Apa Perlu BIN Mengamankan Prof Subur Budhisantoso?
20 October 2013 | 11:02 am | Dilihat : 697
Prof Subur bersama Anas (foto : rimanewas.com)
Berita sensitif menyentuh Badan Intelijen Negara (BIN) yang dikabarkan menjemput Profesor Subur Budhisantoso pada Jumat (18/10/2013) pagi dan membawanya ke markas BIN di Kalibata. Sang profesor kabarnya dijemput karena akan menghadiri diskusi yang diselenggarakan oleh Pergerakan Perhimpunan Indonesia (PPI) pada Jumat siang. Diskusi dilaksanakan dikediaman Anas di Duren Sawit yang berjudul "Dinasti politik dan politik meritokrasi." PPI adalah ormas yang didirikan oleh mantan ketua umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Berita penjemputan/penculikan Prof Subur kemudian berkembang, menjadi isu kuat bergulir dikalangan jejaring sosial, dimana banyak yang percaya karena resmi ditayangkan di Youtube.
Informasi diunggah ke dunia maya oleh PPI, dimana M Rahmad yang bekas Wakil Direktur Eksekutif Partai Demokrat, yang melempar info sebelum bertindak sebagai moderator dalam diskusi. Rahmad menyampaikan di Youtube, dengan judul berjudul "Pembicara Rumah Pergerakan Dijemput Staf BIN". Disampaikan oleh Rachmad,"Kita dikabarkan tadi oleh panitia (diskusi) bahwa pukul 09.00 WIB beliau (Subur) dijemput oleh staf BIN," katanya. Video tersebut sudah dihapus dan Rahmad kemudian bersembunyi.
Diskusi tersebut rencananya akan menghadirkan tiga pembicara, yakni pengamat politik UI, Chusnul Mariyah; mantan Ketum DPP PD, Prof Subur Budhisantoso; dan anggota DPR dari Fraksi Golkar, Bambang Soesatyo. Namun sampai siang menjelang diskusi, Subur dan Bambang tidak muncul. Rahmad menjelaskan Bambang berhalangan, tetapi sang Profesor dibawa ke Kalibata.
Berita kemudian menjadi isu tidak sedap dan langsung ditanggapi oleh Presiden SBY, Kepala BIN, Ketua DPR dan Profesor Subur sendiri. Presiden SBY melalui jubir Julian Aldrin Pasha menanggapi masalah ini, menyatakan pada hari Sabtu (19/10/2013), "Kami menyayangkan pemberitaan yang tidak bertanggung jawab dan menyesatkan tersebut," kata Julian. Untuk itu, kata Julian, Presiden SBY telah memerintahkan BIN untuk memberikan penjelasan dan klarifikasi kepada masyarakat agar menjadi jelas permasalahannya. "Tidak boleh ada fitnah yang dibiarkan dan disebarkan tanpa pertanggungjawaban. Hukum harus ditegakkan demi kebenaran dan keadilan," tegas Julian.
Kepala BIN Letjen TNI Marciano Norman membantah keras berita penjemputan tersebut. Dikatakannya, "Hal itu sama sekali tidak benar. Tidak benar BIN mengambil paksa, menculik, dan menjemput paksa Profesor Subur," kata Marciano di Kantor BIN, Sabtu (19/10/2013) malam. Kepala BIN juga mengaku kecewa dengan pemberitaan yang dinilainya menyudutkan lembaga tersebut. "Saya menyayangkan pemberitaan yang tidak bertanggung jawab," katanya. "Saya pribadi sangat menghormati beliau dan pada hari Jumat itu tidak ada diagendakan Kepala BIN untuk menerima Profesor Subur," (inilah.com 19/10/2013). "Apabila hal-hal ini terus bergulir, BIN akan menggunakan haknya. Hak jawab melalui media kami lakukan. Bahkan bila diperlukan proses hukum akan kami lakukan," ujar Marciano (setkab.go.id).
Ketua DPR Marzuki Ali menyatakan mengkonfirmasi keberadaan mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu pada Sabtu (19/10/2013) malam ke Asisten yang bernama Larno. Mazuki mengatakan, "Kemudian pak Budi menelpon. Ia telah menduga saya akan mengkonfirmasi soal berita yang beredar. Ia benarkan jika berada di Pontianak dengan anggota Fraksi Partai Demokrat untuk persiapan kampanye," ujar Marzuki, Sabtu (19/10/2013) malam.
Profesor Subur, yang Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia ini menuturkan kepada Marzuki, jika Ia telah mendapat undangan dari Kepala BIN terkait LNG Aceh. Ia menjelaskan, pada hari Jumat (18/10/2013) pukul 10.00 WIB dirinya memang memiliki agenda pertemuan dengan pimpinan BIN. Tak lama berselang Ia terima pesan singkat dari Anas Urbaningrum soal diskusi di Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI). Namun, sayangnya, Subur tidak mengecek tanggal pelaksanaan diskusi itu dan langsung menyatakan siap hadir. Kemudian Ia mendapat informasi mendadak jika Kepala BIN diajak Presiden ke Yogyakarta. Rapat itu akhirnya diwakili oleh Deputi pada siang hari, pukul 13.00 WIB. Setelah rapat, sang profesor bertolak ke Pontianak untuk kepentingan kampanye bersama anggota Fraksi Demokrat.
Analisis dari Sisi Pengamanan Intelijen
Dalam ilmu intelijen terdapat tiga fungsi yaitu penyelidikan, pengamanan dan penggalangan. Penulis mencoba mengulas masalah ini dari khusus sisi pengamanan; yaitu pengamanan personil, pengamanan informasi, dan kegiatan.
Dari pengamanan personil, nampaknya kedatangan Subur ke BIN pada Jumat pagi (18/10) lepas dari kontrol Kepala BIN, entah siapa yang mengundang Subur ke BIN. Dalam pernyataannya Sabtu (19/10) malam, Marciano menyebutkan tidak ada agendanya bertemu dengan Profesor Subur pada hari Jumat tersebut. Berita ini tidak sinkron dengan pernyataan Profesor Subur yang justru menyatakan mendapat undangan Kepala BIN pagi itu. Pernyataan seseorang masuk dalam ranah pengamanan informasi, apabila seseorang menyatakan sesuatu, terlebih direkam media tidak akan dapat ditarik kembali. Mungkin ada salah satu staf BIN yang mengundang Subur, mengatas namakan Kepala BIN. Alasan yang disampaikan Subur berkunjung ke BIN tentang rapat LNG kurang relevan apabila dikaitkan dengan keahliannya sebagai guru besar antropologi. Disini celah rawannya.
Upaya menjelaskan kasus oleh beberapa pihak pemerintah dan jajaran Partai Demokrat justru berefek negatif, karena tidak sinkron dan semuanya menekankan bahwa Profesor Subur aman dan berada di Pontianak. Persoalannya bukan masalah keselamatan Prof Subur, tetapi publik dan kelompoknya Anas terlanjur menyimpulkan Subur dihalangi hadir dalam diskusi. Sebenarnya dalam mengatasi sebuah rumor, cukup dijelaskan oleh Kepala BIN saja. Penjelasan yang lainnya dinilai lebih merupakan upaya pembenaran, justru karena ribut, masyarakat menjadi bertanya-tanya dan rumors semakin membesar, inilah yang disukai media. Hanya sayang penjelasan Kepala BIN terlambat. Rumus "intelligence must be presented in time" tidak terpenuhi. Intelijen harus cepat dan tepat waktu. Sebuah nilai informasi akan terus turun nilainya apabila ditunda. Counter dalam Paminfo harus cepat dan tepat waktu.
Dari sisi pengamanan kegiatan, timbul pertanyaan, apakah ini sebuah operasi intelijen? Memang dalam sebuah operasi intelijen, terlebih yang sifatnya clandestine, biasanya dilakukan kompartmentasi, satu team tidak terkait dengan team lainnya, saling tidak mengetahui operasi yang dilakukan. Maksudnya untuk menjaga keamanan apabila salah satu team mendapat counter dan terbongkar. Lantas siapa yang melakukannya? Profesor Subur adalah salah satu pendiri Partai Demokrat, tokoh besar. Kegiatan PPI di rumah Anas yang diberhentikan sebagai Ketua Umum Demokrat selalu diduga akan menyudutkan dan menjatuhkan citra Partai Demokrat, citra Pak SBY sebagai ikon dan Ketum PD dan juga dapat menyangkut citranya sebagai Presiden RI.
Apakah ada kaitan antara kedatangan Profesor Subur ke BIN dengan pengamanan diskusi tersebut? Memang sudah dibantah dan disebutkan bahwa BIN tidak melarang Subur hadir, hanya dalam kasus ini Subur justru mengatakan tidak teliti mengecek tanggalnya. Apakah sang Profesor demikian abai? Ini juga celah rawan yang sebenarnya jangan sampai terjadi. Kesimpulannya terdapat dua celah kerawanan dalam kaitan kedatangan Subur ke BIN, dua pernyataan. Dalam ilmu intelijen jangan sampai dilupakan bahwa kerawanan adalah sebuah kelemahan yang apabila di eksploitir oleh lawan akan dapat menyebabkan kelumpuhan.
Kini, entah akan bagaimana kelanjutan kasus ini, sebaiknya para petinggi Partai Demokrat dan pejabat negara jangan lagi menanggapi masalah ini. Yang pasti diuntungkan adalah PPI-nya Anas, mereka menjadi lebih terkenal dan memiliki peluru, bisa menuduh BIN dijadikan alat. Nampaknya pengikut Anas tidak terlalu besar tetapi bisa dinilai cukup militan. Dalam kegiatan politik praktis, Anas sedang membangun sebuah panggung untuk kembali eksis dalam sebuah langkah spekulasi. Entah dia ingin selamat dalam kasus korupsi yang dituduhkan, atau juga dia kini memainkan peran pihak yang terzholimi dan mulai membangun citra agar dilirik rakyat. Oleh media, Anas masih layak untuk dijual sebagai berita.
Kita menjadi bertanya-tanya, apa perlunya BIN mengamankan Profesor Subur? Rasanya tidak perlu juga. Atau BIN menjadi sasaran antara yang justru dikondisikan oleh kelompok pendukung Anas. Hati-hati saja berhadapan dengan anak muda yang kalau berbicara halus, lembut tapi mampu "nyelekit," tetapi banyak akalnya itu. Menghadapi pesta demokrasi 2014, maka perang politik kotorpun sudah mulai. Waspada dan hati-hati Pak menghadapi coditioning, lakukan pemeriksaan sekuriti internal demi pengamanan organisasi, hanya itu saran Old Soldier.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Analisa terkait :
-Insan Intelijen Bersyukur, RUU Intelijen Disahkan, http://ramalanintelijen.net/?p=4142
-Antara CIA, Intelijen dan Citra BIN, http://ramalanintelijen.net/?p=4689
-Intelijen, Presiden dan Keputusan, http://ramalanintelijen.net/?p=1398
-Blogger Mau Aman, Tolong Baca Ini, http://ramalanintelijen.net/?p=1392
-Semakin Berat Anas Mencampurkan Front Hukum dan Politik, http://ramalanintelijen.net/?p=6508
-Kucing Gering Di Partai Demokrat, http://ramalanintelijen.net/?p=2576
-Kucing Gering di Partai Demokrat itu kini Pincang, http://ramalanintelijen.net/?p=6379