Marawi Lokasi Konvergensi ISIS? Sulit Meniru Mosul dan Raqqa
28 May 2017 | 2:51 pm | Dilihat : 1607
Ilustrasi, Menkopolhukam Wiranto (tengah) bersama Menkumham Yasonna H. Laoly (kiri), Mendagri Tjahjo Kumolo (kedua kanan), dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian (kanan) memberi keterangan pers di Kantor Kemenko Polhukam ANTARA FOTO
Menteri Koordinator Polhukam, Wiranto, di Kantor Kemenko Polhukam, Jumat (26/5/2017) menyampaikan perkembangan terbaru terkait pergerakan kelompok ISIS di Marawi, Mindanao, Filipina. Wiranto menyatakan ada indikasi Marawi akan dijadikan lokasi konvergensi ISIS. Kota berpenduduk sekitar 200.000 jiwa itu dianggap sebagai basis operasi baru yang strategis oleh ISIS sejak mereka mulai dipukul mundur di Suriah. Oleh karena itu, untuk kawasan Asia Tenggara, Mindanao dijadikan pusat penggalangan kekuatan, demikian menurut Menko Polhukam.
Kondisi Yang Berlaku
Seperti diberitakan, kelompok militan lokal Filipina, Maute telah menduduki kota Marawi sejak Selasa (23/5/2017). Mereka membakar bangunan, membawa dan menyandera seorang pastor dan menyegel sebagian besar kota. Sedikitnya 21 orang tewas dalam pertempuran yang meletus pada Selasa malam itu, saat tentara Filipina menggerebek tempat persembunyian tokoh Abu Sayyaf Isnilon Hapilon di Marawi. Hapilon yang masuk dalam daftar teroris yang kepalanya dihargai pemerintah AS sebesar US $ 5 juta selamat dari penyergapan setelah memanggil bala bantuan dari kelompok Maute.
Presiden Duterte mengumumkan berlakunya darurat militer di Mindanao (foto : Portal Aceh)
Pada hari Rabu (24/5/2017) Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan keadaan kondisi darurat militer selama 60 hari tidak hanya di Marawi saja tetapi juga di seluruh wilayah pulau Mindanao dan sekitarnya. Diberitakan oleh Reuters, Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada hari Jumat (26/5/2017) dalam pengepungan yang terus berlanjut terhadap kaum radikal Muslim di Marawi menunjukkan bahwa Islamic State telah hadir di Filipina.
Dia mengatakan kepada pemberontak bahwa masih ada kesempatan untuk perdamaian. Duterte mengatakan bahwa dia bersedia mengadakan dialog dengan kelompok militan Maute, "Pesan saya terutama kepada para teroris di sisi lain adalah kita masih bisa menyelesaikannya melalui dialog," katanya dalam sebuah pidato kepada tentara di Iligan City, dekat kota Marawi.
Dalam konflik bersenjata yang terus berlanjut, Jaksa Agung Filipina mengatakan pada hari Jumat (26/5/2017) adanya militan asing yang berasal dari Indonesia, Malaysia dan Singapura, berkolaborasi dengan militan lokal tersebut.
Dikatakannya, diantara korban yang tewas dalam pertempuran hari Kamis terdapat WN Malaysia dan Indonesia. Sedikitnya 44 orang tewas dalam pertempuran tersebut, terdiri dari 31 gerilyawan dan 11 tentara. Pejabat Angkatan Darat mengatakan serangan militer pada Kamis (25/5) oleh tentara didukung tembakan bantuan udara menggunakan helikopter. Letnan Kolonel Jo-ar Herrera mengatakan bahwa helikopter tersebut melakukan penyerangan roket dalam "serangan presisi".
Dalam penyerangan ke Marawi, militer Filipina mengerahkan panser dan pasukan penyerbu (foto : ABS-CBN)
Pertempuran di Marawi yang mirip seperti zona perang telah memicu eksodus penduduk. Herrera mengatakan pihak berwenang meyakini Isnilon Hapilon, yang berada dalam daftar teroris teroris yang paling dicari di Washington itu, masih berada dan bersembunyi di Marawi.
Terorisme Global (Ref ; Artikel Penulis Sebelumnya)
Al-Qaeda dan Islamic State (IS) yang lebih populer dengan trade mark ISIS masih menjadi induk ideologi radikal organisasi teroris tingkat dunia. Selain di Irak dan Suriah yang menjadi pusat perjuangan, mereka kini memecah diri dan membentuk sel-sel lebih kecil yang berpusat di tiap-tiap negara, saling berhubungan dan saling menyokong satu sama lainnya.
Perbedaan strategi terkini, nampaknya Al-Qaeda akan menggunakan alur politik, membentuk Khilafah dengan target 2020 akan menciptakan negara Islam menurut versinya di kawasan Timur Tengah dan Indonesia akan dijadikan bagian khilafah penyokong. Sementara ISIS atau kini bernama Islamic State tetap menggunakan jalur kekerasan, dengan doktrin tempur dan siap mati. Doktrin ini telah dilakukannya di Suriah dan Irak dan akan terus di kembangkan di seluruh dunia.
Pertempuran antara Irak dengan ISIS di Mosul yag diakui sebagai ibukota ISIS di Irak, ini disebut sebagai Ibu pertempuran (Foto : BBC)
ISIS berkembang pesat sejak Tahun 2014, berhasil menarik militan radikal dari seluruh dunia dalam mewujudkan negara Islam di Irak dan Suriah. Global jihad di dua negara itu berhasil menarik perhatian dan mendapat dukungan para jihaddis dari seluruh dunia, karena diyakini oleh para simpatisannya bahwa apa yang dilakukannya sebagai akhir dari peperangan Islam untuk mewujudkan negara Syam.
Pada akhir tahun 2014, Islamic State menunjukkan perkembangan yang signifikan. Kekuatan jihaddis (pasukan), diperkirakan sekitar 100.000 org, yang tersebar di Suriah 50.000 orang (termasuk 20.000 WNA dari Teluk Chechnya dan Eropa Barat). Kekuatan IS di Irak 30.000 org (3.200 – 4.000 WNA). Sumber dana yang dimiliki sekitar 95 % berasal dari hasil pemerasan, penyelundupan minyak, uang tebusan, dan dari Bank-bank di Mosul, sedang yang 5% berasal dari negara-negara teluk. ISIS saat itu mampu menggalang kekuatan baik mereka dengan motif ideologis maupun motif ekonomi. Mereka kaya dengan perampokan dan penjualan minyak gelap dibawah harga pasar dunia.
Dengan dana besar serta senjata rampasan dari tentara Irak, ISIS terus berkibar, hingga titik rawan mereka diserang habis oleh koalisi AS, dan koalisi Rusia. Mereka di dikte dalam serangan udara presisi dengan teknologi tinggi. ISIS tidak memiliki kekuatan dan pertahanan udara. Penghasilannya dari minyak terhenti, konvoi truk minyaknya dihabisi dan banyak pasukan serta basis logistik dihancurkan.
Presiden Obama memeluk prajurit militer Amerika, antara ketegasan, strategi dan kebersamaan sebagai warga AS (Foto : occupydemocrats)
Presiden Barack Obama saat masih menjabat pada Tahun 2016 menyatakan bahwa ISIS (IS) bukan tidak tak terkalahkan. Ditegaskannya dalam sebelas bulan terakhir, sebanyak 25.000 teroris IS terbunuh, serta dimana dalam waktu setahun sebelumnya 20.000 lainnya telah tewas. Jenderal McFarlan, Panglima Komando Pasukan Koalisi Perlawanan terhadap IS mengatakan, kekuatan Islamic State kini jumlahnya diantara 15-30.000 orang yang tersebar di Suriah dan Irak.
Tetapi di sisi lainnya, Presiden Obama memperingatkan bahwa kelompok itu masih tetap merupakan ancaman, "The possibility of an actor who acts alone or in a small cell that kills people is real," katanya. Mereka telah mengaktifkan sel di AS dan ada signal mereka akan aktif menyerang di luar negeri.
Abu Muhammad al-Adnani (juru bicara IS) yang nama aslinya Taha Subhi Falaha mulai mengakui kerugiannya di medan perang. Para pemimpin IS mengakui adanya kesalahan strategis dan taktis terhadap kondisi Negara Islam saat ini. Mereka hanya berjuang sendiri dan hanya didukung jihaddis manca negara, yang harus melawan array yang luas dari kekuatan besar dari koalisi Barat, Arab Sunni, Muslim Syiah, Rusia dan Kurdi (McCants, Brooking Institute).
Al-Adnani (Alm), pada bulan Mei 2016 menyatakan, "Apakah kami dikalahkan ketika kehilangan kota di Irak dan di padang pasir tanpa kota atau tanah? Dan akankah kami dikalahkan dan Anda menang jika anda mengambil Mosul, Sirte atau Raqqa, atau bahkan mengambil semua kota?” "Tentu tidak!" tegasnya. Dilain sisi para analis intelijen menilai, Adnani terlihat menyiapkan kondisi akan kekalahan perang.
Abu Muhammad al-Adnani, orang kedua di ISIS, sebagai juru bicara dan konseptor, tewas di Suriah (foto ; BBC)
Ditegaskannya, "Sementara struktur inti kami di Irak dan Suriah diserang, kami telah mampu memperluas dan telah menggeser beberapa perintah melalui media dan struktur kekayaan ke negara-negara yang berbeda. Dari sanalah akan dilakukan serangan". Untuk kawasan Asia Tenggara, Filipina menjadi pilihan utamanya apabila simpatisan tidak bisa berangkat ke Suriah.
Marawi Sebagai Konvergensi ISIS
Konvergensi yang dimaksud adalah sebagai pusat penggabungan para simpatisan ISIS atau Islamic State yang berada di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya. Pemahaman Marawi terindikasi akan dijadikan tempat pemusatan terorisme global ISI di kawasan Asia Tenggara mulai nampak dengan pendudukan kota Marawi oleh kelompok militan Maute yang berafiliasi ke ISIS.
Awal pertempuran, terjadi hari Selasa (23/5/2017) sekitar pukul 15.00 terjadi baku tembak antara kelompok bersenjata dengan personel Brigade Infantri ke-103 di Marawi City. Marawi terletak sekitar 200 km dari Davao City dimana walikotanya adalah Sara Duterte-Carpio, putri Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Tercatat tiga aparat tewas dan 12 lainnya terluka dalam awal baku tembak tersebut.
Isnilon Hapilon pimpinan tertinggi Abu Sayyaf (baju hitam) ditengah pasukannya (foto : Banjarmasin)
Pertempuran pecah setelah militer menggerebek tempat persembunyian pemimpin Abu Sayyaf Isnilon Hapilon (berba'iat kepada Abu Bakar al-Baghdadi, ISIS). Hapilon diketahui sedang mengobati luka-lukanya akibat serangan udara AU Filipina. Militer menduga kelompok itu adalah Negara Islam Lanao atau dikenal juga dengan nama kelompok Maute.
Isnilon Hapilon, pimpinan Abu Sayyaf yang berbasis di provinsi Basilan kini memimpin sebuah batalyon baru Islamic State dengan nama Khatibah Al-Muhajir atau "Batalyon Migrant." Diketahui sebagian besar kekuatan tempur mereka terdiri dari jihaddis Lokal, Malaysia dan Indonesia (masih perlu pendalaman). Islamic State belum lama ini merilis video propaganda yang mengimbau pendukungnya di Asia Tenggara untuk bergabung ke Filipina Selatan apabila mereka mengalami kesulitan untuk berangkat ke Suriah dan Irak (Baca Ramalan Intelijen : filipina selatan akan dijadikan basis utama islamic state asia tenggara )
Setelah Isnilon Hapilon mengambil alih kepemimpinan Abu Sayyaf Grup, ASG (Abu Sayyaf Group) telah berkembang menjadi kelompok teror yang sangat terkenal dan menakutkan karena melakukan penculikan, pembunuhan, pemboman dan tindak kegiatan kriminal lainnya di Filipina Selatan.
Jihadis asal Malaysia yang kini berada di Filipina Selatan diantaranya adalah, Mahmud Ahmad, Muhammad Joraimee Awang Raimee, Amin Baco dan Jeknal Adil yang melarikan diri ke Filipina Selatan, dilaporkan telah merekrut militan di Malaysia dan pernah mengirim simpatisan IS tersebut ke "Dar al-Harb" (medan perang), di Suriah dan Irak.
Kelompok bersenjata di Filipina Selatan, walau berbeda faham tetapi sewaktu-waktu bisa bersatu, Intelijen AS terus memonitor ancaman ISIS (foto : youtube)
Kelompok Maute yang mengklaim memiliki link ke Islamic State dilaporkan pada akhir Agustus 2016 telah menyerbu penjara di Provinsi Lanao del Sur. Kelompok teror tersebut berhasil membebaskan sekitar dua lusin tahanan, termasuk delapan rekan mereka yang ditangkap hanya satu minggu sebelumnya. Serangan pada penjara pemerintah ini merupakan pukulan besar terhadap law enforcement dan ketertiban di Filipina.
Kepala Inspektur Kota Marawi, Parson Asadil mengatakan para pria bersenjata itu berhasil membebaskan pemimpin mereka, Hashim Balwawag Maute, yang juga telah berbai'at kepada pemmpin Negara Islam Abu Bakr al-Baghdadi. Maute ditangkap tanggal 22 Agustus 2016 di pos pemeriksaan tentara-polisi Filipina di kota Lumbayanague di Provinsi Lanao del Sur. Dia dilaporkan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan teroris.
Pihak Intelijen AS dan pejabat militer mengatakan bahwa, "Hapilon telah menempatkan Filipina langsung di bawah kendali jaringan teror, dan ini adalah game-changer." Perubahan permainan bisa berupa terbentuknya kegiatan pemberontakan yang lebih besar di Filipina Selatan.
Nah kini pertempuran yang terjadi di Marawi melibatkan kelompok militan pendukung Isnilon Hapilon dengan dukungan militan lokal Maute. Panglima AB Filipina, Jenderal Eduardo Año mengatakan hampir 50 orang bersenjata memasuki kota tersebut. Sementara itu, Walikota Marawi Majul Usman Gandamra mengatakan dalam sebuah wawancara dengan "Headstart" ANC bahwa menurutnya jumlahnya 100 sampai 200. Dari beberapa informasi kini terdapat sekitar 10 WN Indonesia yang berada di Marawi dengan menggunakan modus jamaah Khuruj (meninggalkan rumah untuk beribadah dan berdakwah di Masjid selama 40 hari).
Analisis
Informasi bahwa Filipina Selatan akan dijadikan basis pelatihan serta pemusatan kekuatan militan yang pro ke ISIS memang merupakan salah satu konsep dari Al-Adnani (Alm) dalam mengantisipasi kemungkinan kekalahan dan rusaknya tatanan negara Islam di Suriah dan Irak yang mereka ikrarkan.
Sejumlah militan asing telah hadir di Filipina selatan selama beberapa dekade, termasuk dari beberapa negara Asia yang paling dicari. Sebelum itu Abu Sayyaf hanya sebuah kelompok teroris lokal. Tetapi sekarang mereka telah menggunakan ideologi ISIS (IS). Nampaknya kini kelompok Hapilon ingin menjadikan kawasan Filipina Selatan sebagai provinsi ISIS (bagian dari kekhalifahan).
Presiden Duterte menyadari bahaya dari ISIS yang bertekad akan mendirikan negara Islam, dia menyebutnya Filipina berisiko "terkontaminasi". Mereka berhasil meradikalisasi sejumlah Muslim Filipina, menarik minat militan Singapura, Malaysia dan Indonesia untuk bergabung. Nampaknya konsep pembentukan negara Islam di Suriah dan Irak kini dipakai di Filipina Selatan, walaupun dari berbagai pertimbangan keterbatasan, para simpatisan ISIS hanya akan membentuk sebuah provinsi sebagai langkah awal.
Kasus ini mengingatkan penulis dengan apa yang disampaikan oleh Jaksa Agung Australia, George Brandis (Sydney Morning Herald seperti dikutip oleh The Guardian Selasa , 22/12/2015). ISIS telah mendeklarasikan niatnya mendirikan khilafah di luar timur tengah, semacam kekhalifahan level provinsi. Nah konsep ini nampaknya yang sedang terjadi di Marawi, walau sebenarnya target utamanya termasuk Indonesia.
Bagaimana kasus Marawi dalam persepsi intelijen? Memang betul simpatisan ISIS kini coba membentuk khilafah tingkat propinsi di Filipina Selatan, meningkatkan otonomi khusus yang disepakati antara Manila dengan kelompok Muslim di Mindanao. Fokus Marawi sebagai lokasi Konvergensi ISIS kini merupakan pilihan utama ISIS, dimana jajaran ISIS pusat hanya mengakui dua lokasi, Filipina Selatan serta Poso (Indonesia). Kelompok Majelis Indonesia Timur (dibawah Santoso) telah porak poranda, nah Mindanao kini cukup realistis akan dijadikan konvergensi plan B.
Apakah mereka akan sukses? Nampaknya baik Isnilon Hapilon maupun Hashim Balwawag Maute masih akan menjumpai kesulitan dan hambatan terutama dalam masalah pendanaan. Oleh karena itu mereka akan mencari dana, terus melakukan penyanderaan dengan tuntutan uang tebusan. Selain yang mereka harapkan adalah dukungan dana dari Suriah. Terlepas dari militansi para jihaddis lokal, para jihadis asing di Suriah dan Irak digajih oleh Baghdadi. Kini setelah kesulitan dana, maka pasukan asal asing menurun drastis.
Inilah masalah yang akan dihadapi kelompok ISIS di kawasan Mindanao. Disamping itu titik rawan mereka tidak mempunyai kekuatan dan pertahanan udara. Mereka hanya mempunyai kemampuan perang gerilya, bukan perang dalam arti yang sebenarnya. Rakyat dijadikan sebagai tameng pelindung sehingga sulit diserang. Masih sulit meniru ISIS di Irak dan Suriah.
Nah, Filipina mempunyai dua pilihan, pertama seperti dikatakan Presiden Duterte, pemerintah mengajak berunding. Kedua, Duterte mengerahkan ke Marawi bukan infanteri biasa tetapi pasukan khusus anti gerilya. Apapun dinamikanya, pemerintah Indonesia sebaiknya terus mewaspadai perkembangan di Mindanao, indikasi dari Menko Polhukam perlu ditindak lanjuti dan di dalami oleh intelijen.
Pejabat KJRI di Filipina jangan terlalu mudah mempercayai apabila dalam konflik senjata ada WNI yang ingin melakukan kegiatan agama di wilayah konflik. Kegiatan Khuruj kenapa harus dilakukan di daerah konflik di Filipina, bisa saja dilakukan di Indonesia. Ini jelas mencurigakan. Jusru perwakilan Indonesia mewaspadai lebih ketat agar keterlibatan mereka yang percaya dengan jihad versi radikal ISIS dapat dibatasi. Ada peribahasa bahwa domba masih bisa diberi arahan, tetapi apabila sudah menjadi serigala sulit dikendalikan dan menjadi sangat berbahaya. Kira-kira begitu.
Penulis : Marsda Pur Prayitno Ramelan, Analis Intelijen www.ramalanintelijen.net