Hanura Dan Wiranto Masih Eksis Pada 2014?

15 August 2009 | 12:20 pm | Dilihat : 210

Dari sembilan  parpol yang lolos persyaratan parliamentary threshold, penulis sudah selesai  membahas   delapan partai. Inilah partai yang kesembilan yang dibahas. Partai Hanura atau Hati Nurani Rakyat, adalah salah satu parpol peserta pemilu 2009. Pada pemilu tersebut Hanura memperoleh dukungan 3.922.870 atau 3,77% suara sah nasional. Pendirian Partai HANURA dirintis oleh mantan Panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) Wiranto bersama tokoh-tokoh nasional yang menggelar pertemuan di Jakarta pada tanggal 13-14 November 2006. Pendeklarasian partai diselenggarakan pada tanggal 21 Desember 2006 di Jakarta. Pendiri Partai Hanura dibidani oleh banyak mantan petinggi TNI. Terdapat delapan orang purnawirawan Jenderal TNI dan Polri dalam akte pendirian partai.

Diantara para tokoh pendiri tercatat Jenderal TNI (Purn) Wiranto, Yus Usman Sumanegara, Dr. Fuad Bawazier, Dr. Tuti Alawiyah AS, Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh. Prof. Dr. Achmad Sutarmadi, Prof. Dr. Max Wullur, Prof. Dr. Azzam Sam Yasin, Jenderal TNI (Purn) Subagyo HS, Jenderal Pol (Purn) Chaeruddin Ismail, Samuel Koto, LetJen TNI (Purn) Suaidi Marasabessy, Marsdya TNI (Purn) Budhy Santoso, Djafar Badjeber, Uga Usman Wiranto, Letjen TNI (Purn) Ary Mardjono, Elza Syarief, Nicolaus Daryanto, Anwar Fuadi, Dr. Teguh Samudra.

Para tokoh tersebut sebelumnya berkumpul dan bersepakat mendirikan Partai Hanura dengan dasar pemikiran kenapa Hanura harus berdiri. Diantaranya alasannya adalah, " Menjawab kepedulian dan kecintaan yang mendalam terhadap nasib negara dan bangsa, menjamin kepastian masa depan bangsa Indonesia yang saat ini tidak jelas arahnya, merekonstruksi model kepemimpinan masa depan yang lebih memahami hati nurani rakyat, serta memiliki sifat-sifat jujur, tegas, berani, dan berkemampuan." Kata Hati nurani dipilih, yang diterjemahkan  "Hati nurani adalah pusat kebenaran sejati. Pada akhirnya, hati nurani adalah solusi dari merosotnya akhlak dan moral bangsa Indonesia. Hati nurani sangat penting untuk mengedepankan kembali kejujuran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang saat ini sedang bermasalah."

Sebagai sebuah partai dengan demikian banyaknya mantan petinggi TNI didalamnya, partai ini pantas disebut partainya para purnawirawan. Dalam posisinya dimasa lalu dimana Pak Wiranto adalah Panglima ABRI, Pak SBY mantan Kasospol TNI dan Pak Prabowo mantan Pangkostrad, maka nampaknya strategi yang dirancang ketiganya mempunyai kemiripan. Operasi pembinaan wilayah dilakukan secara paralel dengan peningkatan citra patron. Hanya dalam upaya menarik minat masyarakat terhadap partai, Hanura masih kalah setingkat dibandingkan dengan Gerindra. Dan bahkan ketinggalan dua tingkat dari Partai Demokrat. Semuanya terefleksikan dari perolehan suara dari ketiga partai, Demokrat mendapat 20,85%, Gerindra mendapat 4,46% dan Hanura mendapat 3,77%. Nampaknya keterbatasan dana menjadi salah satu kendala dari Partai Hanura.

Pada pilpres 2009, Partai Hanura berhasil menempatkan Pak Wiranto menjadi cawapres dari Pak JK dari Partai Golkar. Pada saat kampanye pasangan ini mampu menarik dukungan 26 jenderal purna TNI dari ketiga angkatan dan Polri. Hasil  perolehan suara pada pilpres 2009 dinilai sangat mengecewakan,  pasangan ini hanya memperoleh 15.081.815 suara atau setara dengan 12,41% dari jumlah suara sah nasional yang berjumlah  121.504.481 suara. Pada saat KPU mengumumkan secara resmi hasil pemilu 2009, pasangan JK-Wiranto dengan terbuka mengaku kalah, tetapi tidak mengaku kalah pada KPU sebagai penyelenggara pilpres. Pada intinya sikap pasangan ini tak berbeda jauh dengan Megawati - Prabowo yaitu tak puas dengan soal DPT dalam pilpres. Tim ini tak mau menanda tangani Berita Acara dari KPU tentang kemenangan SBY-Boediono, tapi mereka secara fisik tetap hadir dan mengucapkan selamat kepada yang menang, sementara Mega-Prabowo hanya diwakili Gayus Lumbuun, sebagai Ketua Tim Advokasi.

JK-Wiranto menggugat hasil pilpres ke Mahkamah Konstitusi (MK) dengan hanya satu tuntutan , yakni meminta agar keputusan penghitungan suara dibatalkan. "Kami menilai proses pilpres yang lalu tidak sesuai dengan prinsip pemilihan umum, maka kami tim kampanye JK-Wiranto meminta agar keputusan tentang penghitungan suara dibatalkan," kata koordinator tim advokasi Chairuman Harahap. Mahkamah Konstitusi (MK) pada hari Rabu (12/8) memutuskan dan memenangkan KPU sebagai pihak tergugat. Dalam putusannya, MK menyatakan hanya kesalahan adminstratif yang dilakukan penyelengara pemilu itu, bukan kesalahan masif dan terstruktur seperti ditudingkan kedua pasangan tersebut.  Tim sukses pasangan  Jusuf Kalla-Wiranto menilai argumen hakim konstitusi atas penolakan gugatan sengketa pemilu patut dipertanyakan. Namun, pasangan Jusuf Kalla-Wiranto menerima putusan hukum tersebut.

Maka, dengan demikian, selesailah sudah semua rangkaian pilpres 2009, kini kita hanya menunggu pelantikan presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober yang akan datang. Yang tersisa kini pertanyaan tentang partai Hanura, akan kemana dan bagaimana pada 2014 nanti. Inilah yang mulai harus dipikirkan.  Apakah Hanura masih dapat eksis?, sedangkan pimpinan tertingginya sudah dua kali mengalami kegagalan dalam pilpres. Apabila pada 2014 nanti Hanura masih mampu eksis, mungkin masih mempunyai harapan untuk mengajukan Wiranto kembali, pesaing utamanya  SBY sesuai dengan UU Pilpres tidak dapat maju lagi. Pantang menyerah, kalau semboyan ini yang tetap dipegang oleh ketuanya itu, maka Hanura masih ada harapan untuk eksis, tetapi kalau patronnya mundur, harapannya jelas akan mengecil. Jadi kedua faktor utama, parpol dan tokoh mempunyai saling ketergantungan untuk dapat eksis.

PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana

Sumber: http://politik.kompasiana.com/2009/08/15/hanura-dan-wiranto-masih-eksis-pada-2014/ (Dibaca: 1431 kali)

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.