Presiden 2014

31 May 2010 | 8:50 am | Dilihat : 123

Berbicara tentang presiden dari negara yang jumlah penduduknya menurut sensus 2010 kira-kira  230 juta, adalah  hal yang sangat penting. Bagi sebagian orang, presiden adalah sumber dari segala sumber di negara ini. Presiden bisa menjadi tempat menggantungkan hidup, mencari nafkah dan kekayaan, kehormatan, keselamatan dan banyak ragam kepentingan lainnya. Kalau dekat dengan presiden, banyak yang berpendapat, keinginan serta ambisi bisa dicapai, kira-kira begitulah. Demikian banyak yang mau menghamba kepada presiden itu, mencium tangan dengan hikmat dan penuh perasaan kepada presiden, bahkan mencuci kaki dan meminum air juga dilakukan oleh pengikut setia calon presiden.

Nah, kini pada Tahun 2010 apakan sudah pantas kalau kita berbicara siapa yang akan menjadi presiden pada 2014. Beberapa hal yang menarik dipanggung politik adalah pergeseran atau di geserkannya opini rakyat yang notabene juga konstituen pada 2014. Sejak 2004 hingga 2009, opini rakyat dibentuk untuk tetap mencintai presiden SBY dengan Partai Demokrat sebagai sosok yang hebat dan terbaik. Dan ternyata pengggiringan opini berhasil, Partai Demokrat berhasil keluar sebagai juara, dan SBY menjadi presiden dengan memperoleh dukungan lebih 60 persen.

Kalau berbicara tentang capres, maka kita harus berbicara tentang partai politik dan UU. Menurut RUU Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang disyahkan oleh DPR pada hari Rabu, 29 Oktober 2008, syarat persentase dukungan pengajuan pasangan capres dan cawapres, DPR menetapkan syarat minimal 20% kursi parlemen dan 25% perolehan suara nasional dalam pemilu. Inilah kunci seseorang untuk bisa maju menjadi calon presiden. Disini berarti pasangan capres-cawapres bisa maju asalkan didukung oleh parpol papan atas atau gabungan parpol.

Bagaimana kira-kira pada 2014 nanti? Kita sebaiknya melihat dahulu sejarah pemilu sejak 2004 setelah dilakukan pemilihan langsung. Kini parpol yang menduduki papan atas adalah Partai Demokrat, Partai Golkar dan PDIP. Itulah sebetulnya parpol jangkar yang hanya membutuhkan dukungan satu atau dua parpol papan tengah lainnya untuk berkoalisi agar dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan UU tersebut diatas. Pada pemilu 2009,  Partai Demokrat mampu memperoleh dukungan hingga perolehan suaranya naik 300 persen dibandingkan pemilu 2004. Sementara Golkar dan PDIP mengalami penurunan. Walaupun demikian kemerosotan dapat dinilai tidak terlalu parah dan keduanya tetap berada di barisan papan atas dan masih mampu mengusung capresnya masing-masing.

Kemerosotan perolehan parpol di Indonesia tidak akan serta merta runtuh sesaat. Diantaranya yang runtuh misalnya pada  PKB, PPP dan PBB, itupun terjadi dalam kurun waktu dua periode pemilu. Oleh karena itu, pada 2014 kemungkinan  besar panggung politik tetap akan dikuasai oleh Partai Demokrat, Golkar dan PDIP. Sementara enam parpol lainnya yang kini masih bisa eksis di Senayan harus berjuang agar tidak terdegradasi dengan syarat parliamentary threshold yang 2,5 persen. Posisi beberapa dari mereka akan terancam apabila PT dinaikkan menjadi 5 persen misalnya. Kemungkinan yang mampu bertahan hanya PKS, PAN dan PPP. Posisi Gerindra, PKB dan Hanura dapat terdegradasi.

Nah, dengan perkiraan inilah, mari kita berbicara tentang presiden 2014. Artinya, kemungkinan besar hanya tiga parpol yang akan dapat mengajukan capres. Partai Golkar sudah mulai menyentil berita, Wakil Ketua DPR dari Golkar, Priyo Budi Santoso mulai menyatakan bahwa Golkar kemungkinan akan mengusung Ketua Umum-nya Aburizal Bakrie sebagai capres. Nampaknya PDIP juga akan tetap mempertahankan dan berharap Megawati kembali akan maju sebagai capres. Terus bagaimana dengan Partai Demokrat?

Beberapa isu menyebutkan bahwa diam-diam Demokrat akan mengusung Ny.Ani Yudhoyono sebagai capres, ada juga yang menyebut Menko Polhukam Djoko Suyanto. Ada juga isu yang menyebutkan UU dirubah, sehingga  presiden bisa menjabat lebih dari dua kali. Dalam hal ini penulis rasanya tidak yakin apabila Pak SBY akan mengajukan keduanya atau merubah UU yang sudah ada.  Mencermati Partai Demokrat, penulis melihat Pak  SBY mulai membalikkan opini konstituen, bahwa masa depan bangsa akan diberikan kepada kader pimpinan yang muda. Teori patron adalah masa lalu. Ini sudah ditunjukannya dalam pemilihan Ketua Umum Demokrat. Strategi Demokrat pada 2014 kira-kira akan berjudul "yang muda mengalahkan yang tua." Siapa yang akan diajukan, kini masih merupakan rahasia dapur Majelis Tinggi.

Terus bagaimana dengan nama-nama lain yang demikian terkenal dan disebut-sebut sebagai calon juga?. Ada nama Sri Mulyani, Mahfud MD, Hatta Rajasa, Anis Baswedan, Prabowo Subijanto, Wiranto, Rizal Mallarangeng, Puan Maharani dan beberapa nama lainnya. Kalau melihat peta politik, maka nama-nama yang disebutkan itu kira-kira akan berada pada tataran sebagai cawapres saja. Kecuali, apabila diantara mereka ada yang diajukan menjadi capres oleh salah satu dari ketiga parpol papan atas. Tapi apakah itu mungkin? Jelas, semuanya  akan bisa berubah apabila terjadi perubahan situasi politik  yang signifikan di negeri ini. Peluang yang agak besar berada pada Hatta Rajasa dan Prabowo yang masih memungkinkan partainya masing-masing berkoalisi dengan parpol papan tengah lainnya, asalkan partainya  lolos dari jepitan PT. Kedua tokoh ini dinilai mempunyai kharisma tersendiri.

Dalam menyikapi semua ini kita sebaiknya harus lebih realistis, jangan hanya karena bermodalkan senang dan suka saja.  Pemilu dan pilpres jelas harus dilaksanakan dengan dasar UU yang telah disyahkan itu. Kita tidak bisa semaunya saja mendeklarasikan sebagai capres tanpa mengukur diri sendiri, nanti sudah membuang uang, terus di tertawakan orang. Kini, tugas yang sangat berat bagi SBY adalah memilih dan mensosialisasikan calonnya yang akan diusung. Play maker akan dimainkan dan king maker sebagai penentu strategi, suatu yang wajar di dunia politik. Yang terpenting dari semuanya, apabila terjadi langkah yang kurang tepat, penulis rasa PDIP yang akan bertepuk tangan.

PDIP sudah menegaskan diri sebagai oposan dan tidak mau berkompromi. Yang terjadi kini, kalau ada yang anti pemerintah, mereka banyak yang mendapat dukungan masyarakat, itulah realitanya. Karena itu, tanpa berbuat apa-apa saja Mega sebagai capres yang sudah matang bisa menjadi kuda hitam pada 2014 nanti. Bagaimana kans Aburizal? Nampaknya terdapat beberapa masalah yang cukup mengganjal dan harus dibersihkan apabila tetap akan maju.  Dengan modal "keukeuh" seperti kata orang sunda atau bersikeras saja jelas tidak cukup. Demikian tulisan ringan ini dibuat sebagai awal pembahasan masa depan kita bersama, mari kita saling berbagi. Semoga ada manfaatnya.

PRAYITNO RAMELAN, Penulis Buku Intelijen Bertawaf.

Sumber: http://politik.kompasiana.com/2010/05/31/presiden-2014/ (Dibaca: 861 kali)

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.