikhlas bukan.
Kadang penulis suka tersenyum dengan komentar dari Linda Djalil teman kompasianer itu "Wah bapak ini penampilannya Rambo tetapi hatinya Rinto"...hehehe, iya begitulah, setegar apapun hati pria, saat dia harus berpisah dengan cucunya, ada suatu kehilangan dihatinya, ini pasti. Kalau tidak percaya, tolong ditanyakan Pak SBY yang Presiden, bagaimana perasaannya saat sang cucu yang semata wayang dibawa mantunya Anisa Pohan menyusul suaminya Agus yang sedang menempuh pendidikan di Harvard University, di Amerika. Kalau beliau bisa mengungkapkan di Kompasiana, penulis memperkirakan, ya ada rasa kehilangan dihati beliau, juga termasuk perasaan eyang putri Ani itu pasti sama.
Demikianlah para pembaca sekalian, banyak kakek menjadi mudah terharu, karena para kakek umumnya berada diusia senja. Tetapi ada suatu hal yang anda perlu ketahui, bahwa pria itu dikatakan sempurna kalau dia sudah bercucu. Karena untuk mendapat cucu, jalannya sangat panjang dan harus mendapat ridho Allah. Pertama dia dilahirkan, dibesarkan, disekolahkan, kemudian bekerja, menikah dan mempunyai anak. Kemudian dia membesarkan anak, menyekolahkan, menikahkan, baru punya anak. Belum lagi kalau ada masalah untuk memperoleh anak. Nah, sangat panjang kan proses itu, bisa juga sih jadi kakek instan, ya di sinetron itu.
Karena itu, bagi pria muda, penulis sarankan, jangan putus anda berdoa, agar diberi umur panjang, dan bisa punya anak dan bercucu. Terlebih dibulan suci Ramadhan ini, berdoalah, mohon ampunanNya, mohon ridho, mohon diberi nikmat panjang umur dan nikmat sehat...percaya deh suatu saat hati anda akan berbunga-bunga kalau ada yang memanggil anda, Eyang,... Kakung,... Kakek,...Opa,...atau Mbah....wuiiiih, rasanya mau terbang...dan saat itu anda akan teringat penulis...saya sudah jadi pria sempurna!!!
PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana
Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2009/09/13/antara-kakek-nenek-dan-cucu/ (Dibaca: 1879 kali)