Persaingan Aher dan Dede Macan, Riekepun bisa Menyeruak di Pilkada Jabar

21 February 2013 | 7:01 am | Dilihat : 461

Pilkada Jabar tinggal menghitung hari, kini berada pada masa tenang, waktunya para cagub-cawagub serta pendukungnya untuk  berdoa dan melakukan evaluasi. Masing-masing calon merasa optimis akan menang pada hari Minggu, 24 Februari 2014. Lantas bagaimana gambaran peluang para calon tersebut untuk menang? Selama ini ukuran yang dipakai dan masih agak dipercaya adalah hasil survei dari beberapa lembaga survei.

Berdasarkan pengalaman mengamati hasil survei sejak pemilu tahun 2004, yang lebih ketat pada pemilu 2009, penulis terus menggunakannya sebagai pegangan dalam menyusun sebuah ulasan. Pada umumnya lembaga yang kredibel adalah lembaga independen yang melakukan survei dengan biayanya sendiri, atau lembaga yuang melakukan survei dan dibiayai oleh parpol tertentu untuk meningkatkan kredibilitas. Hasil survei yang berupa persepsi publik itu banyak manfaat dan kebenarannya dapat agak dipercaya, kecuali adanya kasus tertentu diluar dugaan, seperti pada pilkada DKI Jakarta, persepsinya gagal sebagai akibat pengaruh kuat media darling, kesukaan media kepada Jokowi.

 

Pilkada Jawa Barat dari kaca mata survei

 

CEO Polmark Indonesia Inc., Eep Saefulloh Fatah melansir hasil survei bertajuk Elektabilitas Para Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2013 di Bandung, Rabu (20/02/2013). Survei PolMark Research Center (PRC) dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2013, dengan  responden 1.200 orang yang diambil secara acak, menggunakan metode multistage random sampling, tersebar di 26 kabupaten/kota di Jawa Barat. Margin of error plus minus 2,9 persen. responden yang belum menentukan pilihan dengan berbagai alasan atau undecided voters tercatat 32,9 pesen.

Hail survei menyebutkan elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar (Aher-Demiz) menempati urutan teratas perolehan suara dengan jumlah pemilih sebanyak 26,6 persen.  Posisi kedua ditempati pasangan Dede Macan Effendi Yusuf-Lex Laksamana yang mendapat dukungan persepsi publik 18,6 persen. Ketiga, pasangan Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki, 11,4 persen, lalu Irianto Mahfudz Sidik Syafiuddin (Yance)-Tatang Farhanul Hakim,  8,1 persen, dan terakhir Didik M Arief Mansur-Cecep Nana Suryana Toyib, 2,4 persen.

Sementara Pusat Kajian dan Kepakaran Statistika (PK2S) Jurusan Statistika Unpad masih menempatkan pasangan Dede Yusuf-Lex Laksamana di atas calon lain dalam survei ketiganya yang dilakukan pada 11-17 Februari 2013.  Survei ini memakai disain sampling two way stratification sampling dimana stratifikasi I, 26 kabupaten/kota dan stratifikasi pekerjaan responden. Sampling error survei 2,5 persen dengan jumlah responden 2313. Hasil survei menunjukkan elektabilitas pasangan Dede-Lex adalah 33,44 persen, Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar 29,30 persen,   Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki 22,18 persen, Irianto MS Syaffiudin-Tatang Farhanul Hakim 13,36 persen dan Dikdik-Cecep S Toyib 1,09 persen.

Pada survei keduanya bulan Desember 2012, PK2S menyebutkan bahwa popularitas Aher-Demiz tertinggi. "Keberadaan cawagub Deddy Mizwar mampu mendongkrak tingkat popularitas Aher-Deddy hingga mencapai 42,48 persen, jauh di atas pasangan calgub lainnya," kata Tata Wirasasmita, pada penyampaian hasil survei ke-2 Pilgub Jabar 2013 di gedung Rektorat Unpad Bandung, Jumat. Tata menjelaskan, "Tingkat popularitas-pasangan Dede Yusuf justru turun, itu karena terdegradasi oleh Lex Laksamana,"katanya. Popularitas-pasangan Dede Yusuf Macan Effendi-Lex Laksamana  27,91 persen.

PK2S juga merilis, perkiraan angka golput Pilkada Jabar akan mencapai 10,4 juta orang lebih. Angka itu sekitar sepertiga dari jumlah calon pemilih di Jawa Barat yang berhak mencoblos, yaitu  sekitar 32,5 juta orang. Angka golput berdasarkan survei lembaga itu mencapai 32,23 persen atau 10. 474.750 orang.

Ketua PK2S Toni Toharudin menjelaskan, pada survei pertama saat pasangan calon belum ditetapkan, responden yang tidak memilih sebesar 8,09 persen. Pada survei kedua, 30 November-12 Desember 2012, ketika lima pasangan sudah terbentuk, massa mengambang atau swing votter justru naik menjadi 20,84 persen. Pada survei ketiga (11-17 Februari 2013), massa mengambang banyak yang akhirnya terindikasi persepsinya memilih menjadi golput, jumlahnya semakin memembesar menjadi 32,23 persen.

Survei PK2S menyebutkan lima daerah dimana terdapat banyak golput yaitu Kota Bekasi, mencapai 8,5 persen dari total jumlah calon pemilih di sana, Kabupaten Bekasi  7,6 persen dan Kabupaten Bogor  7,1 persen. Kantong golput selanjutnya berada di Kabupaten Cirebon, mencapai 6,9 persen, dan Kabupaten Tasikmalaya  6,5 persen.

Menurut Toni, alasan dominan responden survei yang golput itu,  terkait dengan kasus negatif para politikus atau elite partai, konflik internal partai politik, janji-janji kampanye yang meragukan, para calon tidak meyakinkan akan mengadakan perubahan di Jawa Barat, serta para kandidat dinilai tidak cakap. "Akhirnya calon pemilih memutuskan golput, sebagian memilih calon lain dan menguntungkan lebih banyak ke pasangan Rieke-Teten," jelasnya.

Nah, dari dua informasi tersebut diatas, dari hasil survei terlihat gambaran persaingan ketat terjadi antara pasangan Aher-Demiz dengan Dede-Lex pada angka antara 26,6-33,4 persen (dua lembaga survei). Disitulah persaingan antar keduanya. Peluang yang bisa menjadi kuda hitam adalah pasangan Rieke-Teten yang saat kampanye mendapat dukungan penuh dan langsung dari Ketua Umum PDIP Megawati dan Gubernur DKI Jakarta  Jokowi. Survei PK2S menyebutkan bahwa para golput ada yang kemudian ada yang merubah pilihannya, kemudian memilih pasangan Rieke-Teten.

Upaya Ibu Mega nampaknya tepat dengan turun langsung ke Kabupaten Cirebon dimana Golputnya mencapai 6,9 persen. Sebenarnya prominent target konstituen yang harus dikejar lainnya adalah Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor, bukan di Bandung yang sudah menentukan pilihan. Disitulah pertaruhan pasangan yang diusung PDIP masih mempunyai peluang menang. Jokowi melakukan kampanye ke Depok, dimana popularitasnya bisa mempengaruhi golput di Bogor. Entah seberapa jauh kejelian dan strategi team sukses PDIP dalam melihat dan memanfaatkan masih adanya peluang memburu konstituen golput ini.

Aher yang sebagai calon PKS demikian populer pada Desember 2012, tetapi nampaknya kasus penangkapan Presiden PKS oleh KPK ada pengaruhnya dan sebagian kadernya menjadi golput. Demikian juga dengan Dede Yusuf yang didukung Partai Demokrat, dengan terjadinya kemelut internal, bukan tidak mungkin membesarnya golput berasal dari PD karena kasus tersebut. Para golput yang berubah pikiran diperkirakan berasal dari simpatisan PD yang kemudian memilih pasangan nasionalis lainnya Rieke-Teten yang didukung PDIP.

Kini proses Pilkada Jawa Barat sudah memasuki masa tenang, sementara kubu Rieke-Teten menyerukan waspada adanya money politics. Sebenarnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan, sebagian kecil masyarakat Jawa Barat mungkin bisa dipengaruhi dengan uang, tetapi mereka sedang mencari tokoh yang tidak diberitakan negatif, parpolnya tidak konflik, janji kampanye meragukan, kapabilitas meragukan dan dinilai memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan.

Pada pemilu 2008, pasangan Aher-Dede yang muda dan sederhana diluar dugaan menang dari pasangan raksasa Jenderal Pur Agum Gumelar-Nukman (Wagub Jabar), dan Danny Sewtiawan (Gubernur/petahana)- Mayjen Pur Iwan Sulanjana (mantan Pangdam Siliwangi). Kini Petahana Aher melawan Dede dengan ancaman lain, pasangan yang sederhana yaitu Rieke-Teten yang maju dengan simbol kebersihan/anti korupsi.

Menurut Ketua KPU Yayat Hidayat, syarat terpenuhinya kemenangan apabila mencapai 30 persen plus satu suara yang sah tersebut diatur dalam UU No 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas UU No 32/2004 Tentang Pemda. Aturan serta kondisi Pilgub Jabar berbeda dengan Pilgub DKI yang mensyaratkan kemenangan 50 persen plus satu.

Penulis lebih cenderung mempercayai survei PK2S yang telah tiga kali melakukan survei, dibandingkan PolMark yang baru muncul dan pertama kali melakukan survei di Jawa Barat. Survei hanyalah alat ukur berupa persepsi publik, tetapi kita bisa menggunakan sebagai penggambaran situasi dan kondisi semu menjelang nyata. Sejarah dan siapa yang membuat survei perlu menjadi pertimbangan. Dede-Lex kini mempunyai peluang terbesar untuk menang, walaupun demikian Aher-Demiz masih bisa saja menyalip mendadak.  Walaupun kalah dalam elektabilitas, Aher-Demiz, popularitasnya jauh diatas Dede-Lex pada survei PK2S bulan Desember 2012.

Hal lain yang sangat perlu keduanya waspadai, dan bisa saja terjadi, apabila kemudian para golput di Cirebon yang digarap Megawati serta wilayah Jawa Barat yang dekat dengan wilayah DKI Jakarta yang digarap Jokowi merubah pikiran, maka pasangan Rieke-Teten bisa menyeruak keatas dan menjadi juara. Memang hingga saat ini peluangnya masih lebih kecil dibandingkan dengan keduanya. Tetapi ini dunia politik, hasil bagaimanapun bisa terjadi, menarik memang. Selamat memilih bagi penduduk di Jawa Barat. Semoga ada manfaatnya.

Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

Ilustrasi Gambar : regional.kompas.com

 

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.