Ada yang Bertaruh 1 : 40, Foke yang Menang, Benarkah?

9 April 2012 | 6:28 pm | Dilihat : 449

Dua hari yang lalu penulis bertemu dengan salah seorang teman, yang juga penulis dan pengamat yang cerdas dan realistis. Dia mengatakan bahwa salah satu boss lembaga survei mengajaknya bertaruh, dia pegang Foke akan menang dan yang lainnya akan kalah. Benarkah? Si Boss itu mengatakan kalau cagub lain yang menang (siapapun), dan Fauzy Bowo (Foke) kalah, dia siap bayar Rp200 juta rupiah. Kalau Foke menang si teman tadi hanya membayar Boss survei itu Rp5 juta saja (yakin sekali dia bertaruh 1:40?).

Wah, berita yang sangat serius sekali, mengingat sebuah lembaga survei pasti mempunyai analisa sendiri berdasarkan hasil surveinya. Ternyata sehari kemudian LSI (Lingkaran Survei Indonesia) merilis hasil survei yang dilakukannya dari tanggal 26 Maret-1 April 2012. Menurut Direktur Citra Komunikasi LSI, Toto Izulfattah, penjaringan responden menggunakan metode multistage random sampling, didapatkan 440 responden di DKI Jakarta. Margin of error adalah 4,8 persen. Mereka disodori survei kuesioner. Survei ini dibiayai oleh LSI sendiri.

LSI menanyakan pilihan terhadap enam pasangan bakal cagub dan cawagub bila pemungutan suara dilakukan saat itu juga ketika pengumpulan data dilakukan. Hasil survei sebagai berikuit, posisi pertama, Foke-Nara memperoleh 49,1 persen suara. Kedua, Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), 14,4 persen suara, ketiga  Hidayat Nur Wahid (HNW)-Didik Rachbini  8,3 persen suara. Untuk posisi keempat hingga keenam,  Faisal Basri-Biem Benjamin (5,8 persen), Alex Noerdin-Nono Sampono (3,9 persen) dan Hendardji Soepandji-A Riza Patria yang hanya mendapat 1,2 persen.

LSI juga merilis empat alasan mengapa Foke, calon yang juga incumbent, masih unggul untuk bersaing di Pilkada DKI. Pertama, Foke paling dikenal konstituen (98,4 pesen). Kedua, Foke paling disukai (79,1 persen). Ketiga, sebanyak 53,4 persen dari total responden mengaku puas dengan kinerja Foke. "Keempat, meski publik kurang puas tapi Foke masih dipercaya mengatasi banjir, sampah dan macet," sebut Toto. Jumlah responden yang masih mempercayai Foke sebanyak 38,2 persen.

Yang menarik dari survei tersebut, sebanyak  52,6 persen dari total 440 responden tidak percaya banjir dan macet juga sampah dapat diatasi dalam lima tahun ke depan oleh calon gubernur yang kini bertanding, demikian penjelasan Toto Minggu (8/4). Sebanyak 65,3 persen responden menyatakan masalah krusial di Jakarta adalah macet, banjir dan sampah. Sebanyak 18,9 responden berharap gubernur/wakil gubernur terpilih memprioritaskan program pendidikan, kesehatan, keamanan serta rasa toleransi antar umat beragama.

Jadi, bagaimana menyikapi hasil survei tersebut bagi para calon yang maju bersaing hingga tanggal pemilihan 11 Juli 2012? Hasil survei jelas menguntungkan pasangan Foke-Nara yang belum berbuat apa-apa sudah menduduki tempat teratas (survei). Dari hasil survei tersebut, masyarakat Jakarta nampaknya lebih terfokus dan merasa terganggu dengan tiga hal, yaitu macet, bajir dan sampah. Ketiga masalah krusial ini harusnya menjadi inti kampanye, karena apabila ada calon yang mampu membuat rencana  terobosan dan dipercaya pemilih akan mampu menyelesaikan sebahagian saja dari masalah krusial itu, mereka akan diminati dan  dipilih para pemilih.

Dari sekitar 7,5 juta pemilih, penulis perkirakan hanya sekitar 3-4 juta yang akan mau mendatangi bilik pemilihan. Banyak yang malas, apatis atau golput, karena siapapun gubernurnya, menurut survei tersebut ya Jakarta hanya akan tetap begitu-begitu saja menurut 50 persen lebih masyarakat itu. Pemilihan tema kampanye yang menyangkut pendidikan, pengentasan kemiskinan, soal keamanan, kesehatan gratis, nampaknya akan sulit mengangkat popularitas dan menarik hati pemilih (dibawah 20 persen). Isu primordial nampaknya juga tidak menjual.

Kunci dari pilkada ini nampaknya seperti yang dikatakan oleh Toto Izul Fattah Direktur Citra Komunikasi LS, si calon dikenal atau tidak oleh publik.  "Jadi kan yang penting dalam pemilihan gubernur ini adalah calon tersebut dikenal atau tidak oleh publik. Maka seharusnya strategi kampanyenya itu pakai spanduk, baliho, atau sticker," kata Toto. Gerakan Foke, tanpa gembar-gembor, menurut Toto dinilai cukup masif, karena sebagai incumbent dia langsung turun menyambangi warga yang kebanjiran misalnya.

Nah, bagaimana peluang cagub pesaing Foke-Nara ini? Pasangan Jokowi-Ahok mendadak menarik minat warga Jakarta, walau peluangnya masih jauh tertinggal dibandingkan Foke-Nara. Mereka sukses dan lebih dikenal dibandingkan empat pasangan kompetitor lainnya. Gerakan dan strategi Jokowi-Ahok  dinilai yang paling berhasil, berani tampil beda, apa adanya, tidak pakai janji-janji. Cirinya baju kotak-kotak mudah dikenali dan disukai, tidak monoton, populer. Popularitas adalah modal untuk elektabilitas, itulah rumusnya.

Pasangan HNW-Didik Rachbini sebetulnya mempunyai peluang, karena pemilihnya dari PKS masif (fakta pilkada 2007). Sayang tema kampanyenya agak monoton dan standard, kalau boleh dikatakan kurang menarik. Sementara Alex-Nono sebagai pasangan senior memang harus hati-hati menghadapi incumbent dan Jokowi, sepertinya isu dilaporkannya Alex ke KPK merupakan strategi perusakan citranya. Terlihat pasangan ini hanya berada pada urutan kelima, nampaknya perlu dilakukan pemeriksaan sekuriti, apakah mungkin serangan citra ke Alex dengan dilaporkannya ke KPK merupakan penurunan simpati publik Jakarta?

Bagaimana dengan dua pasangan independen? Pasangan Faisal-Biem serta Hendardji-Riza Patria belum tampil prima karena masih berkutat agar lolos memenuhi persyaratan verifikasi hingga 9 Mei 2012. Tanpa disadari, pada saatnya nanti, pasangan independen ini akan menarik minat pemilih di Jakarta, karena mereka sudah bosan dengan ulah dan gaya politik dalam pilkada. Bukan tidak mungkin pasangan Faisal Basri-Biem mendadak melejit dan menjadi pasangan favorit ke putaran kedua, mari kita tunggu apakah pasangan ini bisa lolos verifikasi tahap dua, dan tidak di gergaji seperti pada verifikasi tahap satu.

Jadi, bagaimana kesimpulan sementara? LSI menyatakan dengan perolehan persepsi 49,1 persen, pasangan Foke-Nara mempunyai peluang menang dalam satu putaran, karena syarat menang adalah 50 persen plus satu. Pendapat Toto cukup realistis. Akan tetapi posisi ini bisa saja berubah setelah proses memasuki masa kampanye. Menurut penulis pilkada diperkirakan akan berlangsung dalam dua putaran, karena pecahnya suara konstituen. Pasangan Foke-Nara diakui atau tidak tetap menjadi pasangan terunggul, karena didukung oleh Partai Demokrat yang memiliki kursi terbanyak di DPRD DKI (32 kursi).

Belum lagi Foke didukung beberapa parpol lainnya. Hal lain yang tidak bisa disepelekan dari pasangan ini adalah, incumbent masih menguasai sistem pemerintahan hingga tingkat kelurahan. Faktor penentu lainnya,  jelas incumbent mempunyai duklog (dukungan logistik) terkuat dibandingkan calon-calon lainnya. Yang paling ditakutkan adalah operasi serangan fajar, yang kita rata-rata sudah maklum bagaimana triknya dan selalu sulit dibuktikan.

Jadi demikian sedikit ulasan pilkada DKI Jakarta yang jelas akan makin panas, keras dan ruwet serta tricky. Ulasan ini lebih didasarkan kepada kepercayaan kepada sumber (LSI), apabila fakta sumber  tidak betul, maka ulasan ini otomatis akan gugur. Semoga tidak demikian hendaknya. Foke memang kuat, tetapi bisa saja kalah kalau dalam tiga bulan mendatang dia kena masalah hukum. Dari sejarahnya, pejabat pemda mudah dicari kesalahannya, lebih-lebih namanya sudah mulai di sebut-sebut untuk di dorong  ke KPK.  Hati-hati saja Bang!

Menjelang kampanye, para cagub/cawagub sebaiknya lebih fokus memperkenalkan dirinya, popularitas bagian terpenting kini, setelah itu tema yang diusung fokuskan ke macet, banjir dan sampah.  Penulis sebagai mantan cagub yang tidak maju, walau bagaimanapun mempunyai pendukung (sekitar 600.000), kemana akan membuat pernyataan, menggeser dukungan....menunggu perkembangan situasi dahulu. Prayitno Ramelan ( www.ramalanintelijen.net )

 

 
This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.