Empat Sasaran Teroris di Jakarta versi Thoriq dan Jaringan Depok
12 September 2012 | 7:57 am | Dilihat : 530
Setelah M Thoriq tersangka teroris yang melarikan diri dari rumah dimana ditemukannya lima bom pipa rakitan di Tambora menyerahkan diri pada hari Minggu (9/9), kasus bom Depok pun mulai terkuak. Dari pengembangan penyidikan, beberapa perkembangan yang berhasil dilakukan oleh Polri akan menyingkap aksi teror yang terjadi akhir-akhir ini.
Rencana Aksi dan Jaringan Thoriq
Thoriq mengaku sudah menyiapkan diri sebagai salah satu calon pengantin (pengebom bunuh diri), namun rencana tersebut tidak terwujud karena bahan racikan bom ditempat tinggalnya mengeluarkan asap hingga dia terpaksa melarikan diri. Thoriq diduga sebagai pemilik bom rakitan dan bahan peledak yang ditemukan di Jalan Teratai 7 RT 02/04 Tambora, Jakarta Barat, Rabu (5/9). Disamping itu terjadinya insiden ledakan di Beji Depok membuat aksinya gagal dan jaringannya mulai terkuak.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengungkapkan, ada empat titik yang menjadi target, yaitu Markas Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri, Markas Komando Brimob Polda Metro Jaya di Kwitang, Jakarta Pusat, Pos Polisi di Salemba, Jakarta Pusat serta Komunitas Masyarakat Buddha di Jakarta. Sasaran keempat dipilih karena dianggap bertanggung jawab terhadap pembantaian umat muslim Rohingya di Myanmar. Aksi teror terhadap empat target tersebut rencananya akan dilakukan pada hari Senin (10/9).
Boy menambahkan, empat target aksi bom bunuh diri itu sekaligus menginformasikan tentang adanya calon pengantin atau pelaku bom bunuh diri lain, selain M Thoriq. Meski semua informasi masih didalami, polisi sudah mengantongi nama-nama terduga para pelaku bom bunuh diri.
Dalam pemeriksaan terungkap bahwa surat wasiat yang ditemukan polisi di Yayasan Yatim Piatu Bidara, Beji, Depok, adalah tulisan tangan Thoriq sendiri. Di surat itu dia meminta maaf kepada ibu, istri, dan anaknya, serta mengaku tengah mencari ridha Allah SWT untuk masuk surga. Thoriq ternyata salah seorang yang diketahui melarikan diri seusai terjadi ledakan di Beji, Depok, Sabtu (8/9/2012). Kepada polisi, Thoriq mengaku merindukan dan mengkhawatirkan kondisi keluarganya. Setelah ditemukannya rangkaian bom di Tambora, istri dan ibu bersangkutan diamankan polisi.
Dalam pengembangan penyelidikan, Densus 88, Senin (10/9) kemudian menangkap Arif temanThoriq. Arif dijemput dari rumahnya di Desa Susukan RT 002/008, Bojong Gede, Bogor, pada pukul 09.00 WIB. Nama Anwar muncul atas pengakuan Arif Hidayat, seorang kenalan Anwar yang ditangkap polisi dari Bojong Gede, Bogor. Sehari-harinya Arief bekerja di sebuah toko aksesori motor dan mobil di Mangga Besar,Jakarta Pusat. Sementara Anwar sangat patut diduga sebagai tersangka teroris yang kini terluka parah karena meledaknya bom rakitan di Beji. Tersangka tersebut masih dalam pengecekan DNA untuk memastikan identitas pastinya. Kondisinya agak sulit dikenali karena luka bakarnya mencapai 70 persen dan kini salah satu tangannya telah diamputasi.
Anwar disebut-sebut sebagai orang yang mencampur bahan-bahan pembuat bom. Kabar lain menyebut Anwar adalah eks polisi, dialah yang membawa tabung bom yang bocor ke kamar mandi, tetapi berita Anwar yang eks anggota polisi telah dibantah oleh pejabat Polri.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Arif selalu diajak untuk melakukan jihad dan pernah diminta membantu mempersiapkan bom di Depok. Namun, polisi masih terus mengembangkan keterkaitan Toriq, Yusuf, Arif, dan Anwar. Yusuf adalah Yusuf Rizaldi diduga menyewa rumah kontrakan yang menjadi tempat kejadian perkara bom Depok yang tinggal di RT 09 RW 08, Petojo Binatu, Gambir, Jakarta Pusat.
Penelusuran polisi juga menemukan indikasi, teroris bom Depok yang dirawat di Rumah Sakit Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta, adalah Yusuf Rizaldi alias Abu Toto, orang yang sama dengan Anwar. “Karena keluarnya keterangan berinisial A (Anwar) itu berasal dari orang-orang yang diduga terkait,” kata Boy. Dugaan kesamaan antara Anwar dan Yusuf terkait dalam beberapa hal. Profesi pemilik kedua nama tersebut sama yaitu sebagai penjual bubur.
Sejak ledakan bom di Depok (8/9), keduanya tidak pernah terlihat lagi dan ada orang yang mengenali bahwa sepeda motor yang terparkir di depan lokasi kejadian merupakan milik Yusuf. Untuk mencari kepastian, polisi juga sudah mengambil DNA anak dan istri Yusuf, yang diamankan polisi pada Minggu (9/9) malam. Polisi belum memastikan karena tim DVI masih memerlukan beberapa sampel lagi.Dalam penggeledahan di kontrakan Bojong Gede itu, polisi menemukan beberapa bahan peledak di antaranya pipa paralon yang dipotong diisi bahan pembuat bom, kantong pembuat bom, besi untuk membuat laras dan peredam, masker, tujuh butir magasin tempat peluru kaliber 9 mm, timbangan, gelas tabung kimia, dan sarung senjata. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto mengatakan, ada kemiripan bahan peledak yang ditemukan di Bojong Gede tersebut dengan temuan bahan peledak di Tambora dan Depok.
Dari penemuan barang bukti, polisi menyimpulkan adanya keterkaitan antara tiga lokasi kegiatan teroris, Tambora, Beji, dan Bojong Gede. Ada dugaan, bom yang meledak di Beji dirakit di Bojong Gede. “Patut diduga sebagian barang yang ditemukan di Beji berasal dari Bojong Gede,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Jakarta kemarin (11/9).
Di Tambora, barang bukti yang ditemukan berupa belerang, arang, potasium, serbuk aluminium, paku 2 dus, paralon panjang 4 m, plakban, peralatan elektronik untuk switch, baterai 9 volt 4 buah, beberapa detonator, 5 potong paralon ukuran 25 cm berisi bahan peledak yang sudah diplakban tanpa power.Di Beji ditemukan dua granat, satu granat manggis, satu granat asap; sepucuk pistol Bareta dengan amunisinya 17 butir peluru dan 2 pucuk senpi enggran masih dalam rangkaian, peluru cal. 9 mm (50 butir ), cal. 22 mm (30butir), baterai 9 volt (5buah), switcher dalam rangkaian (6 buah), tool kit, gambar pejera, laras dan magasin (manual), black powder, potasium sekitar 7 kg dan 1 unit detonator elektrik, kabel serabut dan tunggal, serta paralon ukuran 11/4 inci 6 buah yang sudah terisi.
Kabareskrim Polri Komjen Pol Sutarman menyatakan bahwa jaringan Thoriq terkait dengan beberapa jaringan teror lainnya. "Kita sudah mengetahui network Thoriq dan kawan-kawan. Ternyata ada link dengan jaringan-jaringan lain, baik bom buku di Bekasi maupun beberapa daerah," jelas Sutarman kepada media di Jakarta, Selasa (11/9). Terkait dana teroris jaringan M Thoriq, Sutarman menuturkan, pihaknya masih mendalami pendanaan yang digunakan oleh kelompok itu. "Masih didalami," katanya.
Nampaknya seperti yang dikatakan Kepala BNPT, Ansyaad Mbai, bahwa jaringan teror yang beraksi akhir-akhir ini merupakan sebuah jaringan besar dan saling terkait. Ansyad menilai kelompok teroris yang ditangkap di Depok dan Solo hanya merupakan salah satu simpul dari jaringan terorisme yang sangat besar di Indonesia."Jaringan terorisme di Indonesia sekarang ini adalah jaringan yang sangat besar. Yang di Depok dan Thoriq itu pun salah satu simpul," kata Ansyad di Kantor Wapres RI, Jakarta, Senin (10/9).
Lebih lanjut Ansyad menjelaskan, semenjak kasus bom Bali I tahun 2002, terungkap bahwa ada jaringan Jamaah Islamiah (JI) yang kemudian pecah menjadi banyak kelompok. Meski demikian, jaringan di antara kelompok pecahan tersebut saling berhubungan dan terikat pada suatu ideologi radikal."Agenda mereka adalah ingin mendirikan suatu kekhalifahan berdasarkan syariat dan musuh utamanya adalah 4 pilar bangsa, Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Sebetulnya harus kita sadari bahwa mereka jaringan besar dan tiap kelompok punya agenda sendiri-sendiri," kata Ansyad. Substansi propaganda kelompok radikal itu, jelas Ansyad adalah menanamkan kebencian dan meyebarkan permusuhan karena perbedaan paham, agama, dan lain sebagainya.
Demikian perkembangan kasus terorisme yang terjadi antara Agustus dan September 2012 yang memprihatinkan. Memang sasaran utama tetap polisi, sebagai prominent target, walaupun kini komunitas Budha juga menjadi sasaran lainnya. Apakah informasi para teroris itu dapat dipercaya, nampaknya tetap ada yang perlu diwaspadai, karena bisa saja mereka membuat pernyataan penyesatan (desepsi) hingga pengamanan menjadi kurang mantap. Semoga ada manfaatnya, Salam.
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi gambar : jakarta.okezone.com