SBY Memanfaatkan Momentum
25 May 2010 | 11:31 am | Dilihat : 98
Terpilihnya Anas telah memberikan efek berantai gelisah di dunia politik Indonesia. Kekuasaan politik selama ini selalu berada ditangan para senior. Seperti yang diatur oleh alam di dunia Singa, senior makan dahulu baru junior mendapat bagian. Nah, Anas kini menjadi sebuah ikon politisi muda dan junior, menonjol dikalangan politisi senior pesaing partainya. Tidak ada yang menilai dia tidak pantas menjadi ketua sebuah partai besar pemenang pemilu. Mereka mengatakan Anas memiliki dimensi karisma, keterampilan dan komunikasi politik, nasionalisme, serta integritas.
Kemunculan politisi muda ini ketataran yang sangat tinggi dan bergengsi pada parpol pemenang pemilu bukan merupakan sebuah kebetulan belaka. Ini adalah setting dan strategi dari pemimpin tertingginya, Pak SBY. Beliau mempunyai kemampuan membaca arah dan perkiraan perkembangan politik masa depan. Banyak dari politisi kita yang terjebak dalam perkiraan semu, menyimpulkan bahwa kekuatan nama dan patron akan tetap jaya dimasa mendatang. Sementara itu Partai Demokrat, khususnya Ketua Dewan Pembina justru membacanya terbalik. Semuanya jelas tidak terlepas dari hasil analisa intelijen khususnya pada komponen politik. Mari kita lihat apa momentum yang dimanfaatkan itu.
Pada Tahun 2008, William Liddle Profesor Ilmu Politik dari Ohio State University, menyampaikan pandangannya tentang politik Indonesia. Dari sejarah singkat reformasi Indonesia "khususnya sejak 2004, di pusat dan di daerah" memberi kesan kuat, sebuah kelas politisi baru mulai menggeliat. Seperti Amerika, Indonesia adalah masyarakat majemuk yang restless, terus bergerak. Jadi, jangan terlalu terkejut jika ada seorang Obama ala Indonesia yang muncul mendadak dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Menurut penulis, Presiden Obama adalah fenomena menarik bagi Amerika, muda, pintar, terdidik dan energik. Tampil beda dan akhirnya mampu mengalahkan pesaingnya yang jauh lebih tua.
Nah, itulah ramalan Liddle yang nampaknya telah dicermatinya. Dari perkembangan urusan politik dan hukum, terlihat mulai turunnya kepercayaan masyarakat baik terhadap politisi senior maupun pemimpin yang mereka anggap sudah agak kadaluarsa dan tidak jujur. Tanpa disadari kini pengaruh globalisasi telah menyentuh alam pikir perlunya kaum muda mulai mengambil posisi yang lebih menentukan di negara ini. Opini yang terbentuk sudah demikian serius, oleh karena itu bagi parpol yang waspada dan memahaminya sebaiknya memang perlu segera bergerak cepat mengantisipasi dan melakukan perubahan strategi. Nah, disinilah SBY sebagai seorang yang mumpuni politik kemudian melakukan pembaharuan strategi. Jelas pada 2014 SBY tidak akan tampil kembali, sementara Partai Demokrat tidak memiliki patron ataupun tokoh yang sangat pantas untuk dijadikan capres. Oleh karena itu, keinginan masyarakat akan pemimpin muda disikapinya dengan kecerdasan. Dalam hal ini seni politik yang diimplementasikan sebagai sebuah strategi dapat dikatakan selangkah lebih maju dibandingkan parpol lainnya yang masih saja meributkan soal-soal tehnis.
Hasil pemilihan ketua umum Partai Demokrat jelas sudah dikuasai oleh SBY sebelumnya. Survey LP3ES yang disewa oleh PD lebih merupakan sebuah sensus. Nilainya lebih akurat dan bukan merupakan sebuah persepsi. Disana Anas telah dipilih oleh para pengurus DPC dan DPD. Selain itu, survei yang dilakukan oleh Cirus Surveyors Group(CSG) terhadap150 tokoh yang berjudul Profiling Calon Ketua Umum PD Versi Opinion Leader, Anas mengungguli Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie dalam hal kepemimpinan. Juga hasil survey oleh Konsultan Citra Indonesia (KCI), Anas unggul untuk kategori kemampuan memimpin partai. Menurut Direktur Eksekutif KCI Barkah Pattimahu, Anas dipandang oleh responden sebagai yang membawa sifat dan karakter SBY sebagai figur sentral di Demokrat.
Nah, dengan demikian lengkaplah sudah informasi tentang posisi para calon Ketum itu. Sebagai pengamat yang berada diluar parpol saja penulis berani mengatakan bahwa Anas yang terkuat, di susul oleh Marzuki baru Andi. Walaupun Andi Mallarangeng demikian gencar beriklan, didukung Ibas, penulis saja berani memperkirakan dan menempatkannya pada posisi terbawah. Dan, intelligence estimate tersebut kemudian terbukti benar. Bagaimana dengan Pak SBY? Jelas beliau sangat mahfum dengan situasi dan kondisi yang berlaku di partainya. SBY melepas pemilihan tanpa ikut campur seperti yang semula diperkirakan banyak orang. Sebagai Ketua Dewan Pembina yang demikian "power full" penulis perkirakan semua yang terjadi pada partainya sudah sangat dikuasainya. Artinya Anas memang telah diberikan restu walaupun hanya di dalam pikirannya dan tidak diungkapkan. Inilah kelebihan mereka yang memiliki informasi lengkap, mampu membuat estimate, mampu melihat jauh kedepan dan kemudian merancangnya.
Momentum kebutuhan akan pemimpin muda dan pemilihan tokoh yang tepat yang di inginkan masyarakat, kemudian disikapi oleh Partai Demokrat. Langsung menjungkir balikkan pandangan para lawan politik dan pesaingnya. Calon pemimpin tidak bisa mendadak diciptakan, dia harus melalui sebuah proses pematangan. Anas dalam sisa beberapa tahun kedepan akan dipoles menjadi ikon politik yang digemari oleh para pemilih yang mayoritas adalah juga kalangan muda. Seperti hasil survey, bahwa di tubuh Anas kini menitis sifat dan karakter figur sentral SBY. Artinya para pemilih SBY nantinya akan mencari tokoh idolanya yang mirip SBY, Anas-lah jawabannya. Canggih memang.
Anas kini tokoh muda yang akan berdiri tegak sama rata dengan Aburizal Bakrie dan Megawati. Walaupun Anas adalah salah satu kader Partai Demokrat yang tetap dalam bayang-bayang orang yang menitisinya, keikhlasan sebagai kader yang pintar akan membawanya ke puncak seperti yang diharapkan oleh pengkadernya. Ketum baru ini menyatakan, bahwa tantangan kedepan adalah institusionalitas pemikiran SBY, membangun soliditas organisasi dan meningkatkan kualitas kader. Dia percaya apabila ketiga hal tersebut bisa teratasi, maka kejayaan partai Demokrat pada Pemilu 2014 akan terwujud.
Sebagai penutup penulis sebagai Bapak Publik Kompasiana mengucapkan selamat kepada Anas Urbaningrum yang juga masih tercatat sebagai blogger Kompasiana. Sukses Mas Anas, semoga selalu mendapat ridho Allah Swt dalam mengemban tugas, Amin.
PRAYITNO RAMELAN, Pemerhati Intelijen dan Politik.
Sumber: http://politik.kompasiana.com/2010/05/25/sby-memanfaatkan-momentum/ (Dibaca: 948 kali)