Novanto dan Riza Disadap, Itu Biasalah, Mengapa Heran?

27 November 2015 | 7:11 am | Dilihat : 1179
freeport
Kemegahan Freeport sejalan dengan hasil yang mereka dapat (foto : smeaker)

Kemajuan teknologi penyadapan semakin membuat rahasia sulit disimpan dengan rapih. Kebocoran sebuah rahasia sudah merupakan hal yang lumrah. Bayangkan kegaduhan dunia saat Edward Snowden membocorkan rahasia penyadapan yang dilakukan oleh badan intelijen Amerika Serikat, NSA (National Security Agency) yang melakukan penyadapan terhadap 35 negara beserta para pemimpin nasionalnya. Semua rahasia sudah cukup lama dimiliki oleh badan intelijen negara-negara besar itu. Semua badan intelijen negara melakukan penyadapan intelijen untuk kepentingan pengambilan keputusan pimpinan nasionalnya.

Dunia kini dikuasai oleh sistem komunikasi berupa jaringan media sosial , baik itu Google, Watts App, BBM, Internet, Android, Face Book, dan banyak lagi lainnya. Manusia dibuat manja dan berpikir praktis, menikmati cara berhubungan dan mudah mengangkses dan mendapatkan informasi di manapun dan kapanpun. Tetapi di balik itu, kapanpun waktunya manusia dapat dimonitor segala aspek kehidupannya. Sebagai contoh drones misalnya bisa memonitor pergerakan, menyadap komunikasi dan bahkan mendeteksi pengayaan nuklir. Terlebih alat sadap stasioner lebih ampuh lagi, hingga video targetpun bisa didapatkan. Ini disebut dalam pemahaman intelijen sebagai aksi spionase, yaitu pengumpulan bahan keterangan secara tertutup.

Nah, masalah mulai muncul apabila pejabat atau biasa disebut pengemban amanah kemudian tanpa sadar telah disadap. Dia dijadikan target spionase, target intelijen dalam fungsi penyelidikan, pengamanan maupun penggalangan. Apa yang dilakukan, apa yang dibicarakan dan apa yang direncanakan disadap. Apabila penyadap sudah mendapatkan informasi, maka mudahlah dia berbuat sesuatu dalam rangka mengondisikan target agar mau berbuat dan memutuskan seperti yang dia mau. Siapa yang bisa bertahan apabila rahasia dapurnya sudah dipegang orang lain. Ini disebut kerawanan, yang apabila dieksploitir akan menyebabkan kerusakan dan  kelumpuhan.

Nah, inilah kini yang menimpa  Ketua DPR RI, Setya Novanto (SN), dimana pembicaraan dalam pertemuannya beberapa waktu terakhir dengan Riza Chalid yang terkenal (selalu disebut dalam soal impor minyak), serta Presiden Direktur Freeport Indonesia, Marsda TNI (Pur) Maroef Syamsoeddin ternyata disadap.

sudirman said

Menteri ESDM Sudirman Said saat melaporkan SN ke MKD di Senayan (foto: nasional.kompas)

Setelah pertemuan,  beredar transkrip pembicaraan mereka di publik,  dan kemudian Menteri ESDM Sudirman Said pada hari Senin (16/11/2015) melaporkan dugaan pelanggaran etika seorang anggota legislatif ke Majelis Kehormatan Dewan (MKD). Sudirman antara lain menyerahkan dokumen transkripsi percakapan antara anggota DPR yang dimaksud serta seorang pengusaha dengan pimpinan PT Freeport Indonesia (PTFI). Kasus kemudian terkuak, ternyata anggota DPR itu Setya Novanto sang Ketua dan sang pengusaha Riza Chalid.

MKD berusaha untuk menyelesaikan masalah, dari fakta rekaman dan transkrip yang diserahkan Sudirman ke MKD berdurasi hanya 11 menit, tetapi menurut Bambang Soesetio (Golkar) rekaman pembicaraan lengkap berdurasi hingga dua jam dan dikatakannya pembicaraan jauh lebih mengerikan, karena menyangkut banyak pejabat dan tokoh.

muhammad-riza-chalid

Sosok tokoh Riza Chalid saat Mantu, yang adalah kawan baik mantan Menhan Purnomo Yusgiantoro         (sumber foto  :kaskus.co.id)

Nah, mulai saat itulah 'geger' politik dan bisnis mulai berkembang liar, mengimbas ke ranah ekonomi, hukum dan pasti juga politik. Ada tuduhan, Sudirman akan terkena reshuffle dan membuat langkah  kuda pada papan catur. Dia melakukan schak kepada SN maupun kepada Jokowi. Dia menyerang menteri (SN) tetapi sasarannya adalah sang raja. Di analisis, dia memperkuat posisi agar tidak di reshuffle. Kemudian munculah dukungan para tokoh KMP, terutama Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang bersuara keras, mempersoalkan penyadapan yang ilegal. Pokoknya publik dibuat tercengang, karena akhirnya posisi SN dan Sudirman berimbang.

Inti yang membuat ramai adalah adanya pembicaraan bahwa Indonesia minta fee (Istilahnya premannya 'uang jago') kepada Freport untuk Presiden, Wakil Presiden dan Menkopolhukam. Nah, rakyat rasanya tersengat membaca dan mendengar berita yang bombastis tersebut. Kesimpulannya, nama presiden dan wakil presiden katanya dicatut.  Dalam kasus ini penulis tidak membahas substansi masalah pencatutan, tetapi penulis mencoba memerhati kenapa kasus terjadi.

fahri SN dan Fadli

Dua Tokoh KMP Fahri Hamzah dan Fadli Zon mendukung Setya Novanto (Foto: sewarga.com)

Pertemuan antara SN, Riza dan Maroef jelas terjadi. Ketiganya kini tokoh sentral di Indonesia pada bidangnya masing-masing. Kita semua faham siapa mereka. Timbul pertanyaan, saat Setya Novanto akan bertemu dengan Maroef yang Presdir PT Freeport Indonesia, apakah dia sadar bahwa Ma'ruf adalah orang Indonesia yang dipercaya Amerika sebagai Presdir? Freeport bukan sebuah perusahaan sembarangan, tetapi ini perusahaan raksasa AS yang merupakan salah satu tulang punggung bisnis mereka di luar negeri. Maroef ini benar orang intelijen, mantan Wakil Kepala BIN, penulis mengenal yang bersangkutan.

Dari profil perusahaan, PT Freeport Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan, pengolahan dan eksplorasi bijih yang mengandung tembaga, emas dan perak dan merupakan afiliasi dari Freeport-McRan Copper & Gold Inc. Perusahaan ini beroperasi di daerah dataran tinggi Mimika Provinsi Papua, Indonesia. Freeport mampu memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak di seluruh dunia.

Pada tahun 2012 PT Freeport Indonesia mempekerjakan lebih dari 11.700 karyawan langsung dan lebih dari 12.400 karyawan kontraktor. Jumlah karyawan langsung PTFI: 64,04% Non Papua, 34,63% Papua, dan 1,33% Asing (sumber :blog.qerja)

Oleh karena itu sebagai Ketua dari Wakil Rakyat Indonesia, SN mestinya lebih wise, hati-hati dalam melakukan pembicaraan dalam pertemuan apapun, terlebih dia masuk ke wilayah perusahaan sekelas Freeport. Jelas Novanto tidak dalam posisi sebagai negosiator untuk masalah Freeport. Harus disadari kedudukan Novanto itu sejajar dengan Presiden Jokowi, bahasa jawanya Novanto mempunyai "idu geni." Posisinya sangat tinggi di Indonesia, Ketua DPR RI, atau ketuanya wakil rakyat Indonesia. Hebat sekali bukan?

Nah, rasanya kok lama-lama kita lelah juga melihat para pengemban amanah itu, sering membuat blunder. Diakui atau tidak, SN pernah dikritik masyarakat karena perjalanannya ke AS dan bertemu dengan capres Donald Trump. Kini rakyat kembali resah dengan gebrakannya, tercermin dari tanggapan di media sosial sudah diatas 65.000 yang menuntut SN mundur sebagai akibat  pertemuan di Freeport itu. Kalau menurut penilaian pengamanan intelijen, sikon politik akan terus memburuk apabila kemelut serta kegaduhan ini terus berlanjut. Yang jelas citra wakil rakyat akan makin rontok dan yang lebih pasti lagi, posisi politik KMP akan semakin melemah.

214017_02201720112015_free

Proyek Raksasa Freeport di Papua, Jelas akan dipertahankan oleh AS (Foto : rmol.co)

Bagaimana kesimpulannya? Kalau berurusan dengan yang namanya Amerika Serikat itu ya pastilah seseorang atau siapapun akan disadap, direkam pembicaraannya. Orang Amerika itu agak parno terhadap orang Indonesia, kira-kira begitulah. Terlebih kalau menyangkut yang namanya perusahaan Freeport. Jangankan Freeport, pemerintah AS akan menjaga nyawa walau hanya seorang warganya yang terancam di manapun dia berada. Pemerintah AS jelas akan menjaga dan mempertahankan dan menjaga Freeport yang sangat menguntungkan itu dan dengan cara apapun.

Jangankan  Novanto, Presiden SBY saja pernah disadap oleh Australia sebagai bagian koalisi intelijen five eyes dengan AS. Jadi soal penyadapan itu hal yang biasalah, hanya yang penulis herankan, apakah Setya Novanto dan Riza Chalid tidak sadar?, tidak faham?, tidak tahu akan disadap? Keduanya tidak alert, atau mungkin menyepelekan, kemudian bicara seenaknya. Nah, kalau rekaman dibuka penuh, penulis perkirakan banyak orang yang bahasa jawanya akan 'ndelosor,' jatuh ke bawah tidak tertolong. Kehati-hatian perlu, karena Novanto memakai baju ketuanya wakil rakyat.

Disinilah menurut penulis menunjukkan kesadaran sekuriti pejabat yang demikian tinggi, sangat rendah. Tetapi rupanya memang kasus ini harus terbongkar. Pertemuan itu kini merupakan titik rawan Setya Novanto sebagai Ketua DPR RI. Yang jelas apapun upaya serta alasannya, kerugian citra sangat besar diterima Novanto di mata rakyat Indonesia, jelas akan sulit diperbaiki, akan banyak yang mencibir dibandingkan memberi 'like'  Bagi Riza Chalid yang bukan pejabat, dia pengusaha, jelas masalahnya hanya citranya yang turun semakin dalam, hal yang lumrah, karena sejak lama dia sudah di isukan yang kurang baik. Jadi ya pasti tenang-tenang saja. Karena belum ada tuntutan hukum dalam kasus ini.

sudirman-novanto

Sudirman Said dan Setya Novanto, ada apa di belakang ulah mereka berdua? Ada persaingan ke Freeport? (Sumber foto: Poskota)

Saran penulis, sebaiknya  Ketua DPR RI Setya Novanto mengundurkan diri saja dari jabatannya. Sudirman Said sebaiknya juga mundur karena blunder dengan   menulis surat resmi kepada boss besar Freeport, James R. Moffet dengan kop resmi menteri ESDM (Nomor: 7522/13/MEM/2015) tanggal 7 Oktober 2015. Surat tersebut kini dipermasalahkan oleh Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli (RR) yang menilainya sebagai janji  pemerintah RI yang akan memperpanjang ijin operasi Freeport. Menurut ketentuan, ijin baru akan dievaluasi pada tahun  2019, dua tahun sebelum ijin berakhir tahun 2021. RR menuduh Sudirman Said adalah Menteri yang kacau dan lancang. Mengapa dia terlalu cepat menulis surat kepada Freeport? Sudahlah mundur saja, mestinya para pejabat itu takut apabila rakyat sudah tidak suka, apa tidak takut disumpahi atau bahkan dijahili?

Sebagai penutup penulis teringat kepada kiasan yang berbunyi "Sepandai-pandainya Tupai meloncat, sekali-kali akan jatuh juga." Artinya selicin dan sehebat apapun seseorang dalam berpolitik suatu saat dia  bisa tergelincir dan bahkan jatuh bisa masuk penjara, misalnya dalam kasus Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum yang kini hidup dalam tahanan dan mantan bendahara Partai Demokrat Nazarudin yang masih tersenyum walau di penjara.

Dalam perkembangan teknologi dan pengaruh globalisasi, kiasan itu bisa berubah menjadi ; "Sepandai-pandainya Tupai meloncat...Makin lama makin jago!." Apakah demikian? Kita lihat perkembangan selanjutnya, karena arti harfiah dari politik saat penulis mengikuti kuliah Sospol, bahwa politik adalah "Bagaimana Mempertahankan Kekuasaan." Kira-kira begitu.

Penulis : Prayitno Ramelan, Analis Intelijen, www.ramalanintelijen.net

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.