SETELAH PRABOWO KE AS, POMPEO KE INDONESIA

23 October 2020 | 6:47 pm | Dilihat : 602

Perkembangan geopolitik dan geostrategi di regional Asia Pasifik semakin menarik didalami. Ketegangan AS - RRT (China) yang menjurus kearah perang dingin, mendudukkan serta membuktikan bahwa posisi geografis Indonesia menjadi demikian penting ditinjau dari kepentingan politik dan strategi. Di kawasan regional, China menggunakan pendekatan prosperity, sementara AS dengan pendekatan security. Analisis ini mencoba mengulas dengan pendulum di tengah, agar lebih objektif sebagai sumbangan pemikiran untuk para pemegang amanah.

Kunjungan Menhan Prabowo ke AS

Menhan RI Letjen (Purn) Prabowo Subijanto diundang ke AS, dan pada Jumat (16/10) waktu setempat bertemu dengan Menhan AS Dr. Mark T Esper di Pentagon. Keduanya mebahas membahas keamanan kawasan, prioritas pertahanan bilateral, dan akuisisi pertahanan.

Mark Esper menekankan perlunya membangun hubungan kerjasama yang lebih dekat dengan negara demokrasi seperti Indonesia. Mengomunikasikan pentingnya penegakan HAM, supremasi hukum, serta profesionalisasi bila kedua negara memperluas keterlibatan mereka.

Prabowo menyampaikan pentingnya keterlibatan militer di semua tingkatan, mengapresiasi dukungan AS untuk modernisasi bidang pertahanan Indonesia. Pada intinya kedua pemimpin berbagi keinginan untuk meningkatkan hubungan bilateral militer ke militer, dan bekerja sama dalam keamanan maritim.

Di sini terlihat bahwa pihak intelijen dan kebijakan militer AS membuka celah pendekatan diplomasi pertahanan 'kemitraan' melalui Prabowo sebagai simbol awal tokoh yang bisa dipercaya bukan di jalur China. Pencabutan daftar hitam selama 20 tahun terhadap Prabowo dapat dinilai sebagai keputusan krusial pejabat AS, karena itu Esper menetralisirnya dengan menyebut masalah HAM saat pertemuan.

Rencana Kunjungan Menlu AS Pompeo ke Indonesia

Menlu Retno Marsudi dalam konferensi pers secara daring, Kamis (22/10) mengumumkan bahwa Menlu Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo akan mengunjungi Indonesia pada pekan depan. Menlu Retno menjelaskan, AS adalah satu 'mitra penting' Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia ingin terus membangun kemitraan kokoh yang saling menguntungkan dan menghormati.

Departemen Luar Negeri AS mengumumkan, Secretary (Menlu) Pompeo akan melakukan perjalanan luar negeri ke india, Kolombo, Sri Lanka, Maladewa, dan terakhir ke Indonesia dalam rentang waktu 25 hingga 30 Oktober mendatang.

"Menlu Pompeo akan melakukan perjalanan ke Jakarta untuk menyampaikan sambutan publik dan bertemu dengan mitranya dari Indonesia untuk menegaskan visi kedua negara tentang Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata pernyataan tersebut.

Menurut Retno, selain melakukan pertemuan bilateral dengannya, Pompeo akan hadir dalam forum gerakan Pemuda Ansor, dimana Pompeo akan membahas mengenai dialog agama dan peradaban."Komitmen kuat peningkatan kemitraan ini tercermin dengan intensifnya saling kunjung pejabat kedua negara bahkan di masa pandemi ini," ujar Menlu Retno.

Dia menyebutkan saling kunjung di antaranya, wakil Menteri Pertahanan AS telah berkunjung ke Indonesia, kunjungan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo ke AS, delegasi US International Development Finance Corporation juga direncanakan akan berkunjung ke Indonesia pekan ini, dan Menlu Pompeo berkunjung pekan depan.

"Saya yakin pembicaraan saya dengan Secretary Pompeo akan berjalan dengan baik dan sekali lagi dapat memperkokoh hubungan bilateral kita dengan AS," ujar Menlu.

Analisis

Dinamika geopolitik di kawasan Asia Pasifik, khususnya meningkatnya suhu di Laut China Selatan antara AS dengan China kini semakin serius. Pada dasarnya strategi OBOR dan BRI China adalah prosperity, memengaruhi negara lain dengan pinjaman. AS menilai bagi negara yang tidak mampu membayar akan masuk dalam jebakan hutang, membayar dengan kompensasi khusus. Negara-negara di jalur OBOR menjadi ajang perebutan pengaruh untuk mendaoat dukungan penguasaan LCS. AS menilai China semakin meningkatkan dan memodernisir kemampuan tempur maritimnya.

Ben Bland seorang analis dalam bukunya Man of Contradictions: Joko Widodo and the struggle to remake Indonesia seperti yang dikutip dari The Sydney Morning Herald, menulis bahwa Presiden Jokowi "tertarik untuk menarik investasi dari negara manapun yang memiliki uang tunai paling banyak demi mencapai tujuan ekonomi domestiknya”. Untuk saat ini "Negara Tionghoa/China sedang membangun jalan, jembatan, pembangkit listrik, dan pelabuhan di seluruh Indonesia, di samping jalur rel Jakarta-Bandung yang terkenal".

Di satu sisi AS menilai posisi geografis Indonesia sangat strategis, bila jatuh dalam pengaruh China, sangat merugikan kepentingan nasionalnya. Kawasan maritim Indonesia sangat luas, dan bila masuk ke blok China, maka jalur SLOC AS akan terganggu, Australia dan New Zealand akan menjumpai masalah besar dalam kondisi apapun. Jelas AS sangat tidak suka strategi China yang ingin menjadi Sherrif di Laut China Selatan serta konsep penguasaan dua Samudera yang telah dicanangkan tahun 2007 harus di gagalkan.

Dalam perspektif intelijen, bagi sebuah negara, yang abadi adalah kepentingan nasionalnya. Karena itu pendulum Indonesia yang mereka nilai mulai berat ke China harus diubah. Disinilah besarnya peran seorang Retno Marsudi dalam berdiplomasi dengan pihak AS. Di satu sisi berpegang kepada politik Luar Negeri yang bebas aktif, di lain sisi harus mengatur ritme serta posisi politik hubungan bilateral dengan AS dan dengan China tanpa mencederai pihak manapun.

Perlu penulis ingatkan, bahwa Pompeo adalah alumnus Akademi militer (Army), juga mantan Direktur CIA dan kini masih berperan dengan kust di intelijen, terlihat Pompeo masih kental berbicara soal ancaman strategis PKT. Genderang perang AS ke China sudah jelas, tidak ingin LCS dikuasai satu negara, dan AS tidak ragu mengirim kapal induk dan kapal-kapal perangnya.

Di Indonesia, Pompeo akan mendekati pemuda Ansor yang bagian dari NU sebagai organisasi massa Muslim terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia, ini juga porsi intelijen. AS yang oleh Retno kini disebut sebagai mitra penting, dalam berbicara dengan Indonesia juga sudah mempersiapkan konsep semacam OBOR, dukungan prosperity dari Indo Pacific, disebut higher road dengan dana USD 400 miliar. Lama digaungkan tapi gayung tak bersambut, informasi menyebut adanya jalur proxy.

Kemungkinan ini yang akan ditawarkan oleh delegasi US International Development Finance Corporation minggu depan. Menlu Retno mohon tidak terjebak dinamika intelijen Pompeo cs, bukan berarti dia berkunjung ke Ansor yang Islam lantas Retno kemudian berbicara kembali Palestina. Situasi kondisi di Timur Tengah, Teluk Persia sudah berubah sudah terjadi shake hand beberapa negara Arab dengan Israel yang juga, sekutu AS. Betul, kali ini Indonesia harus tetap berpegang kepada Politik Luar Negeri yang bebas dan aktif, AS juga sangat faham.

Kemlu mohon fokus kepada kondisi kawasan regional di sekitar Indonesia yang akan semakin panas. Kita tidak perlu takut kepada AS, tetapi waspada, pendekatan mereka security approach, kini mulai masuk ke prosperity, karena itu back ground knowledge Kemlu sebaiknya ditingkatkan oleh Badan intelijen Strategis agar tidak tergelincir saat bertemu dengan Pompeo, tidak hanya sekedar basa-basi diplomasi umum yang abu-abu. Mereka butuh kejelasan, posisi politik Indonesia soal kemitraan, agar kita tidak menyulitkan dan tidak fanatis menyikapi sikon yang berlaku.

Penutup

Pintu Indonesia - AS sudah lebih terbuka, semua bertindak demi kepentingan nasionalnya masing-masing. AS dan China yang berseteru bisa disebut sebagai gajah, Indonesia jangan disebut pelanduk, kita negara besar dengan letak geografis di posisi silang, negara maritim terluas dan sumber daya alam banyak, penduduk ke empat terbanyak di dunia, meraih kemerdekaan dengan berjuang. Nilai tawar Indonesia tinggi. Lantas apa dari kita yang pantas disebut pelanduk?

Kunci dari persepsi intelijen, kenali detail AS, China, Rusia, Australia, Singapura dan lain-lainnya, tentukan cara bertindak terbaik. Ini artinya para pemimpin harus smart, apapun yang terjadi saat ini adalah konsep permainan intelijen. Masalahnya mampukan kita memahaminya? Semoga bermanfaat. Pray Old Soldier.

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.