Melawan SBY? Sudahlah Mikir 2014 Saja

7 May 2009 | 11:48 am | Dilihat : 68

Semakin dekat dengan tanggal pendaftaran capres-cawapres, semakin nampak kekuatan politik SBY sebagai capres dari Partai Demokrat terus menguat. Dari survei Puskapol Fisip UI yang terakhir, elektabilitas SBY berada pada 31%, sedang calon lawan terdekatnya Prabowo Subianto berada pada posisi 23,95%, Megawati dan JK lebih jauh dibawah SBY. Sejak pemilu bulan April lalu nampak kepiawaian SBY yang secara penuh mengontrol Partai Demokrat, dan  berhasil menempatkan Demokrat secara mengejutkan pada posisi "juara". Perolehan suara Demokrat diperkirakan pada pemilu 2009 ini secara spektakuler naik 300% menjadi sekitar 21%. Popularitas Demokrat menurut banyak ahli politik, disebabkan karena kehebatan sosok Ketua Dewan Pembinanya itu.

Kini, dengan partai yang perolehan suaranya jauh diatas parpol lainnya, nampaknya masyarakat juga meyakini SBY akan menang mudah pada pemilu presiden yang akan digelar tanggal 8 Juli 2009 nanti. Seperti biasanya, karena sudah diyakini SBY akan menang kembali, maka berduyun-duyunlah parpol lainnya mengajukan "ijin" bergabung dalam koalisi. PKS, PKB, PBB adalah tiga partai Islam  pertama akan bergabung. Ditambah beberapa parpol yang tidak lolos parliamentary threshold seperti PDP, sempalan PDIP. Kemudian juga tercatat PAN yang diseret-seret Amin Rais juga akan bergabung, walau Ketua Umumnya Sutrisno Bachir nampaknya tidak setuju. Kini PPP juga menunjukkan gejala akan bergabung. Nah yang paling "dramatis" PDIP nampaknya juga akan bergabung, kita tunggu saja pengumuman politiknya. Jadi kini, lengkaplah sudah kekuatan politik SBY.

Apabila yang disebutkan itu menjadi kenyataan, maka lawan SBY hanyalah Capres Golkar Jusuf Kalla yang menggandeng Wiranto sebagai cawapres dari Hanura (JK-Win). Pesaing terkuatnya Prabowo hingga kini  belum jelas akan menggandeng atau digandeng siapa. Jadi Kalau begitu, siapa yang mampu melawan SBY dengan posisi seperti itu?. Yang akan bisa merubah hanyalah apabila Tuhan Yang Maha esa berkehendak lain.

Nah, dari beberapa strategi parpol yang merapat ke SBY, nampaknya sangat mudah terbaca kalau mereka semua sadar periode 2009-2014 masih milik SBY. Semuanya kemudian merubah kebijakan, menggeser kepentingan kekuasaan pada tahun 2014. PKS, sebagai partai pintar segera merapat ke SBY, menyatakan terserah SBY siapa saja yang akan dipilih sebagai cawapres. PKS faham kalau SBY kemungkinan besar tidak akan mengambil cawapres dari parpol.  PKS kini mulai mengatur strategi untuk tahun 2014, dimana dengan mendudukan kadernya dalam pemerintahan, manuvernya akan lebih berbobot. PKB, ini partai yang sudah terbina sejak lama, untuk pantas-pantasnya atau karena ketidak tahuannya tetap saja mencalonkan Muhaimin menjadi cawapres.

PBB, walau perolehan suaranya dibawah ketentuan parliamentary threshold, menyatakan bergabung. PAN, nampaknya juga sama. Amin Rais yang selama ini pengkritik keras SBY, akhirnya membawa PAN bergabung, mampu melumpuhkan Ketua Umum Sutrisno Bachir. Amin ini cerdik, berfikiran sama dengan PKS, berfikir jauh kedepan mencoba mendudukkan kader PAN dipemerintahan. PPP juga kemungkinan akan bergabung, karena tim limanya sudah bertemu tim sembilan Demokrat.

Bagaimana dengan PDIP? Nampaknya beberapa elit PDIP juga berfikiran sama, dengan elektabilitas Mega yang rendah, jauh dibawah SBY, mereka sadar sulit menang dari SBY. Kesulitan menemukan kata sepakat dengan Prabowo kelihatannya akan disikapi dengan keputusan bergeser ke SBY. Mereka mulai merubah sasaran ke tahun 2014, kader akan lebih berbobot apabila pernah duduk dipemerintahan. Hanya hambatan para elit PDIP tersebut nampaknya akan berhadapan dengan Ketua umumnya, Mega karakternya keras, mungkin justru bisa memutuskan tidak ikut pilpres saja. Kecuali para pengurus mengajukan putri mahkotanya sebagai pelipur lara.

Nah, apa yang harus dipikirkan oleh parpol?. Selain memikirkan posisi terbaik dipemerintahan, parpol sebaiknya memikirkan kaderisasi ditubuh partainya masing-masing. Tahun 2014 adalah tahun dimana para tokoh muda akan memiliki kesempatan maju. William Liddle dari AS berpendapat bahwa kini di Indonesia telah muncul Obama-Obama muda Indonesia, yang baru akan mulai berkiprah tahun 2014.

Dalam lima tahun kedepan, parpol menengah dan papan atas sebaiknya mulai menempatkan kadernya selain yang berpeluang menjadi anggota kabinet juga menjadi pemuka partai. Mulai terlihat Pada Partai Golkar ada kader menonjol seperti Priyo Budi Santoso, Yudhy Krisnandi, Jefry Geovany. Pada PDIP ada kader Pramono  Anung, Puan Maharani. Pada PKS banyak kadernya Hidayat Nur Wahid, Tifatul Sembiring, Irwan Prayitno, pada PAN terdapat Sutrisno Bachir. Pada  PKB ada Muhaimin, Lukman Edy. Justru kesulitan terlihat pada Partai Demokrat yang belum memiliki kader terunggul, mungkin yang agak menonjol hanya Anas Ubaningrum. Selain itu ada beberapa tokoh muda yang bersemangat dan bisa dikader seperti Anis Baswedan, Rizal Malarangeng dan Fajrul Rahman.

Demikianlah suatu yang sangat penting dan harus mulai dipikirkan parpol. Penyiapan kader, pemberian pengalaman, dan pengenalan kepada masyarakat harus dimulai jauh hari sebelum pemilu dan pilpres 2014 nanti. Dengan demikian maka kita bersama akan dapat menilai dan mengharapkan ada calon-calon pemimpin muda kita yang terdidik, pintar, berdedikasi, mumpuni dan faham dengan amanah yang akan diembannya. Sehingga kita tidak  memiliki pemimpin yang instan, dadakan. Mereka akan tersaring secara alamiah selama lima tahun. Mari kita pikirkan bersama, masalah pemimpin bangsa adalah masalah kita bersama. Yang terpenting kini, kita harus sepakat siapapun nanti yang terpilih harus kita dukung. Kalau tetap "eker-ekeran" terus kapan majunya bangsa ini?. Artinya ribut terus...itu bagi yang tidak mengerti. Semoga bermanfaat.

PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana

Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/05/07/melawan-sby-sudahlah-mikir-2014-saja/ (Dibaca: 3718 kali)

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.