Ampun, Susno, Polisi Bintang Tiga Diancam Mau Dibunuh
12 January 2010 | 7:18 am | Dilihat : 145
Manusia pada dasarnya menginginkan hidup tenteram, bersama keluarganya, hidup berkecukupan dan beranak pinak, hingga punya cucu. Nah berita yang beredar kini Pak Susno Duadji katanya diancam mau dibunuh. Yang membuat serius dan menakutkan, kita tahu bahwa Susno adalah seorang Jenderal polisi bintang tiga dan masih aktif. Hopo tumon kata isteri saya. Kok mengerikan sekali sih "Kung" kata beberapa cucu keponakan saya yang bertanya Jenderal polisi mau dibunuh, mereka tahu kakeknya dahulu bertugas menangani hal-hal yang seperti ini dan soal perkeliruan lainnya saat masih aktif dinas.
Ketenangan hidup manusia pasti akan terusik dan tidak nyaman apabila dia menghadapi ancaman pembunuhan. Ancaman melalui surat atau HP yang berupa SMS termasuk kelompok teror. Tujuan dari teror adalah melakukan penekanan dengan menimbulkan rasa takut berlebihan agar target mau menuruti apa kehendak peneror serta menghentikan apa yang sedang dilakukannya. Biasanya teror disini berkait dengan Perang Urat Syaraf yaitu sebuah propaganda dan akan lebih manjur lagi bila dilengkapi dengan tindakan. Nah pengiriman SMS kepada Komjen Susno baru berupa propaganda. Dalam kondisi inipun biasanya target akan mulai gelisah, goyah, mulai berfikir ulang terhadap apa yang sedang terjadi. Sehebat apapun target, dia pasti berfikir "jangan-jangan" memang benar. Terlebih apabila ancaman sudah merembet ke keluarganya, isteri anak, cucu. Bayangannya pasti mengerikan.
Dinegara kita sudah terbukti bahwa ada saja orang nekat yang mau dibayar dan mau bertindak sebagai eksekutor. Masih teringat bagaimana dahulu boss Bank Asaba ditembak mati bersama pengawalnya, anggota pasukan khusus, yang menembak juga anggota pasukan khusus. Yang masih hangat, bagaimana Nasarudin Zulkarnaen ditembak mati dalam mobil setelah bermain golf, dalam kasus mantan Ketua KPK Antasari Azhar. Kalau dahulu ongkos nembak hanya sekitar Rp 2,5 jutaan, kini agak mahal sekitar Rp 500 juta. Kembali ke soal ancaman. Jangankan Susno yang bintang tiga, Presiden saja pada saat sedang pesta akbar pemilu menurut laporan intelijen juga diancam akan dibunuh, kemudian seperti kita ketahui juga menjadi was-was.
Nah, kini bagaimana menyikapi kasus Pak Susno yang memprihatinkan itu? Kasus ini bermula karena ramainya pemberitaan kriminalisasi wakil Ketua KPK Bibit Samad Riyanto-Chandra Hamzah, dimana nama Susno disebut-sebut, khususnya setelah dia mengeluarkan istilah KPK adalah Cicak, dan Polri adalah buaya. Sejak itu maka nama Susno menjadi popular tetapi tidak disukai oleh publik. Dia oleh banyak orang dianggap yang sangat berperan mengkriminalisasi KPK. Dalam perjalanannya, melalui sebuah "pressure" politik, Susno akhirnya diberhentikan sebagai Kabareskrim, jabatan bergengsi dan yang menakutkan itu. Hingga disini penulis berfikir, apakah Susno telah menjadi korban sebuah permainan atau bahasa hebatnya sebuah konspirasi, dia yang dikenal berani berhasil dimasukkan ke dalam "killing ground."
Yang agak aneh, kenapa Susno muncul di pengadilan, dalam kasus sidang Antasari Azhar ? Apakah dia membawa sebuah misi khusus, atau punya tujuan sendiri? Kemudian yang bisa dinilai lebih fatal, Susno dimunculkan dan kemudian "digoreng" sebuah TV swasta. Penulis merasa miris menonton wawancara tersebut. Memang terkesan adanya perbedaan pandangan disitu, emosinya dikocok oleh presenter tanpa disadarinya, yang kemudian oleh pemirsa, para jurnalis disimpulkan dia mengkritik institusinya. Disinilah penulis melihat kerawanan tersebut. Kemudian berlanjut ramainya pemberitaan penarikan ajudan, mobil dinas, rumah dinas, dan segala pernik yang di "blow up" oleh media elektronik, seakan-akan Susno benar-benar dilucuti. Lebih seram lagi para presenter dan kuli tinta menyebutkan yang dikirim adalah anggota Densus-88. Apa tidak menjadi heboh? Densus itu pasukan polisi khusus anti teror yang menembak mati gembong teroris Noordin M Top.
Masih saja Pak Susno dikejar wartawan, presenter, terus diberitakan, karena sementara ini tidak ada berita hebat, selalin berita ruang tahanan Ayin yang katanya hebat bak kamar hotel itu. Kemudian berita yang menjadi ramai adalah berita Susno diancam akan dibunuh, dimana banyak orang yang dengan enteng mengatakan, ancaman itu datang dari institusinya. Nah, berita kemudian dilebarkan lagi oleh para presenter-presenter canggih itu. Banyak yang kemudian lupa, kalau di negara ini, banyak orang yang suka sakit hati lama, karena dia punya uang, yang dia bisa membuat apa saja, termasuk mengondisikan media. Dalam hal ini, apakah Susno tidak punya musuh potensial? Bekas kriminal yang pernah digarapnya saat dia menjadi Kabareskrim? Apakah Susno tidak punya musuh politik, karena namanya pernah disentuhkan dalam kasus Bank Century? Memang semuanya masih menjadi tanda tanya besar.
Sebagai matan Ketua PPATK, apakah Susno bukan dianggap ancaman potensial karena dianggap memiliki rahasia aliran dana orang-orang tertentu?. Jadi penulis tidak sependapat kalau ancaman berasal dari institusinya, walaupun kemungkinan tetap saja ada. Di Satuan-satuan dengan basis pendidikan militer, yang diajarkan pertama setelah UUD 1945, Pancasila adalah Le Esprit De Corps, kesetiaan kepada satuan. Dalam kasus ini, mungkin ada saja anggota yang tidak suka dengan apa yang diyatakan Susno saat diwawancarai.
Jadi bagaimana menyikapi kasus ini?. Komjen Susno penulis sarankan "cooling down," sudah benar apabila dia menutup diri dahulu. Jangan sampai dirinya mau terus digiring dan dipanasi oleh media. Terlepas apa yang dia sampaikan benar atau salah, institusinya sudah tidak suka dengan apa yang dilakukannya. Dia masih aktif berseragam, dan terikat dengan aturan dan UU Polri. Institusinya kabarnya menilai dari sisi disiplin. Sehingga Susno akan diperiksa oleh Irwasum, Propam dan Binkum. Walau bagaimanapun seharusnya disadari bahwa institusinya adalah tempat dia mengabdi, berkarier, dan tempat dia mendapat segala-galanya. Sebagai perwira yang terlatih, penulis yakin dia mampu mengukur apa yang harus dan tidak dilakukannya. Tinggalkan dahulu emosi, bangun ulang hubungan dengan institusi, dengan teman dan para juniornya yang kini menjabat. Salah dan benar adalah sangat relatif dalam sebuah ucapan.
Perlu diwaspadai kemungkinan adanya anasir yang mau menunggangi kekisruhan yang terjadi. Laksanakan prisip pengamanan pribadi, pengamanan organisasi, pengamanan informasi dan pengamanan kegiatan, penulis yakin teman yang satu ini faham. Jangan sepelekan ancaman. Soliditas dengan teman dan rekan sealmamater nilainya jauh lebih berharga dibandingkan dengan perpecahan. Selain itu bagi para pimpinan Polri, perlu juga mewaspadai, bahwa keselamatan Komjen Susno sekeluarga juga bisa menjadi pertaruhan nama institusi, khususnya apabila ada orang luar yang mau ikut bermain. Semoga bermanfaat untuk para rekan-rekan dan sahabat di Polri.
PRAYITNO RAMELAN, Penulis Buku Intelijen Bertawaf
Sumber: http://politik.kompasiana.com/2010/01/12/ampun-susno-polisi-bintang-tiga-diancam-mau-dibunuh/ (Dibaca: 1579 kali)