Pemilu Presiden Nampaknya Akan Satu Putaran

5 June 2009 | 11:15 am | Dilihat : 75

Beberapa waktu yang lalu penulis pernah menyampaikan bahwa belum tentu SBY Berbudi (Boediono) menang dalam satu putaran. Dasar yang dipergunakan adalah survei Lembaga Riset Informasi yang merilis survei yang hasilnya adalah SBY-Boediono 32,1%, JK-Wiranto 27,3% dan Mega-Prabowo 20,2%. Sementara elektabilitasnya sebagai capres 31%, Megawati 15,85% dan  JK 13,85%. LRI melakukan survei antara tanggal 3-7 Mei 2009 dimana baru pasangan JK-Wiranto yang mengumumkan kepastian pasangan, SBY dan Megawati belum menetapkan pasangannya, artinya cawapres yang disurvei  baru berupa perkiraan. Dengan telah ditetapkannya masing-masing pasangan yang akan maju, dinamika politik nampaknya bergerak semakin cepat dan lebih mengkristal. Kini ada dua lembaga survei yang merilis hasilnya, dan ternyata prediksi keduanya sama, kemungkinan besar pemilu akan berjalan satu putaran saja.

Lembaga Survei Indonesia pada hari Kamis (4/6) merilis sebuah hasil survei Pilpres. Menurut Direktur Riset LSI Dodi Ambardi survei dilakukan pada periode 25-30 Mei terhadap tiga kubu capres-cawapres dengan tehnik "Multistage Random Sampling" dengan wawancara tatap muka. Sampel yang dianalisis 2999 responden dengan "margin of error" 1,8% dan tingkat kepercayaan 95%. Prediksi LSI menyebutkan bahwa pasangan SBY-Boediono mendapat dukungan 71%, Mega-Prabowo 16,4%, JK-Wiranto 6% dan yang belum menentukan pilihan 6,6%. Dalam survei ini LSI mengakui surveinya dibiayai oleh Fox Indonesia, konsultan politik yang disewa oleh pasangan SBY-Boediono.

Menurut survei, yang menjadi tiga prioritas utama dari sebelas  masalah yang dipilih responden adalah penanganan krisis ekonomi (34,5%), sembako (10,2%) dan masalah pengangguran (9,8%). Responden juga menilai bahwa pemimpin perlu mempunyai tiga buah kriteria penting yaitu integritas (40%), empati (20%) dan kompeten (20%). Sisanya yang 20% adalah kriteria lainnya yaitu  cepat, mewakili variasi agama, kombinasi sipil-militer, variasi daerah, harus dari partai. Nilai kriteria ketiga pasangan adalah SBY-Boediono (75%, 73%, 75%), pasangan Mega-Prabowo (14%,18%,15%) dan pasangan JK-Wiranto (14%,6%,9%).

Hasil survei LSI tersebut memperkuat temuan dari Lembaga Survei Nasional yang melaksanakan survei tanggal 15 hingga 21 Mei 2009 di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah sampel 1.230 responden dengan  metode multistage random sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan responden. Margin error 2,8 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. "Berdasarkan temuan LSN, sebanyak 67,1 % responden mengaku akan memilih pasangan SBY-Boediono jika pemilihan presiden dilaksanakan hari ini," ujar Direktur LSN Umar S Bakry dalam rilisnya yang dikeluarkan hari Senin (25/5). Sebanyak 11,8 % responden akan memilih Megawati-Prabowo dan hanya 6,7 % yang mengatakan akan memilih pasangan JK-Wiranto. Sebanyak 13 % responden belum punya pilihan, sedangkan 1,6 % akan golput.

Sebanyak 88% responden yang memilih pasangan SBY-Boediono  mengaku sudah mantap dengan pilihannya. Hanya 10,9 % saja yang menyatakan masih ada kemungkinan berpaling kepada pasangan lain ("swing voters"). Sementara mereka yang akan memilih Megawati-Prabowo, sebanyak 76,6 % mengaku sudah mantap terhadap pilihannya dan hanya 18,1 % yang mengaku masih ada kemungkinan memilih pasangan lain. Sedangkan yang responden yang akan memilih JK-Wiranto baru 56,9 % yang mengaku sudah mantap terhadap pilihannya.

Dari kedua hasil survei baik LSN maupun LSI yang mengukur dukungan terhadap tiga pasangan capres-cawapres, pasangan SBY-Boediono setelah dideklarasikan justru menjadi  semakin kokoh. Pasangan SBY-Boediono meraih dukungan 67,1% (LSN) dan 71% (LSI), Mega-Prabowo 11,8% (LSN) dan 16,4% (LSI) serta JK-Wiranto 6,7% (LSN) dan 6% (LSI). Dari posisi tersebut terlihat bahwa elektabilitas incumbent dari pertengahan Mei hingga akhir bulan Mei mengalami kenaikan. Demikian juga dengan elektabilitas Mega-Prabowo ada kecenderungan naik, sementara untuk pasangan JK-Wiranto terlihat stagnan.

Terlepas dari kemungkinan adanya tudingan miring upaya menyenangkan penyewanya, menurut penulis sebaiknya hasil survei dipergunakan sebagai sebuah acuan. Dalam menilai kekuatan yang berupa elektabilitas serta popularitas jangan dari nilai "semu" misalnya  bukan melihat banyaknya mereka yang menghadiri sebuah kampanye, atau jumlah yang menyatakan mendukung. Untuk sebuah kegiatan pendapat dan pilihan rakyat, sementara ini hanya hasil survei yang dapat dipergunakan sebagai pegangan. Yang perlu diingat dalam pilpres, fokusnya adalah "figur". Nilai figurlah yang  harus diutamakan, dijaga dan ditingkatkan. Beberapa hasil survei telah membuktikan akurasi prediksi yang dibuat pada pemilu legislatif yang lalu. Jadi bagi team sukses masing-masing pasangan sebaiknya tidak hanya mengandalkan emosi maunya menang saja, justru kelemahan elektabilitas jagonya sebaiknya dinilai, diukur dan dianalisa  setiap saat.  Strategi dan taktik pemenangan yang telah ditetapkan sebaiknya tidak selalu dipakai sebagai sebuah keputusan atau harga mati yang tidak dapat dirubah. Sebaiknya team lebih fleksibel menyesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi terutama perubahan perilaku pemilih.

Dari survei LSI terlihat bahwa yang menjadi kriteria penting bagi para responden adalah "integritas, empati dan kompeten". Yang menjadi prioritas pemilih adalah "Penanganan krisis ekonomi, Sembako dan masalah Pengangguran". Inilah informasi terpenting dari hasil survei dalam rangka merebut hati rakyat yang akan menentukan pilihannya tanggal 8 Juli mendatang. Sentuhkan kampanye setiap saat kepada kebutuhan calon pemilih tersebut, berbicara masalah lainnya  tidak akan ada gunanya bagi para pemilih tersebut.  Waktu masih satu bulan lagi, perubahan perilaku konstituen serta fokus kebutuhan mereka sudah lebih jelas terbaca, jadi masih cukup waktu untuk memperbaiki posisi walaupun nampaknya sangat berat.

Kita boleh percaya dan boleh tidak, "Pemilu Presiden Nampaknya Akan Satu Putaran", tanpa mendahului kehendak Tuhan,  itulah fakta yang ada. Tapi kita jangan lupa, semua keputusan berada pada Tuhan Yang Maha Esa, yang akan disentuhkan kehati para konstituen. Bisa saja posisi sewaktu-waktu berubah, karena di politik semua kemungkinan bisa terjadi. Yang diprediksi kuat jangan arogan, yang lemah tidak perlu putus asa dan marah. Manusia hanya berusaha tapi kalau Tuhan memutuskan lain...apa daya kita ?

PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana

Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/06/05/pemilu-presiden-nampaknya-akan-satu-putaran/ (Dibaca: 1726 kali)

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.