CASA 212-200, PK-TLF Jatuh di Langkat
30 September 2011 | 2:24 pm | Dilihat : 451
Kecelakaan pesawat kembali terjadi di Indonesia. Pada hari Kamis (29/9) pesawat CASA yang dioperasikan maskapai Nusantara Buana Air (NBA) jatuh di kawasan hutan lindung Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), tepatnya di perbukitan Bahorok, Langkat, Sumatera Utara. Pesawat dengan nomor registrasi PK-TLF, Captain Pilot Famal Ishak, on route Bandara Polonia Medan-Bandara Alas Leuser Kutacane, Aceh, jatuh sekitar enam menit sebelum mendarat di Alas Leuser. ATD pesawat dari Polonia Medan 07.28 WIB, menurut manifes terdiri dari 14 penumpang dan empat orang crew.
Pimpinan PT Nusantara Buana Air (NBA) cabang Medan, Zulkifli, mengatakan, pihaknya sudah menelusuri lokasi jatuh pesawat dengan menggunakan Susi Air. Pesawat diperkirakan jatuh pada koordinat N 03 derajat- 23.80 dan E 090 derajat- 01.21. Reruntuhan pesawat terletak di perbukitan dalam keadaan hidung hancur, tetapi tidak terbakar. Untuk mencapai lokasi tim SAR harus menembus hutan lindung, diperlukan waktu tempuh yang cukup lama, diperkirakan sekitar dua hari perjalanan darat.
Zulkifli menjelaskan “Saya dan kru sudah telusuri sampai lima kali dan sangat jelas kondisinya utuh, tidak ada terbakar. Pesawat jatuh dalam posisi miring di atas bukit.Tidak menyangkut di pohon,”tuturnya. Namun, bagaimana kondisi penumpangnya,dia belum bisa memastikan.“Kalau soal kondisi penumpang, belum jelas."tegasnya.
Hingga kemarin belum dapat dipastikan penyebab pesawat jatuh. PT NBA menegaskan pesawat saat berangkat dalam kondisi baik. Jumlah penumpang juga tidak berlebih.General Manager PT Angkasa Pura II Polonia, Medan, Bram B Tjiptadi, pun memastikan pesawat tersebut layak terbang. Dugaan sementara yang muncul, pesawat jatuh akibat cuaca buruk. Pangkosek Hanudnas III, Marsekal Pertama TNI AU Bonar H Hutagaol didampingi Asisten Operasi Kosek Hanudnas III Letkol PNB Asril Sanami mengatakan, pesawat dimungkinkan jatuh karena cuaca buruk. Pesawat seharusnya terbang di ketinggian 7.000 kaki, namun saat itu pesawat tesebut diketahui terbang pada ketinggian 8.000 kaki. ”Berdasarkan pantauan cuaca buruk di Kuta Cane dan jatuhnya pesawat itu bisa saja kemungkinannya karena cuaca buruk, demikian perkiraannya.
Hartarto, dari BMKG Polonia, Medan, menyebutkan, berdasarkan pantauan, cuaca pagi dihari terjadinya musibah tersebut baik, memungkinkan untuk penerbangan. Tidak ada cuaca buruk seperti awan tebal dan asap kabut. “Jarak pandang 8.000 meter, artinya cuaca sangat bagus dan memungkinkan untuk penerbangan. Namun, posisi pesawat di pegunungan tidak bisa secara detail diketahui apakah ada kabut atau tidak, karena tidak terpantau kabutnya.
Biasanya di daerah pegunungan ada kabut, cuma kita tidak punya data apakah saat pesawat melintas pegunungan ada kabut tebal atau tidak,” ujarnya. “Soal ketinggian pesawat saat itu yang mencapai 8.000 kaki biasanya kalau melintasi pegunungan memang naik dari ketinggian biasanya 7.000 kaki. Dia hanya memperkirakan pesawat terjatuh di ketinggian 3.600 kaki di sekitar kaki Pegunungan Bahorok.Dia menjelaskan, ketinggian normal penerbangan di wilayah tersebut rata-rata 8.300 kaki.
Kemenhub sudah menurunkan tim investigasi dari Ditjen Perhubungan Udara yang dipimpin Direktur Kelayakan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (KKUPPU) Direktorat Perhubungan Udara Kemenhub Diding Sunardi beserta tim dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Pesawat Cassa 212 dibuat oleh PT Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) pada 31 Maret 1989 di Bandung, memiliki 11329.30 jam terbang, memiliki masa berlaku pemeriksaan ( C of A) pada 31 Oktober 2011 dan pemeriksaan (C of R) pada 24 Februari 2012.melakukan penerbangan perintis Polonia-Kutacane. PT Nusantara Buana Air yang merupakan perusahaan penerbangan tak berjadwal itu saat ini memiliki sembilan armada, terdiri atas 5 unit CASA 212-200,1 CASA 212- 100,1 unit Piper Chayene,dan 2 unit helikopter MD-500.
Dengan sering terjadinya kecelakaan pesawat terbang di Indonesia, Dirjen Perhubungan Udara Herry Bhakti menjelaskan di Jakarta, Kamis (29/9) akan melakukan evaluasi serta aturan-aturan yang tegas pada aspek keselamatan penerbangan, dengan meningkatkan penyelenggaraan training-training terhadap pilot masing-masing perusahaan penerbangan. Para keluarga serta masyarakat masih menunggu upaya penyelamatan para penumpang di lokasi yang sangat sulit dijangkau pada ketinggian 3600 kaki dari permukaan laut. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )
Ilustrasi gambar : Kompas.com