Ini Kata Wapres JK di Mata Najwa Tentang Kabinetnya

24 July 2014 | 12:54 pm | Dilihat : 1623

jusuf kalla

Wakil Presiden Jusuf Kalla (sumber foto : ayovote.com)

Pembaca pasti tidak asing dengan acara Mata Najwa dari Metro TV yang demikian terkenal dan digemari oleh pemirsa. Acara ini merupakan talk show yang dipandu anchor cantik Najwa Shihab. Bincang-bincang Mata Najwa kabarnya merupakan acara Metro TV dengan rating tinggi disamping Kick Andy, Mario Teguh  dan Prime Time News. Najwa Shihab yang akrab  dipanggil Nana  dilahirkan tanggal 16 September 1977, adalah putri kedua dari Quraisy Shihab, mantan Menteri Agama di Era Kabinet Pembangunan VII. Nana  adalah alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia Tahun 2000, pernah berkarier di RCTI dan bergabung di Metro TV sejak 2001.

Penulis sering mengikuti acara Mata Najwa, dimana menurut bahasa komunikasi pemirsa populer, Najwa ini good looking. Dia cantik, smart dan terlihat apa adanya, tertawanya lepas. Najwa pernah menyabet beberapa penghargaan sebagai jurnalis. Tahun 2006 ia terpilih sebagai Jurnalis Terbaik Metro TV, dan masuk nominasi Pembaca Berita Terbaik Panasonic Awards. Pada tahun yang sama, bersama sejumlah wartawan dari berbagai negara, Najwa terpilih menjadi peserta Senior Journalist Seminar yang berlangsung di sejumlah kota di AS, dan menjadi pembicara pada Konvensi Asian American Journalist Association.

Tahun 2007, pengakuan terhadap profesionalisme Najwa tidak hanya datang dari dalam negeri, tapi juga manca negara. Terbukti, selain kembali masuk nominasi Pembaca Berita Terbaik Panasonic Awards, ia juga masuk nominasi (5 besar) ajang yang lebih bergengsi di tingkat Asia, yaitu Asian Television Awards untuk kategori Best Current Affairs/Talkshow presenter (Wiki).

Nah, tadi  malam penulis melihat anchor favorit ini mewawancarai Wapres, Pak Jusuf Kalla yang lebih akrab dipanggil JK di acaranya Mata Najwa. Sebelumnya Najwa memunculkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo serta Bima Arya Sugiarto Walikota Bogor yang di dampingi pengamat politik Hanta Yudha. Acara semacam ini penting, karena masyarakat membutuhkan informasi sebagai kelanjutan proses pilpres. Kini beredar bermacam isu baik tentang konsep susunan kabinet baru, apa langkah Jokowi, bagaimana tanggapan pemerintah, nah semua itu dengan gaya Najwa yang santai dan ceria di buka pada acaranya itu. Inilah kemenangan Metro TV dalam menggali informasi formal dari seorang wapres Jusuf Kalla.

mata-najwa-mencari-wakil-preside-480x293

Apa Kata Wapres JK

Dalam wawancara di bincang-bincang Mata Najwa, terlihat JK sangat menguasai,  nampak mantap dengan pengalaman dan kenyang makan asam garam. JK mengatakan bahwa seharian Rabu dia sibuk menerima kunjungan teman, sahabat mengucapkan selamat. Saat Nana menanyakan beberapa hal terkait dinamika politik setelah selesainya pilpres. JK mengatakan bahwa dia bersama Jokowi bersyukur pelaksanaan pilpres berlangsung dengan aman.

Dijelaskan juga mengapa pidato kemenangan Jokowi dilakukan di Selasa (22/7/2014) malam, di atas kapal pinisi Hati Buana Setia yang sedang bersandar di Dermaga IX Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Nahkoda kapal itu dikatakan JK adalah orang Bugis, satu daerah dengannya. Nahkoda terkejut karena kapalnya akan dipakai untuk pidato presiden terpilih. Menurut JK itu semua ide Pak Jokowi yang menunjukkan komitmentnya tentang maritim.

JK juga menjelaskan bahwa saat pilpres kubu capres Prabowo-Hatta unggul di Jawa Barat, sementara kubunya menang di Jawa Tengah, dengan keadaan berimbang, maka kemenangan banyak ditentukan di Jawa Timur. Setelah pengumuman kemenangan saat ditanya Najwa, dijelaskan bahwa Presiden SBY menelpon Jokowi dan dirinya mendapat telpon ucapan selamat dari wapres Boediono. Ditanya Najwa, apakah dia atau Jokowi menelpon Prabowo, dijawab dengan sedikit gurau, kalau yang menang menelpon yang kalah, terus  mau bilang apa?

Najwa kemudian menanyakan tentang penyusunan kabinet. Memang kita ketahui kini banyak beredar nama-nama susunan kabinet dari pemerintahan yang akan datang, apakah memang sudah disusun? Dijawab JK, sekarang belum, kan masih tiga bulan lagi. Penyusunan nanti saja, hanya dibutuhkan waktu satu minggu juga cukup. Jadi terjawab sudah susunan kabinet yang beredar itu Hoax.

Hal penting dijelaskan oleh JK, bahwa kabinet yang akan disusun adalah kabinet ahli, artinya para anggota kabinet akan dipilih dari para profesional. Benar memang akan bisa juga dipilih dari parpol pendukung, karena diantara kadernya banyak yang ahli. Itu bukan konsep bagi-bagi kursi katanya. Sebuah pemerintahan dibangun oleh partai-partai politik, karena itu wajar apabila mereka diberi porsi sesuai posisi kursinya, tetapi dengan catatan tetap harus yang ahli. Menarik statement JK ini memang. Para anggota kabinet akan dimintakan ijin ketua partainya dahulu. Saat ditanya tentang peluang Ganjar Pranowo dan Arya Bima, JK mengatakan keduanya adalah tokoh potensial. Ganjar menyatakan akan lebih baik dirinya tetap di Jawa Tengah saja.

Selanjutnya dikatakan oleh JK, bahwa kabinet akan disusun bersama-sama para ketua parpol koalisi. Mengenai parpol lainnya, kini memang sedang dalam tahap pembicaraan awal. Bisa saja anggota kabinet diambil dari profesional non partisan, atau parpol diluar koalisi, selama itu memang diperlukan. Menurut penulis misalnya, bukan tidak mungkin Prof Mahfud MD, yang walaupun kemarin-kemarin berada di kubu Prabowo, nanti ditarik menjadi salah satu pejabat hukum, Jaksa Agung misalnya. Mengapa tidak? Mahfud adalah sosok yang tegas, dibuktikan bahwa sehari sebelum pengumuman dia menyatakan gagal memenangkan Prabowo dan  menyerahkan mandat pada 22 Juli kemarin. Kemungkinan tokoh pakar hukum yang tegas, jujur,  berpendidikan tinggi dan lengkap pengalamannya semacam Mahfud ini akan dilirik, barangkali?

Itulah sosok JK yang walau sudah sepuh, masih energik menjawab pertanyaan Najwa yang kadang suka nakal. JK menunjukkan kelasnya sebagai tokoh yang matang, berpengalaman, tidak ragu. Dia menguasai panggung politik dimana ritme gejolak yang pasti akan dihadapi Presiden Jokowi paling tidak akan diredamnya. Dua kali JK maju menjadi cawapres dan dua-duanya dia sukses, padahal tidak didukung partainya Golkar. Yang pasti ARB akan lebih aman duduk sebagai Ketua Umum Golkar, karena JK menyatakan tidak berminat mengambilnya, dia ingin berkonsentrasi sebagai wakil presiden.

Yang terakhir, sehebat apapun Jokowi, jelas keberadaan JK disampingnya akan sangat membantu dalam memimpin negara yang masyarakatnya unpredictable ini. Sekarang suka belum tentu selamanya suka, dahulu Pak SBY dipuja setinggi langit sejak 2004, tetapi setelah pilpres 2009 dalam perjalanannya ke 2014, bukan main, demikian  banyak yang menghujatnya. Demikian juga yang terjadi pada Gus Dur, dulu dikondisikan oleh kelompok poros tengah, jadi presiden, dan begitu mereka merasa tidak sesuai lagi dan pada bosan (tidak sesuai dengan keinginan), maka tokoh hebat, powerfull yang kharismatik dan sederhana itupun runtuh juga akhirnya.

Oleh karena itu, berada di panggung politik, kuat mental saja tidak cukup, bijakpun saja tidak cukup, dibutuhkan pemahaman mendasar dan kerja team. Para elit pembentuk kondisi itu selalu berbicara dengan kepentingannya, tidak ada belas kasihan disitu, lihat saja bagaimana berat black campaign saat kampanye. Semua sisi capres di hajar, di bumi hangus. Bahkan residunyapun masih tersisa hingga kini.  Para raja tega itu suka dengan yang namanya perubahan tapi menguntungkan mereka.

Dengan demikian, apakah kita menjadi pesimis? Jelas tidak dan tidak boleh, semoga Pak Jokowi mampu melihat panggung itu dari beberapa perspektif yang berbeda, sehingga tidak masuk kedalam killing ground dari mereka yang merupakan musuh tidak nyata (biasanya dalam selimut). Pergunakan teori intelijen, informasi bisa benar dan bisa tidak, yang benar adalah informasi yang sudah menjadi intelijen, yaitu beberapa informasi yang sudah dikonfirmasi, sudah dinilai sumber dan isinya. Hati-hati dengan pembisik dan informasi  yang sering menjerumuskan.

Demikian masukan sederhana ini. Semua ini demi kebaikan dan kelangsungan masa lima tahunan Pak Jokowi. Pak JK adalah tokoh berpengalaman, bisa menjadi sumber bagi Pak Presiden dalam mengambil keputusan. Tetapi juga mesti waspada, jangan-jangan ada orang yang berfikir mari kita jadikan saja Pak JK jadi Presiden. Caranya? Banyak cara di politik itu. Karena itu kini tugas berat PDIP sebagai parpol pelindungnya, yang lainnya hanya teman koalisi. Berat memang, complicated, tidak sesederhana seperti yang kita bayangkan. Namanya juga Presiden dari 248 juta rakyat. Berat memang jadi presiden, akan tetapi lebih berat lagi kalau tidak jadi presiden.  Kuncinya ya harus cerdas dan cerdik.

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.