Kucing Gering Di Partai Demokrat

5 July 2011 | 5:19 pm | Dilihat : 1973

Sore ini dengan kondisi masih agak mengantuk dan lelah,  penulis mencoba menuliskan tentang makna Kucing Gering dan Partai Demokrat. Partai ini kini  sedang diterpa isu tidak sedap, korupsi. Penulis baru kembali dari melaksanakan ibadah umrah dan dilanjutkan  menghadiri acara haul akbar di Pondok Pesantren Assalafi Al Fitrah, Kedinding Surabaya tanggal 2 dan 3 Juli. Penulis sangat kagum dengan Jamaah yang  hadir, berjumlah sekitar 300.000 orang memadati areal pondok dengan tertib, tekun dan hikmat. Orang-orang yang sederhana dari pelosok-pelosok, yang datang hanya untuk berzikir dan mendapat ampunan serta ridha Allah Swt. Betapa mulianya mereka, mendapat hidayah dan dibukakan hatinya oleh Allah Swt , dengan semangat kebersihan hati menghadiri haul akbar tersebut.

Dalam suasana kebathinan yang nyaman, hati yang sejuk, kini penulis mau tidak mau harus kembali kepada realita kehidupan yang penuh dengan hingar bingarnya berita, yang memang disukai media. Fitnah, rumors, caci maki dan bahkan tindakan anarkis adalah bagian kehidupan manusia dinegara kita, yang bagi sebagian orang kemudian disukai dengan mengatasnamakan  kebebasan berdemokrasi . Penulis teringat rekaman dari Hadrotusy Syeikh Achmad Asrori Al Ishaqi (Alm), bahwa manusia harus memulai segala sesuatu dari 'niat'. Niat disini adalah niat yang baik, menurut Islam yang tidak menyimpang agar mendapat ridha AllahSwt.

Mari kita mulai berbincang masalah kucing gering dan Partai Demokrat. Kita semua faham bahwa saat ini telah terjadi kemelut di Partai Demokrat, terkait dengan kasus mantan Bendahara Umumnya Nazaruddin. Nampaknya telah terjadi sesuatu di internal partai ini. Presiden mengaku prihatin terhadap korupsi yang terjadi hampir di semua lembaga pemerintah, baik pusat maupun daerah. SBY meminta penegak hukum, LSM dan media massa bekerja sama memberantas korupsi tanpa pandang bulu. Presiden meminta agar Nazaruddin segera memenuhi permintaan KPK.

Sementara menurut Anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Amir Syamsuddin, di lingkup internal partai, SBY telah mengingatkan agar kader Demokrat tidak menganggap diri mereka sebagai kelompok istimewa. Menurut Amir, dalam waktu dekat Demokrat akan melakukan pembersihan partai dari kader bermasalah. Menurut Ketua DPP Demokrat Kastorius Sinaga pada akhir Juli Partai Demokrat akan menggelar rapat koordinasi nasional. Menurut Dewan Pembina Partai  sebagai sebuah keinginan atau momentum bersih-bersih.

Sebetulnya apa yang akan dibersihkan? Seperti kata Amir Syamsuddin, ada kelompok yang merasa istimewa. Dan dari berita yang beredar, sumber masalah ada pada Nazar yang sudah ditetapkan sebagai tersangka. Karena merasa ditinggalkan dan tidak dibela, Nazar akhirnya nekat, bernyanyi menyebut beberapa tokoh muda partainya terlibat dan menerima aliran dana. Sebetulnya masalah akan aman-aman saja, kalau tidak ada yang mempermasalahkan. Tetapi seperti kata kyai Asrori, kalau niatnya menyimpang, dalam memberi sodaqoh saja, nilai amalnya akan kecil kalau niatnya tidak betul.

Pak SBY rupanya mulai 'gemas' dengan kondisi psikologis penekanan partainya. Disatu sisi sebagai tokoh utama mencanangkan perang melawan korupsi, dilain sisi terindikasi ada kelompok yang mencoba bermain-main dengan gaya panas (baca korupsi). Niatnya tidak baik dalam memegang amanah. Seperti kata Amir yang juga lawyer, ada kelompok istimewa di internal partai.

Sebetulnya para politisi itu harus belajar dengan ilmu "kucing gering". Maksudnya kalau masih berstatus kucing, yang bisanya hanya meong-meong, kecil dan manis, ya jadilah kucing saja. Jangan mengaum dan merasa sudah menjadi macan. Bayangkan kita punya kucing dirumah, tiba-tiba dia mengaum seperti macan, mau gaya menggigit pula. Ya kalau hanya dilempar sandal saja masih lumayan. Bagaimana kalau sebal dan kita buang kucing kita, bukankah akan merana? Kalau perlu jadilah kucing gering, yaitu pura-pura jadi kucing sakit, sembunyi dibawah meja. Kalau di politik kucing gering model begini  suka  nyuri ikan di meja kalau tuannya tidak ada. Nah, kalau si kucing nanti sudah jadi macan, barulah di mengaum dengan keras, maka siapapun akan menjadi takut.  Yang betul, jadilah kucing baik dan tidak mencuri, menunggu siapa tahu mendapat hidayah Yang Maha Kuasa bisa jadi macan.

Pertanyaannya kini, apakah di Demokrat terdapat kucing yang tidak jujur dan mencoba mengaum? Nampaknya seperti itu, sementara pemilik rumah  selalu menekankan agar menjaga ikan dan lauk lainnya dimeja, dia membanggakan kepada tetangga-tetangganya bahwa kucing-kucingnya baik-baik, mendadak ketahuan atau terindikasikan beberapa kucingnya yang masih muda-muda  nekat mengambil ikan dari atas meja dan di makan beramai-ramai. Bagaimana tidak marah kan pemilik rumahnya?Jelas wajar kalau marah.

Selain itu, pemilik rumah sering merasa tidak nyaman, karena terganggu kucingnya yang kecil muda suka mengaum. Selama ini kelihatannya masih dibiarkan, kesalahannya hanya masalah etika, kurang tahu diri. Suaranya saja belum pantas mengaum, kesannya justru lucu,  tapi mendadak berani mengeluarkan suara keras "Auuum, eh..Meooong...Ini Demokrasi Pak". Yah, di akhir tulisan, kita tunggu saja akhir Juli apakah ada kucing yang merasa sudah mirip macan akan dilempar sandal oleh Bapak Ketua ? Yang jelas si kucing akan pincang jalannya. Pesan moralnya 'Sabar, Fokus dan Ikhlas', itu kunci sukses politisi muda, jadi tidak usah terburu-buru deh mas. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net/?p=2576 ).

Ilustrasi : Gambar kucing, BrakeTaker.com

 

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.