Taktik Belah Duren Taufiq Kiemas
15 April 2012 | 5:54 am | Dilihat : 603
Pagi ini penulis terbangun dan secara otomatis menghidupkan PC, memeriksa akun Blog Ramalan Intelijen dan Kompasiana serta sepintas membuka akun Face Book. Saat browsing penulis teringat sebuah sentilan politik yang pernah di lemparkan oleh Taufiq Kiemas, Ketua MPR RI beberapa waktu lalu. Bang Taufik melempar saran menggemaskan Golkar, "Sudah tua Ical Mega tak usah jadi capres." Sentilan Taufik kemudian menjadi komoditi media, menggelikan sekaligus menggemaskan saingan politiknya Partai Golkar.
Nah, penulis mencoba mengulas dan menimbang saran si abang yang satu itu, sosok yang sering agak kontroversi, nekat dan menyampaikan tanpa beban. Mari kita lihat dahulu siapa Taufiq Kiemas ini. Taufiq Kiemas bergelar Datuk Basa Batuah dilahirkan di Jakarta, tanggal 31 Desember 1942, kini berusia hampir 70 tahun. Dia adalah politikus berasal dari PDI-P yang kini menjabat Ketua MPR RI (periode 2009–2014). Taufiq adalah suami dari Megawati Soekarnoputri, Presiden Indonesia kelima.
Taufiq memulai karir politik setelah menjadi anggota GMNI, kemudian menjadi anggota DPR periode 2009–2014 dari PDI-P untuk Daerah Pemilihan Jawa Barat II. Taufiq Kiemas merupakan seorang keturunan Palembang-Minangkabau. Ayahnya adalah guru yang pergi merantau ke Palembang. Sedangkan ibunya, Hamzathoen Roesyda, berasal dari kanagarian Sabu, Batipuah Ateh, Tanah Datar, Sumatera Barat. Pada usia lanjut, kondisi Taufiq mulai terganggu, dimana abang yang satu ini pernah menjalani pemasangan alat pemacu jantung di Rumah sakit Harapan Kita.
Gelitik Taufiq disampaikannya pada hari Senin, 9 April 2012 di Gedung DPR RI setelah menerima Duta Besar China. Dia menyarankan sebaiknya kedua tokoh itu menyerahkan kepada anak muda untuk menjadi calon presiden. "Saya sarankan, bukan tidak setuju dengan Pak Ical. Baiknya Pak Ical jadi King Maker saja. Ical bagus, tapi baiknya jadi busur saja. Ical sudah tua." Saran serupa juga disampaikan Taufiq ke istrinya, Megawati. Ketua Umum PDI Perjuangan itu juga disarankan tak maju lagi. "Ibu Mega juga, baiknya jadi busur yang meluncurkan anak panahnya," katanya. Selanjutnya Taufiq menyampaikan, "Regenerasi harus terjadi mulai sekarang. Masak Presiden AS makin lama makin muda. PM Inggris makin lama makin muda. Sedang Presiden Indonesia makin lama makin tua dan berumur," katanya.
Sentilan tersebut jelas mengundang reaksi dari Partai Golkar. Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) menegaskan dia lebih siap dibanding Taufiq Kiemas dalam mengabdikan diri untuk memimpin bangsa dan negara melalui pertarungan kursi presiden pada Pemilihan Umum 2014. “Lihat usia saya, lebih muda 30 tahun dari Pak Taufiq Kiemas,” kata Ical di sela pertemuan dengan kader Partai Golkar di Subang, Rabu, 11 April 2012. Ical dilahirkan pada tanggal 15 November 1946.
Mantan Wapres, Jusuf Kalla mengaku tak sepakat dengan Taufiq Kiemas. Menurutnya melarang orang yang sudah tua maju dalam pemilihan presiden justru bisa menyalahi atau bahkan melanggar konstitusi. "Coba dibaca, Undang-undang Dasar tak menetapkan batas awal atau batas atas. UU nya pun justru hanya menetapkan batas awal atau batas bawah yaitu umur 35 tahun. Tak ada batas atas" kata Kalla terbahak ketika diwawancarai Tempo, Selasa 10 April 2012. " Kalau melarang yang sudah tua untuk mencalonkan diri, itu melanggar konstitusi itu," tegas JK.
Menanggapi tanggapan yang muncul, Taufiq dengan ringan menyatakan alasannya. Dia memberi alasan, bahwa sebaiknya Ical dan Mega tidak maju mencalonkan diri sebagai calon presiden, semata untuk mewujudkan regenerasi kepemimpinan nasional. "Tidak ada dikotomi soal usia dalam soal capres" kata Taufiq. "Saya tidak mencampuri urusan Partai Golkar. Kalau bicara regenerasi, kan boleh. Regenerasi itu kalau kita bimbing sama-sama. Jadi panah terus nggak baik, mendingan ngotot jadi busur. Masak sudah tua-tua diatur orang lain juga," ungkap Taufiq.
Mari kita bahas hubungan antara umur dan kepentingan politik. Aburizal kini berumur hampir 66 tahun, sementara Megawati yang nama lengkapnya Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947, kini berusia 65 tahun. Pada pemilu dan pilpres 2014 nanti, Ical akan usianya menjelang 68 dan Mega akan berusia 67 tahun. Menurut teori kesehatan keduanya sudah masuk kelompok Usila (Usia lanjut).
Apabila dipandang dari ilmu kedokteran, Ari Fahrial Syam, internist gastroenterologist dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta, Kamis (12/4/2012), menyampaikan kepada Solopos, semua orang yang berumur di atas 60 tahun tergolong kelompok usila. Umur diatas 60 tahun, katanya, berhubungan dengan berbagai risiko penyakit. Berbagai penyakit kanker menggunakan batasan umur 60 tahun untuk menentukan peningkatan risiko. Ari Fahrial menjelaskan, kalau bicara sehat atau tidak sehat terhadap seseorang, faktor umur bukan menjadi pertimbangan utama.
Selain itu kondisi kesehatan seseorang calon pemimpin saat ini juga harus bisa memprediksi kesehatan 5 tahun ke depan selama menjabat menjadi pemimpin. “Harus dipastikan apakah ada kendala pada organ-organ tersebut sehingga membuat calon pemimpin tersebut tetap sehat menjadi pimpinan selama 5 tahun kedepan. WHO mengestimasi lebih dari 75 % kematian pada negara industri terjadi pada usia diatas 65 tahun karena penyakit jantung, kanker dan penyakit pembuluh darah otak (stroke). “Penyakit ini juga harus menjadi perhatian dalam mengevaluasi status kesehatan seseorang yang berumur diatas 65 tahun," tegasnya.
Bagaimana apabila ditinjau dari sisi politik? Kedua tokoh tadi Mega dan Ical adalah tokoh paling popular dan mempunyai peluang untuk kembali memenangkan persaingan politik pada 2014 nanti. Keduanya kini sebagai Ketua Umum Parpol papan atas dan namanya sudah berkibar di seantero negeri. Memang pada pemilu lalu ada upaya memunculkan beberapa tokoh muda dalam persaingan untuk menjadi capres. Rizal Malarangeng dan Fajrul Rahman misalnya. Tetapi dalam kenyataannya tidak ada greget dari keduanya, dan masyarakat hanya geleng-geleng kepala, dan bertanya "Siapa mereka?." Ini bukti bahwa calon atau tokoh tua dan berpengaruh atau patron tetap akan menguasai panggung pilpres.
Jadi, untuk menjadi pemimpin nasional di Indonesia dengan cara pemilihan langsung tidak semudah seperti yang yang dibayangkan. Jelas ini proses politik, karena itu capres siapapun dia, harus diusung oleh parpol atau gabungan parpol. Dengan disyahkannya UU Pemilu beberapa waktu lalu, dengan naiknya persyaratan parliamentary threshold 3,5 persen (nasional), parpol di Indonesia yang masih eksis menurut penulis hanya sekitar 6-7 buah. Yang lain kemungkinan akan menjadi partai gurem baik ditingkat nasional maupun di daerah. Jadi hanya parpol papan atas yang dapat mengajukan capresnya. Kemungkinan yang muncul hanya tiga calon dari tiga parpol utama, Golkar, PDIP dan Demokrat. Kondisi bisa berbeda apabila Mahkamah Konstitusi membatalkan UU tersebut.
Nah, dengan demikian, realita politik akan mementahkan saran Bang Taufik. Kebutuhan serta kepentingan masing-masing parpol adalah menang dalam pemilu legislatif dan menang dalam pilpres. Oleh karena itu yang harus dilakukan oleh Mega dan Ical adalah upaya keras dalam menjaga kesehatan mereka. Usia memang tidak bisa menipu, tetapi kesehatan bisa dijaga apabila manusia mau dan disiplin menjaga kesehatannya. Manusia harus tetap berusaha dan berdoa, dan pada saatnya nanti biarlah Allah yang menentukan.
Lantas, sebagai penutup, apa hubungan Taufiq dengan taktik belah duren? Duren adalah buah yang wangi dan merangsang, nikmat disantap. Saran Taufiq adalah bak membelah dan membuka duren, silahkan dimakan, tapi awas, kolesterolnya tinggi, nikmat tapi bahaya. Tanpa disadari, wangi dari taktik belah durennya akan merangsang beberapa tokoh muda berfikir, "Benar juga Bang Taufiq itu." Terlebih wangi duren sudah disodorkan ke Golkar untuk merangsang kadernya Prio Budisantoso dan Idrus Marham. Golkar tidak perlu berang, Ical tidak perlu berang, tiru saja sikap Bu Mega yang sudah mahfum dengan abang yang satu itu. Lagipula persaingan di Golkar masih berkisar pada tokoh-tokoh tua Ical, JK dan Akbar.
Di internal PDIP, apakah Taufiq akan menyodorkan Puan? Menurut penulis, seperti pada saat bertemu ibu Mega, dimana beliau mengatakan faktor "X", penulis katakan saran internal melarang Ibu Mega maju sebagai capres itulah faktor "X". Ternyata kini muncul secara terang benderang. Semuanya kini terserah Mega, karena dua saran Taufiq terdahulu baik saran keinginan membangun koalisi PDIP dengan Partai Demokrat pada 2009 serta saran menggandengkan Fauzi Bowo dengan kader PDIP Adang Ruchijatna sebagai cagub/cawagub DKI dalam pilkada 2012 ini diacuhkan oleh Mega.
Itulah kehebatan Mega yang keras dan sulit didikte, termasuk dari suaminya sekalipun. Kesimpulannya, apabila sehat, kuat, penulis kembali berani mengatakan "You are the next President, Bu." Kalau Mega tidak maju, Ical head to head dengan Prabowo, kemungkinan Prabowo yang menang. Begitu? Prayitno Ramelan ( www.ramalanintelijen.net )