Pemilih Parpol Islam juga Kesengsem Jokowi
27 December 2013 | 1:12 pm | Dilihat : 379
Jokowi Bersorban pada Jakarta Night Religious Festival (liputan6.com)
Yunarto Wijaya, Direktur Eksekutif Charta Politika saat menyampaikan hasil survei tentang elektabilitas Jokowi dikalangan parpol Islam mengatakan, "Pemilih Jokowi berasal dari lintas partai." Survei yang dilakukan Charta pada periode 28 November - 6 Desember 2013 terhadap 1200 responden dilaksanakan dengan metoda tatap muka. Dari hasil survei Charta Politika yang diumumkan di gedung DPR Senayan Rabu 25 Desember 2013, ter;lihat bahwa parpol-parpol Islam pada umumnya ikut kesengsem (terpikat) dengan Jokowi.
Dari responden PKS, Jokowi mendapat apresiasi 39,1 persen pemilih, sementara Jusuf Kalla mendapat 15,2 persen. Dari Partai Persatuan Pembangunan, Jokowi dipilih oleh 42,2 persen, mengalahkan mantan Wapres Jusuf Kalla (15,6 persen) dan Mahfud Md (11,1 persen).
Pemilih Partai Bulan Bintang (PBB), Jokowi mendapat dukungan 20 persen, demikian juga Mahfud Md (20 persen). Sementara Dahlan Iskan peserta konvensi Partai Demokrat mendapat apresiasi 60 persen pemilih PBB.
Dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jokowi didukung 37,1 persen, Mahfud Md (15,7 persen). Pada Partai Amanata Nasional (PAN), Jokowi mendapat 37,7 persen, Ketua Umum PAN Hatta Rajasa di dukung 18,9 persen.
Menurut Yunarto, dalam simulasi survei diajukan 10 pilihan nama capres diluar Yusril Ihza Mahendra (Ketua Dewan Sura PBB), Anis Mata (Ketua Umum PKS), dan Suryadharma Ali (Ketua Umum PPP).
Dari hasil survei Charta Politika ini terlihat bahwa keterpikatan publik terhadap Jokowi semakin melebar, dimana parpol Islam pada umumnya lebih tertarik dengan tokoh Islam tersendiri. Dengan demikian, yang diuntiungkan adalah sudah pasti PDI P, dimana Jokowi tetap kadernya.
Strategi PDIP yang akan menentukan keberhasilan dalam persaingan memenangkan pemilu baik legislatif maupun pilpres. Sebaiknya kegagalan PDIP pada pemilu 1999, dimana sebagai juara pileg (33,74 persen suara nasional dan menguasai 153 kursi DPR RI), PDIP kalah dalam strategi pilpres (DPR) yang dimenangkan oleh Gus Dur, dan hanya menempatkan Megawati sebagai Wakil Presiden. Diakui ataupun tidak, saat itu yang berperan mengajukan Megawati sebagai cawapres adalah Ketua Umum PKB (Alm. Matori Abdul Djalil) sangat besar.
Kini sebagai parpol papan atas, PDIP namanya mencuat dan berkibar bersama Golkar, dan Jokowi sebagai tokohnya sangat menjulang tinggi. Kembali lagi pada 9 Juli 2014 nanti, PDIP akan kembali kepada pilihan dan strategi serta keputusan penting. Penulis melihat, nampaknya Ibu Mega faham dengan kondisi tersebut. Hanya saja dikalangan arus bawah ada saja mereka yang memiliki pandangan tersendiri, berbeda dengan Ketua Umumnya. Entah mau kemana kelompok PDIP Projo itu? Mestinya bersabarlah dahulu.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Artikel terkait :
-Antara Megawati dan Jokowi Soal Capres 2014, http://ramalanintelijen.net/?p=7849
-Antara Jokowi dan Kejujuran, Kunci di 2014, http://ramalanintelijen.net/?p=7805
-Numpang Populer atau Menyerang Jokowi, Strategi yang Salah, http://ramalanintelijen.net/?p=7668
-Menurut LSI, Mungkin Demokrat Hanya bisa Usung Cawapres, http://ramalanintelijen.net/?p=7660
-Jokowi Akan Dijadikan Musuh Bersama, http://ramalanintelijen.net/?p=7601
-Survei LSI; Capres Riil 2014, Megawati, Aburizal dan Dahlan Iskan, http://ramalanintelijen.net/?p=7597
-Capres 2014 Yang Mengapung, Sebuah Telaahan dari Old Soldier, http://ramalanintelijen.net/?p=7059
-Apakah Mega akan Menyerahkan Tongkat Estafet Calon Presiden?, http://ramalanintelijen.net/?p=6915