Sholat Menyelamatkan Nyawa Marsma (Pur) Juwono
16 October 2013 | 8:50 am | Dilihat : 2860
Sukhoi SSJ-100 saat Take Off (aviationnews.eu)
Pada acara pernikahan salah satu teman di Halim, penulis bertemu dengan salah seorang teman satu angkatan (masukan Akabri 1970), Marsma TNI (Pur) Juwono Kolbioen. Setelah purna, teman yang satu ini mengabdikan dirinya menjadi salah satu Direktur pada perusahaan Indonesian Air Charter (IAT). Indonesia Air Transport adalah Perusahaan Air Charter pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1968 dan juga merupakan Perusahaan transportasi udara pertama yang go-public di Indonesia. IAT, anak perusahaan dari MNC, mempunyai kantor di Bandara Halim Perdanakusuma (South Apron).
Dalam perbincangan, secara detail Juwono mengisahkan kecelakaan pesawat Sukhoi SSJ-100 yang hancur menabrak gunung Salak, dimana dua pejabat IAT turut tewas menjadi korban. Walau kejadiannya sudah cukup lama, penulis menilai isi kisahnya bermanfaat bagi kita semua, khususnya yang muslim, karena itu kisah ini dituliskan.
Juwono bersama dua pejabat IAT pada hari Rabu, 9 Mei 2012 diundang mengikuti demo flight pesawat Sukhoi Superjet 100 (SSJ-100) dari Bandara Halim. Hal ini terkait dengan rencana IAT untuk masuk ke pasar penerbangan reguler, dimana IAT mencoba mendapatkan pesawat terbang yang sesuai dengan kebutuhan. Salah satunya adalah SSJ 100 yang performance-nya tidak banyak berbeda dengan Airbus 320. Juwono berusaha mendapatkan data yang lengkap tentang SSJ 100, dan dia diundang mengikuti demo flight SSJ-100. Namanya termasuk salah satu penumpang yang sempat diumumkan menjadi korban setelah pesawat Sukhoi tersebut hancur menabrak Gunung Salak. Juwono batal ikut terbang dan selamat karena mengerjakan sholat Dzuhur. Inilah kisahnya, yang dapat kita petik sebagai sebuah pelajaran yang sangat berharga.
Peristiwa Kecelakaan Sukhoi, SSJ-100
Pada hari Rabu 9 Mei 2012, pukul 14:00 WIB (07:00 UTC), Sukhoi Superjet 100 (SSJ-100) lepas landas dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma untuk sebuah penerbangan demonstrasi lokal yang dijadwalkan mendarat kembali ke titik awal keberangkatan. Penerbangan tersebut adalah penerbangan demonstrasi yang kedua pada hari itu. SSJ-100 yg mengalami kecelakaan dengan nomor pendaftaran 97004, msn 95004. Pesawat terbang ini diproduksi pada tahun 2009 dan telah mengumpulkan lebih dari 800 jam terbang pada saat hilang.
SSJ-100 adalah pesawat penumpang yang diproduksi di Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet. Pesawat yang jatuh tersebut telah melakukan perjalanan demonstrasi yang dijuluki "Welcome Asia" yang dilakukan di kawasan Asia Tengah dan Asia Tenggara. Sebelum mengalami kecelakaan SSJ-100 ini sebelumnya telah mengunjungi Kazakhstan, Pakistan, dan Myanmar. Semula direncanakan setelah dari Indonesia pesawat ini akan melanjutkan perjalanan ke Laos dan Vietnam. Pada saat kecelakaan ini terjadi, Sukhoi telah menerima 42 pesanan dari beberapa perusahaan penerbangan di Indonesia. Secara keseluruhan mereka telah menerima 170 pesanan, dan Sukhoi berencana untuk memproduksi hingga 1.000 pesawat terbang jenis SSJ-100.
Dalam penerbangan naas itu SSJ-100 membawa 6 orang awak kabin, 2 orang perwakilan dari Sukhoi, dan 37 orang penumpang. Di antara penumpang adalah perwakilan dari Indonesia Air Tranport, Aviastar Mandiri, Batavia Air, Pelita Air Service, Sriwijaya Air, dan lainnya. Pada pukul 15:30 (08:30 UTC), Pilot Alexander Yablonstev, yang belakangan diketahui baru pertama kali menerbangkan pesawat di Indonesia meminta izin untuk turun dari ketinggian 10.000 kaki (3.000 m) ke 6.000 kaki (1.800 m).
Otoritas Pemandu Lalu Lintas Udara memberikan izin dan komunikasi tersebut merupakan kontak terakhir dengan pesawat yang saat itu berada disekitar 75 NM (139 km) selatan Jakarta, di sekitar Gunung Salak. Pada pukul 14.33 WIB petugas bandara tidak dapat lagi berkomunikasi dengan pesawat terbang tersebut. Pesawat kemudian diketahui menabrak lereng Gunung Salak dan semua penumpang dan awak pesawat meninggal dunia.
Penuturan Selamatnya Juwono
Hari itu, Rabu 9 Mei 2012, merupakan hari pertama dalam minggu itu saya masuk kerja karena sebelumnya saya berada di Balikpapan. Kantor saya berada di South Apron Bandara Halim P, berseberangan dengan bandara/lobby pemberangkatan dan kedatangan. Pagi itu saya melakukan kegiatan rutin yaitu konsolidasi dan melakukan pembagian tugas dengan staff saya. Pada hari itu ada 3 (tiga) kegiatan, yang I adalah rapat di Kemayoran, II mengikuti demo flight SSJ-100 dan yang III adalah rapat di Shangrila pada sore hari.
Berita yang saya dapat bahwa untuk mengikuti penerbangan demonstrasi, bahwa rangkaian acara dimulai pada pukul 12.00. Berdasarkan informasi tersebut saya berpikir akan sholat Dzuhur dahulu di kantor baru bergabung dengan acara demo flight. Namun pada pukul 11.30 saya mendapatkan info bahwa acara yang semula dimulai pukul 12.00 dimajukan. Dengan tidak banyak berpikir saya berangkat dengan pemikiran sholat Dzuhur akan saya lakukan di bandara saja pada waktu luang sebelum penerbangan. Saya yakin akan ada waktu luang diantara acara presentasi, lunch, yang dilakukan sebelum pelaksanaan penerbangan (demo flight).
Setiba di Bandara Halim P, di lobby check in, saya lihat sudah banyak tamu yang sebagian besar sudah saya kenal karena komunitas penerbangan pada kenyatannya memang tidak banyak. Saya melakukan check ini untuk kemudian diberikan souvenir dari Sukhoy sebanyak 1 (satu) tas, dipersilahkan untuk lunch yang dilakukan secara prasmanan sambil melihat tayangan presentasi tentang SSJ-100. Tidak lama kemudian saya melihat Corporate Secretary (Ganis Arman Zuvianto) dan deputi saya (Anton Daryanto) tiba dari rapat di Kemayoran, saya silahkan lunch dulu. Pada waktu itu saya mendapat SMS dari istri saya yang mengingatkan agar saya jangan lupa sholat dzuhur, saya jawab dengan SMS bahwa setelah sholat dzuhur saya akan ke Pelabuhan Ratu dan sorenya kembali ke Halim (saya tidak menyebutkan kalau ke Pelabuhan Ratu dengan SSJ-100).
Karena adanya SMS istri itu, saya melihat jam dan waktu menunjukkan pukul 13.15. Saya langsung memutuskan utk sholat dzuhur karena kalau menunggu selesai penerbangan pasti akan kehabisan waktu sholat. Saya meninggalkan lobby untuk sholat di Masjid dengan berpamitan ke Sekretaris Perusahaan dan souvenir saya bawa. Untuk diketahui di lobby sebetulnya ada musholla namun karena tertutup oleh banner, back drop SSJ-100 sehingga tidak terlihat, demikian juga di lobby Airport yg lain ada juga musholla, namun entah mengapa saya langsung berjalan keluar (cukup jauh dan hari sangat panas), untuk sholat di Masjid Bandara yang untuk mencapainya harus menyeberangi parkir area yang cukup luas.
Selesai sholat waktu memakai sepatu, saya melihat keseberang, cuaca pada waktu itu sungguh sangat panas, entah mengapa, mendadak timbul rasa enggan bagi saya untuk kembali ke lobby Sukhoy dengan berjalan kaki dan ada rasa malas ikut penerbangan. Kemudian saya telpon sopir saya datang dan menanyakan : “Bapak mau kemana ?”, tanpa ada keraguan saya menjawab : “Ayo kita pulang ke kantor”.
Setiba di kantor saya memanggil sekretaris saya untuk mempersiapkan hal-hal yang perlu guna rapat di Shangrilla nanti sore. Pada waktu itu SSJ-100 Take off dari Runway 06 (dari ruangan kantor saya dapat melihat ke runway tanpa harus keluar). Saya berbicara ke sekretaris saya, “Mbak itu lho Sukhoy yang demo flight”, dan sekretaris saya langsung bertanya “ lho bapak nggak jadi ikut ya ??. Saya bilang : “Iya mbak rasanya males sekali, nggak tahu ya tetapi sebenarnya nggak etis, saya sudah diberi souvenir sudah bersalam-salaman dengan orang-orang Sukhoy dan sudah diberi lunch segala tetapi saya meninggalkan begitu saja”. Saya tambahkan : “tetapi entah mengapa selesai sholat saya rasanya kok enggan sekali untuk kembali”.
Jadi kesimpulannya saya tidak jadi ikut bukan karena terlambat untuk kembali bergabung setelah sholat, tetapi saya percaya setelah sholat itu mendapat petunjuk Allah SWT, semangat ikut terbang hilang begitu saja. Dan yang mengherankan, mengapa tidak ada yang menelpon saya saat akan boarding, padahal nama saya sudah masuk dalam daftar manifest. Karena biasanya hal ini sangat ketat dalam dunia penerbangan.
Larut dalam kesibukan di kantor tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 15.30 WIB. Karena ada yang akan saya tanyakan untuk rapat sore itu saya mencari deputy saya (yg ikut penerbangan) karena saya yakin dia pasti sudah selesai mengikuti demo flight dan sudah kembali ke kantor. Namun karena tidak ada di ruangannya saya minta deputi saya yang lain untuk mencarinya, belum sampai 10 menit saya mendapat jawaban (dari yg saya suruh mencari) kalau SSJ-100 lost contact. Reaksi saya waktu itu adalah memikirkan 2 (dua) pejabat perusahaan yang ikut penerbangan tersebut, langsung saya minta agar seseorang dari perusahaan ke crisis center di Bandara Halim P. untuk memonitir situasi.
Pikiran saya pada waktu itu tertuju hanya pada pejabat perusahaan yang ikut penerbangan, karena salah satunya adalah anak dari kawan saya waktu di SD dan yang satu lagi adalah deputi saya. Untuk diketahui deputi saya ini baru bergabung diperusahaan selama 4 bulan, dan selama 4 bulan itu berada satu ruangan dengan saya untuk mempelajari permasalahan/pekerjaan, dan pagi itu melapor kalau sudah pindah keruangannya sendiri.
Pada pukul 16.30 WIB saya dapat berita dari yang saya minta untuk memonitor di Krisis center bahwa confrim pesawat terbang benar-benar telah hilang, dan kemungkinan crash. Saya langsung berangkat ke Crisis Center Bandara melewati jalur dalam Lanud Halim P. Sewaktu diujung landasan, HP saya berbunyi. Saya angkat dan saya tanya : “dengan siapa saya bicara ??”, jawaban yang saya dapat dengan suara terbata-bata : “Ini dengan bapak ya ...., bapak ada dimana ????”. Saya tanyakan lagi : “ini dengan siapa ??”, penelpon memperkenalkan diri ternyata pejabat PT AP II Bandara Halim P yang sudah sangat saya kenal.
Dengan enteng saya jawab : “Ada di ujung landasan” (waktu itu mobil memang baru melintas diujung landasan (di luar pagar Bandara). Si penelpon dengan bersemangat menanyakan lagi : “Di Bandara mana Pak ???”. Jawaban saya : “Ya di Bandara Halim P. ada apa sih ?”. Dengan setengah berteriak si penelpon merespons : “Lho Bapak nggak jadi ikut to Pak, Pak nama Bapak sudah diumumkan menjadi salah satu korban Sukhoy”. Saya tidak kalah terkejutnya, dan pada waktu itu saya baru sepenuhnya menyadari bahwa saya seharusnya ikut penerbangan naas itu. Itulah kisah teman penulis Marsma TNI (Pur) Juwono.
Kesimpulan
Dari kisah tersebut diatas, ceritanya akan lain apabila Juwono malas atau menunda menjalankan sholat Dzuhur hingga selesainya demo flight. Kemungkinan besar dia tetap berada di lobby Bandara dan ikut dalam penerbangan SSJ-100 tersebut. Lagipula dia sudah check in dan mendapat souvenir. Dia tidak menanyakan mushola yang dekat, tetapi justru sholat di Masjid yang cukup jauh jaraknya. Ya semuanya hanyalah karena Juwono dituntun oleh Allah dengan niat baiknya tadi. Disini faktor isteri Juwono berperan sangat besar karena mengingatkannya untuk sholat dzuhur.
Yang perlu kita renungi dari kisah ini, Juwono selamat karena niatnya melaksanakan sholat wajib. Karena itu jangan tinggalkan sholat, laksanakan sesegera setelah tiba pada waktunya. Demikian kisah yang sangat berharga ini, semoga bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Artikel terkait :
-Hasil Investigasi, Sukhoi Jatuh karena Human Error, http://ramalanintelijen.net/?p=6128
-Hasil Investigasi Sukhoi dan Kompromi Bisnis, http://ramalanintelijen.net/?p=5436
-45 Jenazah Teridentifikasi dan Masa Depan Sukhoi di Indonesia, http://ramalanintelijen.net/?p=5413
-Antara Sukhoi Superjet 100 dengan Pesawat Tempur Sukhoi, http://ramalanintelijen.net/?p=5376
-Gunung Salak Kembali Makan Korban, Kali ini Sukhoi SSJ 100, http://ramalanintelijen.net/?p=5350
-Allah Menyelamatkan Penulis Dari Bom Marriott, http://ramalanintelijen.net/?p=1516