Langkah Cepat PM Malaysia Najib Razak dalam Kasus MH17 Sangat Dipuji
25 July 2014 | 7:11 am | Dilihat : 380
[google-translator]
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak (foto: themalaymailonline.com)
Hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 pada 8 Maret 2014 yang hingga kini belum juga ditemukan telah memberi pelajaran sangat penting bagi pemerintah Malaysia, karena saat kejadian sempat membuat para pejabat pemerintah menjadi gagap. Keputusan yang dibuat pejabat terkait terlihat tidak dalam satu rentang kendali komando yang terpusat, tetapi mereka saling mengutarakan pendapat dan membuat keputusan yang saling silang sehingga menjadikan penyelidikan lambat dan tidak efektif. Komando kendali menjadi lebih tertata setelah PM Najib Razak mengambil alih dari tangan para pejabat yang bertanggung jawab.
Dalam kasus jatuh dan hancurnya pesawat serupa di wilayah Ukraina, PM Najib dalam waktu singkat segera memberdayakan intelijen, mengumpulkan informasi perkembangan situasi mendasar baik mengenai kasus maupun perkembangan situasi di lapangan. Jatuhnya pesawat Malaysia itu menurut perkembangan informasi sebagai akibat ditembak peluru kendali BUK SA-11 buatan Rusia. Penembakan terjadi saat MH17 yang dalam penerbangan dari Amsterdam-Kuala Lumpur berada di wilayah udara Ukraina (jalur internasional). Reruntuhan pesawat diketahui berada di lahan pertanian, berserak 13 mil persegi, dekat desa Grobovo, Ukraina Timur diwilayah yang dikuasai kelompok pemberontak (separatis) yang didukung oleh Rusia.
Nampaknya tim internasional baik dari Ukraina, Belanda dan Inggris mengalami hambatan dalam memasuki wilayah konflik karena dihambat pasukan bersenjata kelompok separatis yang memproklamirkan diri sebagai Republik Donetsk dengan pimpinan (Perdana Menteri) Alexander Borodai.
PM Malaysia Najib Razak kemudian melakukan langkah cepat, mengadakan komunikasi pribadi dengan Alexander Borodai dengan saluran khusus. Setelah terdapat kata sepakat, Najib kemudian mengirimkan seorang kolonel untuk mendatangi situs jatuhnya pesawat. Setelah melalui 12 pos pemeriksaan separatis, utusan PM Malaysia itu sampai di lokasi. Dari hasil perundingan, kelompok separatis kemudian menyerahkan black box kepada perwakilan Malaysia dengan sukarela. Setelah itu para penyelidik diijinkan masuk ke wilayah yang dikuasai pemberontak untuk menerima penyerahan jenazah serta meninjau reruntuhan pesawat.
Langkah PM Najib banyak menuai pujian dari dalam negeri Malaysia, karena selama empat hari setelah kecelakaan, para separatis yang memberontak terhadap pemerintah Ukraina menutup akses ke lokasi jatuhnya pesawat. Mereka mengumpulkan jenazah dalam gerbong kereta api. Suksesnya diplomasi cepat Najib mengakses Borodai dapat membuka akses ke lokasi, dimana pada hari Senin (21/7/2014) para pemberontak bersedia menyerahkan black box kepada utusan Malaysia.
Alexander Borodai (biru), Perdana Menteri yang memproklamirkan Republik Rakyat Donetsk pro Rusia, tiba di lokasi kecelakaan 17 Juli 2014 dengan kawalan ketat. (foto: thetime.co.uk)
Dilain sisi langkah komunikasi PM Najib dinilai mengejutkan baik Ukraina maupun kubu Barat, karena dianggap Malaysia memberikan legitimasi kepada pemberontak yang disebut pemerintah Ukraina sebagai teroris. Tetapi di dalam negeri Malaysia, Najib mendapat dukungan kuat, bahkan kelompok oposisi mendukungnya. Lim Guan Eng, Sekjen Partai Aksi Demokratik, kelompok oposisi utama, mengatakan partainya, "bersedia untuk berdiri bersama-sama dengan pemerintah federal untuk mendukung upaya mereka untuk membawa kembali jenazah ke keluarga mereka."
Para pejabat Malaysia mengatakan bahwa langkah pribadi Najib untuk membuka akses ke pemberontak bukan memberikan legitimasi kepada kelompok separatis ataupun pimpinannya Alexander Borodai. Najib sebagai kepala pemerintahan Malaysia hanya berusaha mengambil jenazah korban (43 Malaysia) serta untuk mendapatkan black box yang mungkin akan sangat bermanfaat untuk penyelidikan lebih lanjut. Dia hanya memanggil sebagai "Mr. Borodai."
Profesor Ilmu Politik James Chin mengatakan, "Di sini, orang tidak peduli bagaimana kesepakatan itu dilakukan," kata di kampus Kuala Lumpur dari Monash University. "Semua mereka peduli adalah bahwa tubuh akan kembali, sehingga keluarga dapat memakamkannya."
Malaysia diketahui berusaha menghindari keberpihakan dalam konflik diantara Amerika Serikat, Rusia dan China, dengan lebih banyak berdiam diri. Hubungan Malaysia dengan Rusia terbangun baik, dimana sejak tahun 2003 Maslaysia telah membeli satu skadron pesawat tempur Sukhoi dari Rusia seharga US$1 miliar. Disamping itu Rusia telah melatih seorang warga Malaysia menajadi astronot. Karena itu nampaknya intelijen Malaysia mampu mengadakan kontak ke intelijen Rusia sehingga komunikasi Najib-Borodai terjalin.
Yang dilakukan oleh PM Najib adalah sebuah langkah cepat, brilian, keputusan yang tepat, setelah pemerintah selama ini babak belur dinilai lemah karena kasus MH370. Walau kini kembali Malaysia mengalami masalah besar dengan jatuhnya dua pesawatnya, Najib telah menunjukkan kelas pemimpin yang bangkit dari keterpurukan citra dalam mengambil keputusan. Apa yang dilakukan PM Najib Razak itu kiranya patut menjadi contoh dan pembelajaran bagi Indonesia yang baru saja memiliki pemimpin baru, bahwa seorang pemimpin harus cepat dalam mengambil keputusan, dan mampu melakukan langkah cepat, walau melanggar protokol diplomasi, berunding dengan seseorang yang dituduh sebagai teroris.
Yang penting pemerintah dan para pejabat jangan sampai gagap apabila negara mendapat cobaan mendadak dan berat seperti Malaysia saat awal hilangnya MH370. Semoga ada manfaatnya.
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net