Nekat, Pengantin Mengancam Presiden
14 August 2009 | 12:16 am | Dilihat : 377
Kita semua terkejut saat Polri secara resmi mengumumkan bahwa pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott pada 17 Juli lalu adalah Danni Dwi Permana, yang baru berusia 18 tahun. Danni direkrut oleh Ustadz Syaefudin Jaelani asal Cirebon, Jawa Barat. Menurut sumber di kepolisian, sang Ustadz juga merekrut 14 orang calon bomber lainnya. Bahkan yang mengejutkan disebutkan sasaran setelah Marriott yang mereka rencanakan selanjutnya adalah kediaman pribadi Presiden SBY di Cikeas dan istana negara.
Banyak dari kita yang merasa heran dan mempertanyakan, kenapa mereka mau mati sebagai bomber, atau pelaku bom bunuh diri itu. Dari beberapa sumber, inilah sedikit penjelasannya. Peneliti terorisme Al Chaidar dalam wawancara di TV mengatakan bahwa para bomber itu dipilih dari orang-orang yang gelisah, labil, sedang ada persoalan. Kurang memahami agama dengan benar, kemudian dipengaruhi secara psikologis agar mau mati syahid dan dijamin akan masuk surga. Abu Wildan, teman baik Noordin M Top mengatakan istilah tersebut sesuai dengan keyakinan si bomber. "Karena dia akan meninggal dunia, kalau merasakan akan syahid, mungkin diterima disisi Allah, otomatis masuk ke surga firdaus."
Ahmad Kusaeni, me-refer tulisan David Brooks atas hasil investigasi wartawan Pakistan Nasra Hassan yang mewawancarai 250 orang yang merekrut dan melatih para calon pelaku bom bunuh diri di Palestina selama kurun waktu dari tahun 1996 sampai 1999. Calon pengebom dikelompokkan ke dalam sel-sel kecil dan diberikan ceramah agama serta melakukan ritual ibadah yang intensif. Mereka diajak untuk melakukan jihad (meski pemahaman akan jihadnya menyesatkan), dibakar kebenciannya terhadap musuh (biasanya simbol-simbol Barat dan pendukung Israel) dan diyakinkan akan masuk surga sebagai balasan tindakannya. "Pengebom bunuh diri dicekoki bahwa surga terbentang dibalik detonator pemantik bom dan ajal kematian akan dirasakan tidak lebih dari sekedar cubitan (yang sama sekali tidak menyakitkan)," tulis Brooks.
Mereka diingatkan secara terus menerus bahwa hidup di dunia itu fana, sementara, banyak penderitaan, cobaan dan penghianatan. Yang abadi adalah di surga dimana ada 72 bidadari yang menunggu dengan penuh cinta. Mungkin karena akan bertemu dan menikah dengan bidadari di surga itu, maka si calon pengebom bunuh diri disebut sebagai pengantin. Lalu saat bom meledak dan nyawa si pelaku melayang disebut sebagai "perkawinan", yakni pertemuan antara jiwa si pelaku dengan sang bidadari.
Fareed Zakaria menyebutkan bahwa kini terdapat kaum muda yang kebingungan, dengan satu kaki di dunia lama dan kaki lain di dunia baru, sekarang ini mencari alternatif yang lebih murni dan sederhana. Ledakkan anak-anak muda yang gelisah disebuah negara adalah berita buruk. Ketika disertai dengan perubahan ekonomi dan sosial, biasanya akan menghasilkan politik protes baru. Hasil penelitian Dr Yusef Yadgari menyebutkan bahwa sebagian pengebom bunuh diri dilandasi oleh keputusasaan dan mereka umumnya datang dari kelompok masyarakat yang miskin dan marjinal.
Stephen M. Walt mengungkapkan bahwa konflik-konflik yang tak terselesaikan selalu merupakan bahaya potensial. Konflik yang berkepanjangan mendorong timbulnya kebencian dan keinginan untuk balas dendam, membantu munculnya kelompok-kelompok yang tujuan utamanya mengobarkan perang. Kondisi ini menyediakan tanah penyemaian yang ideal bagi jenis orang yang bersedia terlibat dalam teror massal.
Tini Larantika ibu Danni Dwi Permana mengatakan bahwa anaknya telah menjadi korban teroris yang merekrutnya dengan penerapan konsep jihad yang salah. Danni pernah mengatakan ingin berjihad. Namun, jihad yang ia katakan adalah berdakwah dari mesjid ke mesjid, tapi ternyata anaknya telah menjadi pemantik bom bunuh diri dan berubah menjadi jihad yang menyakiti orang lain. Dia yakin anaknya bukan seorang teroris, tetapi hanya korban, terbina oleh teroris. Dia pemuda yang gelisah, hanya penjaga mesjid, ayahnya dipenjara, ibunya di Kalimantan.
Kini, bagaimana kita menyikapi sebuah upaya pengaruh yang menggunakan dalil-dalil agama Islam tersebut ?. Tanggapan terhadap kelompok teroris ternyata tidak bisa hanya diserahkan kepada polisi saja, ia telah melibatkan Indonesia dalam pertempuran ideologis antar umat Muslim. Muslim moderat umumnya segan mengkritik atau membungkam fanatisme kaum radikal. Hal yang sama pernah terjadi pada kaum moderat di Irlandia Utara, dimana mereka takut dengan apa yang bakal menimpa bila mereka mengutarakan pikirannya. Ini adalah pertempuran, perjuangan untuk merebut hati dan pikiran dimana teroris telah meraih sejumlah kemenangan. Indonesia sejak 2002 telah diserang dengan enam pemboman bunuh diri yang cukup meresahkan dan menggoncangkan stabilitas keamanan.
Kini, ancaman nyata bukan hanya dari seorang Noordin M Top, yang belum juga berhasil ditangkap. Jaringannya sudah semakin meluas, mirip belalai gurita. Seorang Ustadz Syaefudin saja telah mampu merekrut 14 pengantin, sedang kitapun tidak tahu tepat berapa banyak Ustadz lainnya yang sekelas dirinya. Hal lain yang demikian penting adalah adanya rencana penyerangan terhadap Presiden. Ancaman ini sudah demikian jauh dan berbahaya, dapat dikatagorikan sebagai perang gerilya, bukan hanya sebuah skenario kriminal. Sejak 2002 teroris hanya menyerang kepentingan AS dan sekutunya di Indonesia dan dikendalikan oleh Noordin M Top yang menggantol ke Al-Qaeda. Pada 2009 ini target bergeser menjadi sasaran lokal yaitu presiden. Ini menunjukkan bahwa Noordin telah berhasil link up dengan kelompok lokal lainnya, seperti NII, kelompok Poso, sehingga kedua target internasional dan lokal digarapnya bersama-sama.
Presiden adalah simbol negara Indonesia yang harus dipertahankan oleh bangsa ini tanpa kompromi. Jangan kita mengorbankan pimpinan nasional kita hanya dengan alasan demi ini atau karena itu. Dukungan politis harus diberikan kepada militer dalam pelibatan aktif, sejajar bersama polisi, pada kurun waktu tertentu. Apabila pengambilan keputusan terus menerus ditunda dan bahkan ditolak oleh DPR, maka kita harus siap menerima resiko, dimana pembinaan teroris-teroris muda akan terus bertambah dari hari kehari. Dan kita akan dilibat oleh gurita itu. Oleh sebab itu, langkah pertama untuk memperlemah dasar ideologi kelompok teroris adalah memahami semesta simbolis, yang kedalamnya para pemuda-pemuda kita itu telah diseret masuk. Rumus counter ini ada pada kegiatan yang disebut operasi intelijen terpadu dan pembinaan teritorial.
PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana
Sumber:http://umum.kompasiana.com/2009/08/14/nekat-pengantin-mengancam-simbol-negara/ (Dibaca: 2356 kali)