Menurut LSI, Mungkin Demokrat Hanya bisa Usung Cawapres

5 November 2013 | 12:27 am | Dilihat : 613

Bendera Partai Demokrat (foto : tempo.co)

Untuk melihat peta kekuatan parpol serta capres/cawapres sebuah partai, maka lembaga yang mempunyai sistem pengukur adalah lembaga survei. Sejak pemilu tahun 2004, penulis terus mengikuti hasil survei beberapa lembaga survei. Dari penilaian, beberapa adalah lembaga yang kredibel, sementara ada juga lembaga survei yang akurasinya disesuaikan dengan pemesan/yang membayar. Parpol dipastikan mengetahui lembaga atur-atur itu,  jelas tidak trelevan dengan kondisi yang berlaku.

Nah, menjelang lima bulan, pda tanggal 9 April 2014 kita akan melakukan pesta demokrasi, pemilu dan kemudian akan di susul  pilpres, kini ada tiga lembaga survei yang mengeluarkan hasil surveinya. Mari kita simak, apa kesimpulan mereka.

 

Lembaga Survei Indonesia (LSI)

 

Hari Minggu (3/11), Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil surveinya yang dilakukan pada tanggal 25 September 2013 dengan metoda wawancara tatap muka. Menurut peneliti LSI Ardian Sopa, elektabilitas Partai Demokrat trend elektabilitasnya terus terdegradasi menjadi parpol papan tengah bersama Gerindra, Hanura, PAN dan Nasdem. Pengertian papan tengah adalah parpol yang elektabilitasnya dibawah 10 persen. Anjlognya elektabilitas Partai Demokrat akan memicu terbentuknya koalisi Poros Tengah jilid-II di Pilpres 2014.

Mengejutkan yang dikatakan oleh Ardian, "Trend elektabilitas Partai Demokrat terus merosot. Sulit meraih lebih dari lima belas persen. Bahkan bukan hanya sulit mengusung capres, mengusung cawapres pun sulit," katanya. Menurutnya, kelemahan Demokrat adalah terjadinya kasus korupsi yang menyeret elit partai serta konflik antara kubu SBY dengan Anas. Faktor lain karena para peserta konvensi di Partai Demokrat sama sekali tidak mendapat dukungan penuh dan pamornya kurang dibandingkan capres dari parpol lainnya.

Pernyataan Ardian yang lebih ekstrim dan perlu dicermati oleh elit Demokrat, apabila perolehan suaranya dibawah 10 persen, dan partai poros tengah tidak mau menerima Demokrat, dipastikan posisi wakil presidenpun akan lepas. Ditegaskan oleh Ardian, "Paling banter dapat Menteri," katanya.

Dari Survei LSI yang dilakukan antara tanggal 12 September 2013-5 Oktober 2013, Ardian menyebutkan bahwa elektabilitas partai Islam, PAN, 5,2 persen, PPP, 4,6 persen, PKB, 4,6 persen, PKS, 4,4 persen dan PBB 0,6 persen. Sementara elektabilitas tokoh Islam, Hatta Rajasa, 31,3 persen, Yusril Ihza Mahendra, 15,2 persen, Muhaimin Iskandar , 11,8 persen, Suryadharma Ali, 10,7 persen dan Anis Mata 7,5 persen.

Pernyataan Ardian ini agak relevan dengan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) lainnya, yang melaksanakan suvei antara 12-15 Oktober 2013. Hasilnya, menyebutkan, Partai Golkar dengan perolehan 20,4 persen, kedua PDIP dengan capaian 18,7 persen, dan Partai Demokrat 9,8 persen, sedangkan partai lainnya di bawah 7 persen. Menjelang lima bulan pemilu, elektabilitas Demokrat masih dibawah 10 persen.

 

Hasil Survei IRC

 

Survei dari Indonesia Research Center (IRC) yang melaskukan survei pada 25 September 2013. Hasilnya, elektabilitas lima besar diduduki oleh PDI-P, 19,4 persen, Golkar, 14,48 persen, Partai Gerindra, 8,08 persen, Partai Demokrat, 7,79 persen dan Hanura 7,13 persen. Menurut peneliti IRC, Yunita Mandolang, tingginya kepercayaan masyarakat terhadap PDI-P hanya terjadi di Pulau Jawa, di luar Jawa (Sulsel, Maluku, Sumatera dan sebagian Jawa Barat) Golkar lebih unggul.

IRC melakukan survei dengan wawancara tatap muka terhadap 8.200 responden, menggunakan kuesioner dengan domisili responden di 14 propinsi, tingkat kepercayaan 95 persen, ambang kesalahan 0,77 persen.

Dibandingkan dengan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), 12-15 Oktober 2013, posisi pertama Golkar (20,4 persen), kedua PDI-P (18,7 persen), ketiga diduduki oleh Demokrat 9,8 persen. Sementara elektabilitas parpol lainnya menurut survei LSI (Lingkaran), yang berada dibawah tiga besar adalah Gerindra (6,6 persen), PAN (5,2 persen), PPP (4,6 persen), PKB (4,6 persen), PKS (4,4 persen), Hanura (3,4 persen), NasDem (2 persen), PBB (0,6 persen), dan PKPI (0,3 persen).

 

Analisis

 

Dari hasil survei LSI dan IRC tersebut diatas, terlihat bahwa Kedua lembaga survei lebih fokus menilai kekuatan cawapres, yang menonjol adalah Hatta Rajasa. Sementara untuk lima besar parpol menurut IRC adalah PDI-P, Golkar (di papan atas) dan Gerindra, Demokrat dan Hanura (di papan tengah). Dengan demikian maka hanya dua parpol yang kemungkinan perolehan suaranya mendekati 20 persen dan hanya membutuhkan satu parpol lain untuk berkoalisi. Ataupun mungkin bisa mengajukan  sendiri capres, tanpa berkoalisi.

Untuk parpol papan tengah, sulit berkoalisi, karena seperti Hanura sudah menetapkan capres dan cawapresnya. Kemungkinan koalisi yang disebut sebagai Poros Tengah jilid dua, hanya akan terjadi antara Gerindra, Demokrat serta parpol Islam sebagai anggota koalisi. Apabila ini terjadi maka yang akan mejadi korban karena tidak memenuhi syarat presidential threshold adalah Hanura. Untuk PAN bisa saja bergeser dan berkoalisi dengan PDI-P atau Golkar, karena kedua parpol tersebut belum memiliki cawapres.

Yang nampaknya diharapkan PAN adalah skenario, Jokowi sebagai Capres, maka Hatta Rajasa akan mendekati sebagai cawapres. Skenario lainnya, Hatta Rajasa menjadi cawapres Aburizal Bakrie. Jadi seperti yang diramalkan oleh Ardian, peluang Demokrat hanyalah berkoalisi dengan Gerindra, hasil konvensi disodorkan menjadi cawapresnya Prabowo, karena elektabilitas Prabowo sudah demikian tinggi.

Hasil survei ataupun pembahasan dari peneliti lembaga survei sebaiknya disikapi dengan cerdas dan cerdik. Sesuai dengan bidangnya, hasil survei yang jujur, walaupun sebatas persepsi publik akan memberikan gambaran posisi parpol dan capres/cawapres. Semoga bermanfaat.

 

Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

 

 

     
This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.