Media Sebagai Sarana Psyops Politik Menyerang Presiden Jokowi ?
27 May 2020 | 8:47 am | Dilihat : 376
Ilustrasi Covid-19, Psychological Operation (foto : Redbuble)
Beberapa hari terakhir, penulis mendapat message dari beberapa teman tentang adanya psychological Operation, berita yg dinilai sebagai disinformasi kegiatan Presiden Jokowi dalam menangani Covid-19. Penulis kemudian mempelajari kasus tersebut, karena Psy Ops adalah sarana conditioning intelijen untuk tujuan cipta kondisi.
Media arus utama yang ada dimanapun hidup dari kepercayaan publik terhadap berita yang di tayangkan, branding yang terbentuk harus dijaga sebagai nilai yg paling mahal. Masyarakat kini makin pintar, netizen tidak akan percaya sosmed begitu saja. Publik makin faham informasi di WAG bisa digelincirkan, dimanfaatkan untuk kepentingam pribadi, kelompok atau politik. Ada juga yang sengaja bikin kisruh, melempar Hoax.
Media arus utama (mainstream) terbagi menjadi kelompok-kelompok sesuai kepentingan masing-masing. Nah, yang kini muncul dan disanggah adalah berita kegiatan presiden ke Bekasi seakan dipelesetkan judulnya. Media tersebut kemudian melakukan koreksi tetapi berita sudah kadung menyebar di masyarakat. Muncul counter berupa meme-meme yang menyerang media tersebut.
Apa resikonya? Citra dan kepercayaan masyarakat akan menurun terhadap pembuat berita. Kasus yang penulis pelajari menyentuh media Detik yang branding-nya selama ini baik, dipercaya publik di tanah air untuk mencari berita. Saat kejadian, Detik memberitakan kegiatan Presiden Jokowi yang bersama Panglima TNI dengan Kapolri serta Gubernur DKI meninjau kesiapan arus balik mudik, serta persiapan New Normal.
Detik.com memberitakan, ( https://news.detik.com/berita/d-5028377/jokowi-pimpin-pembukaan-sejumlah-mal-di-bekasi-siang-ini-di-tengah-pandemi ).
Setelah diprotes dikoreksi judulnya menjadi https://news.detik.com/berita/d-5028377/pemkot-jokowi-siang-ini-ke-bekasi-dalam-rangka-pembukaan-mal
Berita tersebut diluruskan oleh Pemkot Bekasi https://news.detik.com/berita/d-5028499/pemkot-bekasi-luruskan-soal-kunjungan-jokowi-cek-persiapan-new-normal
Sebetulnya kasus bisa saja terjadi karena kurang tajamnya akurasi pencari berita, yang berakibat munculnya tuduhan ini dan itu. Rasanya Detik tidak akan bertaruh menjadi sarana psyops (disinformasi), terlebih mencari gara-gara dengan Presiden yang pada saat ini dikawal penuh TNI dan Polri dalam menangani covid untuk menuju era New Normal, serta mengandalkan para kepala daerah sebagai ujung tombak.
Hati-Hati Menayangkan Tulisan, Jangan Asal Forward
Kerawanan memosting berita asal-asalan berbahaya bila melanggar UU ITE, ada sangsi yang berat. Banyak yang asal forward informasi, tanpa tahu sumber dan tujuan berita, manipulasi sering terjadi, terutama terkait politik. Penulis perlu mengingatkan siapapun si netizen, pikirkan dahulu sebelum melakukan klik terakhir, apakah mengandung resiko hukum atau tidak. Berbahaya bila saat menulis kita sedang marah, jengkel atau negative thinking.
Nah, sebagai tambahan wawasan, informasi valid tentang apapun terkait Indonesia juga dibutuhkan orang luar negeri. Mereka akan mencari informasi dari media arus utama terpercaya yg sudah diseleksi. Jika ingin melihat berita otentik dan berimbang bisa dilihat peringkat di dunia utk media mainstream, dimana Kompas dinilai sebagai media terpercaya tertinggi di Asia dan kelima didunia.
Berita Kompas.com : https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/nasional/read/2020/05/27/08141631/saat-pemerintah-persiapkan-fase-new-normal-di-tengah-pandemi-covid-19
Selain Kompas yg masuk peringkat dunia dari Indonesia, hanya koran tempo (no.131) dan Jakarta Post (no.180). Inilah linknya:
Demikian apa yg bisa disampaikan, semoga bermanfaat. Pray Old Soldier, semoga semua colling down, kita dukung dan ikuti apa arahan pemerintah mulai dari Presiden Jokowi, Panglima TNI, Kapolri serta para pejabat di Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19. Pray Old Soldier.
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen, htpp://ramalanintelijen.net