Wacana Poros Alternatif Golkar Disambut PKS
29 January 2009 | 5:09 am | Dilihat : 68
Selain kabar Rapat Kerja Nasional PDIP di Solo, ada sebuah berita menarik dari perkembangan politik ditanah air, berita berasal dari kubu Golkar. Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengatakan hari Rabu (28/1), Golkar bisa mempunyai opsi memprakarsai sebuah poros alternatif. Walau belum merupakan keputusan partai, wacana ini akan disampaikan kepada pimpinan Golkar se Indonesia untuk mengantisipasi persaingan antara Kubu Mega dan SBY. "Bisa saja rapat konsultasi itu menelorkan formula-formula politik baru dari partai Golkar. Saya menyampaikan ijtihad politik untuk menghadapi dua kutub, blok M dan blok S. Ini bisa jadi dilakukan sebagai sebuah opsi," ujar Priyo. (Kompas.Com 28/1).
Priyo menyampaikan apabila jika poros ini muncul, akan mengusung calon di luar Mega dan SBY. "Golkar siap memimpin poros itu. Tapi tidak elok kalau saya menyebutkan nama. Hanya, ini masih lontaran karena saat ini opsi Golkar masih ingin meneruskan duet SBY-JK," ujarnya. Komunikasi dengan partai-partai menengah, dikatakan Priyo, sudah dilakukan tanpa sepengetahuan pers. Ketua Fraksi PKS Mahfudz Sidik menyambut baik wacana tersebut dan mengatakan bahwa PKS akan menyambutnya. "Poros alternatif bisa berbasis partai papan tengah, atau berbasis capres. PKS siap menjadi lokomotif atau gerbongnya," kata Mahfudz.
Mengapa mendadak petinggi Golkar mengeluarkan pernyataan tersebut?. Dari beberapa pernyataan elit Golkar, kini dapat terbaca jelas bahwa di internal Golkar terdapat beberapa keinginan yang kemudian mengkristal menjadi faksi, yaitu faksi Surya Paloh yang menginginkan Golkar berkoalisi dengan PDIP, Faksi yang tetap menjaga pasangan SBY-JK disuarakan oleh Muladi, Faksi Sultan yang berhasrat bergabung dengan Megawati, Faksi yang tergabung dalam Fraksi di DPR dengan tokoh Priyo Budi Santoso, Faksi mantan Ketua Umum Akbar Tanjung, Faksi "hasrat" yaitu mereka yang berhasrat maju menjadi Capres, terdiri dari Yuddy Chrisnandi, Fadel Muhammad, Marwah Daud, terakhir Faksi yang setia kepada Partai Golkar "pejah gesang nderek Golkar".
Partai Golkar kini nampaknya bukan lagi partai yang terlalu solid, beberapa elitnya ada yang berjalan sendiri-sendiri. Memang wajar dalam berpartai seseorang akan mendasarkan pemikirannya kepada kepentingan, kepentingan perorangan, kepentingan kelompok, baru kepentingan partai. Ketua Umum Yusuf Kalla yang kini masih menjabat sebagai Wakil Presiden, posisinya terlihat demikian terjepit, disatu sisi dia harus menjaga posisinya di pemerintahan, sesuai kontrak politik dengan SBY hingga akhir pemerintahan. Sementara dilain sisi dia harus berperan sebagai Ketua Umum Parpol yang menjadi saingan partainya SBY. Oleh karena itu maka JK mau tidak mau harus bertindak bijaksana, khususnya dalam menghadapi keinginan para elitnya yang juga mempunyai kepentingan, ambisi dan pemikiran masing-masing.
Oleh karenanya JK terlihat membiarkan "gerakan kemauan" dari beberapa elitnya, semuanya diberinya toleransi selama tidak menghancurkan partai. Akan tetapi disadari ataupun tidak kondisi inilah yang menurunkan "nilai" kepemimpinannya di Golkar. Kodal (komando dan kendali) yang cukup ketat terjaga di Golkar hingga kepemimpinan Akbar Tanjung kini mulai kendur. Kepemimpinan JK dinilai lemah, terlalu menurut kepada kemauan SBY, hingga meunculkan pemberontakan halus dikalangan anak buahnya. Nah, kini kemunculan wacana "poros alternatif" dari Priyo merupakan angin segar bagi Golkar. Memang dari hasil survei beberapa lembaga survei, elektabilitas Golkar berada pada posisi ketiga dibawah Partai Demokrat dan PDIP. Tetapi dengan ide dan keberanian Priyo, bukan tidak mungkin partai ini kembali akan naik peringkatnya mengungguli PDIP dan Demokrat.
Sementara ini wacana tadi mulai disambut oleh salah satu petinggi PKS, Ketua fraksi PKS Mahfudz Sidik, keduanya berada diposisi yang sama sebagai ketua fraksi. Benar yang dikatakan Priyo, telah ada pembicaraan dan loby politik di Gedung DPR, dan mungkin bukan hanya dua partai itu saja yang telah berbicara. PPP terlihat juga sudah melakukan anjangsana ke Golkar. Dari posisi Golkar dan PKS pada survei Desember 2008, paling tidak sementara ini bisa dikantongi angka perkiraan sedikit diatas 20% suara, belum lagi nanti apabila ada parpol lainnya yang bergabung. Persyaratan Undang-Undang Pilpres yang mensyaratkan angka 25% kelihatannya akan dapat dipenuhi dan bukan hanya sekedar angan-angan. Semangat poros alternatif apabila terwujud akan memunculkan capres alternatif, kelihatannya dari Golkar atau PKS. Kedua partai tidak harus tergantung kepada kubu SBY atau Mega sebagai "ban serep" yang diatur-atur. Keduanyalah yang akan mengatur sebagai jangkar koalisi. Ini dapat dinilai sebagai ide yang hebat dan bisa merubah peta politik yang tadinya mulai terbentuk dalam dua kubu.
Masalahnya kini, jalan dari Priyo dan Mahfudz masih akan terasa berat, terutama di Golkar. Persaingan kepentingan dan kemauan beberapa tokohnya terlalu besar, mereka bahkan terasa kurang memikirkan kepentingan partainya. Apabila hal ini tidak cepat disadari dan kondisi diambangkan terus, diperkirakan suara Golkar akan tambah "anjlog". Oleh karenanya wacana Priyo kini merupakan sebuah alternatif terbaik bagi Golkar. Deal dengan PKS yang hingga kini belum menentukan sikap politik akan lebih mudah direalisasikan, capres dari Golkar atau dari PKS, tergantung siapa yang lebih besar perolehan suaranya.
Bagi PDIP dan Partai Demokrat, wacana ini kembali harus dihitung dengan cermat, terutama dalam ketentuan syarat pengajuan calon, masalah ini yang paling "crusial" dan sangat perlu diperhatikan. PDIP hingga kini belum mengadakan "deal" dengan parpol manapun, Demokrat kelihatannya sudah memiliki gambaran akan mendapat dukungan dari PKB (Muhaimin). Jadi jangan sampai sekarang diberitakan ramai dengan semangat yang besar, pada hari "H" tidak mampu memenuhi persyaratan pengajuan capres.
Dengan demikian maka bagi parpol dengan suara yang diperkirakan kecil tidak perlu terlalu khawatir, mungkin saja suaranya walau kecil akan sangat berguna bagi parpol besar dalam memenuhi persyaratan tadi. Yang dibutuhkan parpol besar kini adalah komunikasi aktif serta pendekatan yang lebih serius dalam menghadapi pilpres yang sangat rawan dan menakutkan dengan beratnya persyaratan. Yang perlu diingat, pemilu dan pilpres itu bukan hanya untuk menang-menangan dan berkuasa saja, mudah-mudahan para elit politik masih ingat bahwa pesta demokrasi ini dalam rangka mencari wakil rakyat dan pemimpin nasional yang akan membawa bangsa ini menuju cita-citanya "masyarakat yang adil dan makmur. toto tentrem kerta raharja". Semoga.
PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana.
Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/01/29/wacana-poros-alternatif-golkar-disambut-pks/ (Dibaca: 500 kali)