MENGUKUR COVID-19 DARI PERSEPSI INTELIJEN, BAGIAN DARI BIOWAR?
29 March 2020 | 4:43 pm | Dilihat : 933
Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping telah berdamai, semoga segera selesai gempuran Convid-19, Aamiin ( foto : guardian)
Dunia saat ini dibuat panik dengan mahluk Tuhan yang sangat kecil Corona Virus Covid-19. Micro organisme ini menginfeksi 200 negara tanpa dapat dicegah. Data per hari ini (28/3) setelah munculnya Covid di Wuhan China, tercatat world cases 642,741 orang terinfeksi dan 29,908 yang tewas. Semua negara termasuk yang super power sekalipun tidak bisa mencegah, hanya berusaha melakukan tindakan preventif dan upaya menyelamatkan jiwa.
World Death Rate pada tanggal 28 Maret ini 4,5%, artinya tiap 100 orang terinfeksi, maka antara 4 - 5 orang yang meninggal. Virus ini disebut lebih cerdas dari jenis SARS, mampu berevolusi dan bermutasi. Goldman Sach menyebut ini jenis flu, tetapi ternyata flu ini terganas dan sangat menular. Tindakan medis mencatat dari 642,741 mereka yang terinfeksi di dunia, baru 23,16% yang recovered. Masalah Covid saat ini demikian serius menhancurkan apapun juga, dimana misteri di belakangnya sulit diterima akal sehat. Dengan indikasi perang statement AS dengan China, penulis mencoba menganalisis data basic descriptive intelligence dengan current affair. Mari kita bahas.
Persaingan AS dengan China dan Prediksi Biowar
Pada tahun 2009, Amerika memutuskan kebijakan 'rebalancing' menggeser kebijakan Politik Luar Negeri dan Pertahanannya dari kawasan Timur Tengah ke Asia Pasifik. AS menilai China sejak 2007 mulai berulah ingin menguasai Laut China Selatan, mengeluarkan konsep OBOR dan BRI. Bank of China merencanakan US$4,2 triliun utk mencapai hegemoni dengan kekuatan uang. Tidak membicarakan militer tapi memainkan Private Security Contractor. Sementara konsep BRI disiapkan dengan anggaran US$8 triliun.
Konsep strategi China pada tahun 2007 akan menguasai dua Samudera LCS dan Samudera Indonesia sudah dijalankan pada 2015. Siap bertarung di Grey Area dengan mempersiapkan 33.000 kapal berbobot 500 ton yang di kawal Coast Guard bobot 13.000 ton. Negara China (Tiongkok) menyampaikan penegasan "You fight your way, I fight my way". Deskripsinya jelas ditujukan kepada AS serta sekutunya. China kemudian mencoba mencari teman yaitu Jepang, India dan Korea Selatan.
Ketidak sukaan AS terhadap konsep China tersebut berlanjut ke Perang dagang dengan slogan dari Presiden Trump "Make American Great Again", dimana AS mengandalkan kekuatan maritim. Konsep pertahanannya dibagi dalam tiga wilayah pertahanan, yaitu Indopac, Africom dan Sencom. Kemudian pada tahun 2019, AS mencanangkan Higher Road (mirip OBOR China). Pada intinya HR adalah, Uninterrupted Comerce, Fredom of Navigation, Conectivity dan Maritim Domain Security.
Di sini muncul pertanyaan negara-negara di tiga Wilhan mau bergabung atau tidak? Paling khusus di wilayah Indo Pasifik. Karena itu AS pada bulan lalu menilai ulang posisi politik dan kebijakan luar negeri dari empat negara yaitu Jepang, Korsel, India dan Indonesia. Terjadi perubahan dari konsep globalisasi menjadi regionalisasi. India mendapat nilai plus, menyatakan mendukung, karena itu Presiden Trump mengunjungi India. Sementara tiga negara lainnya belum ditetapkan statusnya. Hal ini yang perlu mendapat perhatian Indonesia dalam menyikapi perkembangan geopolitik dan geostrategi kawasan regional.
Dalam kaitan persaingan AS dengan China, pada intinya ini adalah persaingan hegemoni, dimana China berusaha dan dinilai berhasil mendekati tiga negara yang dinilai penting dan strategis yaitu Indonesia, Jepang dan Korsel. Selain itu AS terganggu dengan ulah China yang mencoba menguasai LCS sebagai jalur SLOC (Sea Lane of Communication) yang merupakan urat nadi perdagangan AS .
Seperti kita ketahui, AS sejak peristiwa 911 selalu melakukan counter setiap ada potensi ancaman langsung ke negaranya (mainland). China dan Rusia telah ditetapkannya sebagai musuh utama terutama dengan kepemilikan senjata nuklir. Dari data kasus dan sejarah, AS selalu menetralisir ancaman Nubika, misalnya Korea Utara dan Iran terus ditekan karena masalah bantuan ahli nuklir Iran ke Korea Utara. Selain itu Korea Utara dinilai intelijen AS memiliki racun kimia VX yang dimuncukan dalam clendestine operation saat pembunuhan Kim Jong Nam di Bandara Sepang Malaysia yang tidak terungkap. Mereka memberkirakan jumlah racun VX seberat 5.000 ton.
Nah, kini mendadak muncul kasus Coronavirus yang baru diidentifikasi sebagai SARS-CoV-2 (sebelumnya 2019-nCoV), menimbulkan penyakit yaitu Covid-19. Ini jenis virus baru yang belum ada vaksinnya. Setelah kini virus tersebar ke seluruh dunia, muncul saling tuduh antara Partai Komunis China dengan Presiden Trump AS tentang asal muasal virus. Partai Komunis China menyebarkan video yang menghubungkan Wuhan Coronavirus dibuat di AS. Ilmuwan China mengungkap rahasia, Empat protein yang diidentifikasi dalam virus diubah untuk serangan presisi - khususnya terhadap gen yang ditemukan pada orang China. .
Sementara Presiden Trump menekankan bahwa ini adalsh "virus China". Secara logika dalam persepsi intelijen, justru AS yang sangat takut dengan ancaman Covid -19, karena tahu ini jenis flu baru yang ganas, menular dan belum ada vaksinnya. Penulis perkirakan dari beberapa informasi, ini virus rekayasa yang dibuat ahli China sebagai persiapan senjata biologi pada masa depan.
Mengingat bahwa China selama ini selalu nekat berani melawan AS, nampaknya ada operasi intelijen clandestine, virus tersebut dibocorkan di Wuhan selain sebagai bukti, juga konsep conditioning. Yaitu perusakan citra dan kekuatan perekonomian China yang selalu dipakai melawan AS. Nampaknya memang ada pembocoran virus ganas ini di akhir tahun 2019, dengan memanfaatkan karakteristik lima juta penduduk Wuhan yang selalu berlibur saat akhir tahun menjadi carrier menyebar ke kota-kita lain dan ke luar negeri. Akibatnya China mengisolasi 18 wilayah dan 56 juta penduduknya terkunci.
Penyebaran Covid sudah di kalkulasi, China akan diisolasi dan dikucilkan negara lain. Efek berantai meruntuhkan citra China dan dampak kerusakan ekonomi China yang menjadi kekuatan menuju impian hegemoni dunia otomatis tergerus. Tetapi sang handler nampaknya kurang terlalu faham dan salah memperhitungkan dampaknya, awal virus benar memukul China kemudian berkembang ke 200 negara, termasuk ke Amerika terkena dampaknya, memang tujuan utama tercapai, China mengalami beberapa masalah, terutama citra dan kepercayaan masyarakat dunia. China kini berusaha menarik simpati dengan mengirim ahli medisnya ke beberapa negara plus bantuan obat-obatan. Negara-negara yang dekat dengan China mengalami mengalami resesi dan kesulitan. (Target pengondisian tercapai).
Dalam hitungan lainnya, bila virus berasal dari AS, tidak mungkin Trump berani mengambil langkah dengan resiko besar. Oleh karena itu ini sebuah operasi intelijen clandestine high profile untuk membuktikan bahwa China memiliki senjata pemusnah masal dalam bentuk senjata biologis. Jadi nampaknya benar ini Biological warfare, akan tetapi sulit dibuktikan. Operasi condioning serupa pernah dilakukan intelijen AS saat meyakinkan Presiden Bush Junior bahwa Irak memiliki SPM (Senjata Pemusnah Massal). Saat itu Irak harus di invasi untuk menjatuhkan Sadam Husein. Tetapi dalam kasus ini, citra China jatuh, perekonomiannya sebagai senjata utamanya terganggu dan cost rendah tanpa perlu diinvasi. Inilah kehebatan memainkan Virus sebagai sebuah senjata pemukul balik.
Dalam kondisi pertentangan dan saling tuduh selama beberapa waktu, Presiden China XI Jinping mengibarkan bendera putih (perdamaian), menelpon Presiden Trump, meminta AS melakukan tidakan substantif untuk meningkatkan hubungan AS-China, mengembangkan hubungan yang "tanpa konflik dan konfrontasi", didasari dengan rasa "saling menghormati dan kerja sama yang saling menguntungkan." Presiden Trump mengatakan melalui jalur medsos "China telah melalui banyak dan telah mengembangkan pemahaman yang kuat tentang Virus. Kami bekerja sama dengan erat."
Mengingat masalah Covid adalah juga bagian konflik AS dengan China, maka dengan terjadinya kesepakatan kedua pemimpin negara ini, kita berharap akan ditemukan jalan keluarnya. Masing-masing memiliki rahasia, kelebihan dan dan kekurangan, yang apabila digabungkan, nampaknya masalah Convid akan dapat selesai dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Warga AS Terbanyak di Dunia Positif Covid
Dari data yg terekam, pada tanggal 28 Maret 2020, jumlah warga AS yg terpapar Covid-19 telah melampaui China dan Italia. Total case (positif) di AS 105,015, China 81,394 dan Italia 86,408 kasus. Sementara Total death rate di hari yg sama, tertinggi Italia 9,134 , kedua China 3,295 dan ketiga AS 1,1717 jiwa. Untuk menjaga perekonomianya, Presiden Donald Trump untuk mengantisipasi dampak Covid, telah menandatangani paket stimulus sebesat US$ 2,2 Triliun.
Dalam rangka membendung penyebaran virus corona (Covid-19) tersebut New York dan Illinois mulai Jumat (20/3/2020) mulai melakukan lockdown. Sementara Presiden Donald Trump masih percaya diri dengan menyatakan Amerika Serikat sudah "memenangkan" perang. Langkah New York, Los Angeles dan Chicago menutup diri diikuiti negara bagian New Jersey dan Connecticut. Namun Trump menegaskan tidak pelrlu lockdown secara nasional. Alasannya penyebaran virus corona di beberapa negara bagian AS tidak sebanyak yang padat penduduknya
Rumah sakit Amerika melaporkan semakin kewalahan dengan pasien COVID-19. Sementara 40 persen kasus ada di daerah yang telah di lockdown, tetapi AS berhasil menekan death rate. Hal ini membuktikan kemampuan AS dalam bidang kesehatan.
Ada bagian menarik seperti pernah penulis sampaikan pada artikel terdahulu, Goldman Sach pada Pada hari Kamis (12/3/2020) mengadakan konferensi pers yang dipimpin oleh ekonom utamanya, Jan Hatzius, dan kepala bagian medisnya, Michael Rendel. Disampailan bahwa 50% orang Amerika akan bisa tertular virus (150 juta orang) karena sangat menular. Disebutkan bahwa Virus ini setara dengan flu biasa (Rhinovirus) dan ada sekitar 200 strain, dimana sebagian besar orang Amerika akan terpapar 2-4 per tahun. Sekitar 70% warga Jerman akan terkena (58 juta orang).Puncak-virus diperkirakan terjadi selama delapan minggu ke depan, setelah itu akan menurun sekitar 28 Mei 2020.
Informasi lain yang menarik, disampaikan oleh Abighya Anand, 14 tahun, dari India. ia telah meramalkan delapan bulan yang lalu bahwa dunia akan memasuki fase sulit mulai November 2019 hingga April 2020. Dunia akan berperang melawan wabah dan dikatakannya akan selesai pada 25 Mei 2020. Sementara dampak ekonomi dunia baru akan selesai pada Novemer 2021.zinilah linknya https://newsaf.feednews.com/news/detail/81b14a8a38c5848b6fe3a1b346483803?client=news
Kesimpulan
Kasus Covid-19 kini telah menginfeksi 200 negara, bermuasal dari Wuhan yang memang belum terbukti adanya operasi intelijen clandestin dibelakangnya, akan tetapi analis intelijen dapat menganalisis dari indikasi yang berlaku serta fakta dan data masa lalu (the past). Adanya perang statement saling tuduh antara AS dengan China memberi arah ini persoalan konflik kedua negara berbau Biowar (Bioligical Warfare) terkait kasus dengan Covid-19.
Kini keduanya dihukum oleh alam bila benar menggunakan virus untuk tujuan politik, pettahanan atau lainnya. Kedua negara merasakan rakyatnya masing-masing jadi korban, terbanyak yang terpapar dan banyak yang meninggal. Belum lagi ditambah 200 negara lain yang rakyatnya juga menjadi korban.
Berarti saat ini , kasus Convid-19 yang mengharu biru banyak negara di dunia itu sudah bukan sekedar konflik antara AS versus China, tetapi ini adalah perang mati hidup antara manusia melawan virus. Perdamaian kedua negara AS dan China menjadi titik awal mengatasi micro organisme ganas ini. Dari prediksi Goldman Sach bahwa sekitar 18 Mei 2020 Convid mencapai puncaknya dan turun, juga mirip ramalan Abighya Anand. Wallahualam ini akan selesai pada 25 Mei 2020, Aamiin.
Sebagai penutup, dalam perang modern dikenal senjata Nubika (Nuklir, Biologi dan Kimia) plus teknologi. Manusia kini diingatkan bahwa virus-Covid-19 adalah mahluk Tuhan dan kini mampu menginfeksi manusia di 200 negara. Tidak ada satupun negara yang mampu menahannya termasuk negara super power AS, Rusia dan China. Ini sebuah peringatan dari Tuhan, agar jangan sekali- kali lagi menggunakan dan merekayasa virus menjadi senjata. Virus bisa dan mampu memusnahkan manusia tanpa bersisa seorangpun kalau itu atas izin dan kehendakNya. Semoga kita sadar dan merenungkannya. Salam, PRAY Old Soldier.
Penulis : Marsda Pur Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net .