Anis dengan Jurus Mabuknya

3 June 2013 | 6:35 am | Dilihat : 772

Ilustrasi Gambar : dakwatuna.com

Dalam dunia politik di Indonesia, ilmu nekat kini dilengkapi dengan jurus mabuk. Sudah sejak lama dunia banyak dikuasai oleh mereka-mereka yang nekat, sebagai contoh misalnya Hitler, Saddam Husein, Fidel Castro, Bashar al-Assad. Nama-nama diatas adalah tokoh yang tidak takut berbuat sesuatu sesuai dengan kepentingan dan tujuan serta sasarannya.

Menjelang dilaksanakannya pesta demokrasi 2014, beberapa parpol menjadi lebih nekat agar perolehan suaranya besar dan bisa melewati saringan parliamentary threshold yang diperkirakan berkisar sekitar 3,5 persen,  untuk dapat berkiprah dan bersuara di Senayan.

Kali ini penulis mencoba membahas PKS dimana Presiden PKS Anis Matta terlihat mati-matian mencoba mengangkat citra PKS yang dinilai banyak pihak runtuh karena kasus impor daging sapi. Anis jelas menyadari bahwa elektabilitas PKS runtuh sebagai akibat ditangkapnya Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) beberapa waktu lalu.

Seusai acara pembekalan calon anggota DPRD se-DIY dan Jawa Tengah di Gedung JEC, Jl Janti, Yogyakarta, Minggu (2/6/2013), Presiden PKS Anis Matta mengatakan kepada wartawan,  "Kasus LHI itu tidak mempengaruhi elektabilitas partai, malah semakin naik." Menurut Anis, justru saat ini kader PKS di semua daerah semakin solid dan berkomitmen masuk tiga besar partai pemenang pemilu 2014 nanti. "Kita fokus untuk menuju tiga besar," katanya.

Entah apa ukuran yang dipakainya, karena berdasarkan hasil survei sepanjang 2013, elektabilitas PKS harus diakui sangat rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.  Lembaga Survei Jakarta (LSJ) mencatat elektabilitas PKS  2,6%, Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebut 3,7%, dan Indobarometer menyatakan hanya 1,9%.

Sementara Lembaga Survei Nasional (LSN) pada hari Minggu (5/5/2013) merilis elektabilitas PKS dikalangan pemilih pemula hanya 1,8 persen. Sementara elektabilitas yang berada diatas PKS adalah PDIP 19,5 persen, posisi kedua Golkar 19,3 persen, disusul Hanura di posisi ketiga dengan 12,8 persen, diikuti Gerindra 12,8 persen, Nasdem 10,8 persen, Demokrat 4,6 persen, PAN 3,6 persen.

Parpol peserta  pada Pemilu 2014 harus waspada, dimana berdasarkan data KPU, jumlah pemilih pemula akan terus bertambah. Tercatat oleh KPU sebanyak 27 juta pemilih pemula dari 147 (pemilu 2004), dan 36 juta dari 171 juta (pemilu 2009). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2010, penduduk Indonesia berusia 15-19 tahun sebanyak 20.871.086 jiwa dan usia 20-24 tahun sebanyak 19.878.417 jiwa. Dengan demikian maka pemilih muda pada 2014 sebanyak 40.749.503 jiwa.

Walau PKS memahami besarnya pemilih pemula, tetapi elektabilitasnya dikalangan orang muda hanya 1,8 persen. Lantas elektabilitas secara umum hanya berkisar diantara angka 1,9-3,7 persen, terasa sangat berat. Melihat data hasil survei tersebut, Anis serta petinggi PKS jelas harus bekerja keras dan nekat untuk menyelamatkan partai kader ini.

PKS kemudian secara mengejutkan memasang beberapa spanduk di ibukota yang intinya menolak kenaikan BBM (Kenaikan harga BBM hanya akan menambah beban masyarakat). Kampanye penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) itu terlihat sangat heroik karena mengatasnamakan kepentingan rakyat. Langkah penolakan tersebut jelas membuat mereka (rakyat secara umum) yang anti kenaikan BBM menjadi suka. Tetapi dilain sisi membuat tidak suka  parpol pendukung pemerintah, khususnya Partai Demokrat. Mereka  menilai PKS sebagai parpol koalisi menghianati kesepakatan yang dibuat.

Disinilah PKS nekat karena yakin bahwa mereka akan aman-aman saja dengan langkahnya, tidak akan dikeluarkan dari koalisi. Selain itu hitungannya, apabila PKS dikeluarkan dari koalisi, maka citranya akan naik dikalangan konstituen. Kira-kira demikian strateginya. Jurus yang dimainkan PKS sebenarnya jurus mabuk seperti yang dahulu dinilai publik sering dimainkan oleh Gus Dur.  Kalangan pengagum dan yang beroposisi dengan Gus Dur  menilai sosoknya di kancah politik bagai "pendekar mabuk". Ia sering melancarkan jurus-jurus yang tidak bisa diprediksi oleh siapapun, bahkan orang-orang terdekatnya.

Nah, langkah itu kini dimainkan Anis Matta yang cerdik, toh Demokrat tidak bisa apa-apa dan harus berhitung benar untuk menyikapinya. Demikian sedikit ulasan tentang jurus mabuk Anis ditengah kerisauan kondisi kritis PKS menjelang pemilu 2014. Elit PKS jelas masih sangat yakin dengan kader dan simpatisannya, dan kerusakan citra dengan cap koruptor mereka kompartementasikan dari kerusakan citra dan sistem partai. Tetapi ada yang nampaknya agak dilupakan oleh para elit itu, bahwa masyarakat makin cerdas dan sangat anti dengan kemunafikan.

Sebenarnya tugas Anis harus mampu menjelaskan ke publik  bahwa para elit PKS dan PKS sendiri sebagai partai Islam tidak munafik, ini bagian terberatnya yang bisa menolong PKS. Apakah bisa?

Oleh : Prayitno Ramelan (pemerhati intelijen), www.ramalanintelijen.net

Beberapa artikel terkait dengan PKS :

-PKS kembali Membuat Blunder? http://ramalanintelijen.net/?cat=1--

- PDIP,Golkar,Hanura,Gerindra,disukaiPemilihPemula, http://ramalanintelijen.net/?p=6855

-Menang di Pilkada Jabar dan Sumut, PKS masih Hebat atau Tersesat? http://ramalanintelijen.net/?p=6530

- Lembaga Survei; Elektabilitas Demokrat dan PKS Terus Turun http://ramalanintelijen.net/?p=6414

 

 

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.