Pengaruh Pertemuan Presiden Jokowi dengan SBY Terhadap Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua

20 March 2017 | 10:35 pm | Dilihat : 1276

sby-jkw stlh pilkada

Pertemuan Prasiden Jokowi dengan Mantan Presiden SBY tanggal 9 Maret 2017 di Istana Merdeka (Foto : detiknews)

Penulis tertarik dengan peristiwa politik yang terjadi tanggal 9 Maret 2017, dimana Presiden Jokowi menerima mantan Presiden SBY di istana Merdeka. Sepintas ini adalah peristiwa biasa sebagai silaturahmi yang selalu dikerjakan oleh Jokowi. Tetapi apabila dicermati dan dinilai dari fungsi intelijen peristiwa tersebut merupakan suatu strategi politik high profile terkait dengan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua yang akan dilaksanakan pada 19 April 2017..

Setelah pertemuan, Presiden menyatakan .. "Alhamdulillah, baru saja bertemu dengan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI ke-6, di Istana Merdeka. Kami berbicara banyak hal, tentang bangsa, dan tentang banyak hal lainnya. Ibarat di lintasan lari, tongkat estafet pembangunan yang sebelumnya, diteruskan oleh pelaksana pembangunan berikutnya. Kalau estafet itu terus bisa kita lakukan, negara ini gampang mencapai titik target, yakni kebaikan rakyat, kebaikan negara.

Basic Intelligence Pilkada DKI Jakarta

Menurut Sherman Kent's Strategic Intelligence pada situs CIA, intelijen mengutamakan basic intelligence atau dasar intelijen yang terdiri dari the "basic descriptive element, current reporting dan estimates of the speculative evaluative element." Penulis akan membahas perkiraan unsur evaluatif spekulatif atau bahasa sederhananya sebuah ramalan dengan menggunakan dasar intelijen yaitu menganalisis fakta dan data elemen dasar masa lalu dikaitkan dengan kejadian masa kini.

Nah, pertemuan kedua tokoh nasional itu adalah current reporting, yang pengaruhnya cukup besar pada Pilkada DKI putaran kedua. Pertemuan tersebut baru terjadi setelah pilkada DKI putaran pertama selesai, karena beberapa waktu lalu kepentingan politis keduanya berbeda. SBY sebagai pemimpin gerbong koalisi Cikeas yang mendukung paslon satu, sementara Jokowi jelas berada pada pusaran politik Megawati pada paslon dua, karena disitulah dia berada.

Lantas mengapa keduanya bertemu? Dalam pakem intelijen maka dalam Siabidibame, Me (Mengapa) adalah bagian tersulit dan harus dijawab oleh bapul dan analis. Mari kita lihat basic descriptif intelijen tersebut.

sby-saya-manusia-biasa-kadang-kalut-marah-galau

Mantan Presiden SBY kadang emosional menanggapi isue (Foto : Merdeka)

SBY pada saat sebelum putaran pertama 15 Februari 2017 mendapat tuduhan ramai di media sebagai tokoh yang membiayai segala macam aksi gerakan umat Muslim, dalam menghantam Ahok. Kemudian SBY pada satu hari menjelang pencoblosan diserang oleh mantan Ketua KPK Antasari Azhar. Menurut SBY, serangan Antasari Azhar diluncurkan dan dilancarkan satu hari sebelum pemungutan suara sebelum pencoblosan di Pilkada DKI Jakarta."Sulit untuk tidak mengatakan bahwa serangan fitnah dan pembunuhan karakter ini terkait langsung dengan pilkada Jakarta.

Ditegaskannya, “Saya menduga ini direncanakan dan tidak muncul tiba-tiba oleh Antasari dan aktor politik di belakangnya," katanya. Selanjutnya ditambahkan, "Saya harus katakan bahwa grasi Presiden Jokowi kepada Antasari ada muatan politiknya. Sepertinya ada misi untuk menyerang nama saya dan keluarga saya," kata SBY dalam konferensi pers di Kuningan Jakarta Selatan, Rabu (14/2/2017).

Disamping menurunnya elektabilitas AHY setelah acara debat, jelas statement SBY semakin membuat runyam kubunya. Nah, pada saat sebelumpencoblosan, penulis membuat artikel dengan kesimpulan analisis sebagai berikut .. Menurut penulis, pasangan calon nomor urut dua sangat kuat untuk maju ke putaran dua, bahkan dari data yang ada perolehan suaranya bisa diatas hasil survei tertingginya 38,3 persen, bahkan kemungkinan bisa mencapai antara 40-45 persen. Kemudian untuk paslon kedua yang berpeluang masuk adalah paslon nomor urut tiga (Anis-Sandi), dari rentang elektabilitasnya paslon satu (Agus-Sylvi) lebih rendah dibandingkan paslon tiga.

anies-fpi

Cagub Anies Baswedan Mendapat dukungan Habib Riziek dan ulama Islam (Foto : Poros Jakarta)

Selain itu aksi damai umat Islam dinilai lebih nyaman dengan Anis. Survei menyebutkan faktor masalah SBY yang masuk ke wilayah konflik Ahok-Ketua MUI justru dinilai negatif oleh kaum Nahdliyin. Juga citra Cawagub Sylviana turun karena sangkaan penyelewengan anggaran di DKI.

Analisis

Menjelang putaran kedua, terlihat presiden menerima SBY di Istana dengan dua kepentingan, pertama menurunkan tensi politik yang sangat panas pada putaran pertama, dan kedua, ini adalah simbol berdamainya koalisi Cikeas dengan Istana. Bahasa isyarat presiden penyerahan tentang tongkat estafet adalah jelas keduanya sudah mengisap pipa perdamaian, dimana menurut penulis pada Pilkada putaran kedua walau secara terbuka ada kesan netral, tetapi dibalik itu bargaining politik telah tejadi.

Seberapa besar peran SBY dalam putaran kedua? Lembaga survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) melakukan survei opini dan pengaruh Ketua Umum Partai Demokrat SBY, Ketua Umum PDI-P Megawati, dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo terhadap masing-masing pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI pada Pilkada DKI 2017. Saat ditanyakan apakah sosok SBY membuat responden memilih pasangan AHY-Sylvi? Hasilnya, 29,8 persen responden memilih Agus-Sylvi karena faktor SBY, sementara 53,5 persen menyatakan faktor SBY tidak mempengaruhi pilihan mereka pada Agus-Sylvi dan 16,7 persen tidak menjawab.

Nah, kedatangan SBY tsb jelas secara psikologis merupakan simbol gerbong pendukung paslon-1 (AHY) akan digeserkan kearah paslon-2. Walau   Demokrat menyatakan netral tetapi kepentingan SBY jauh lebih besar dan berat ke Istana dibandingkan ke Hambalang. Ini yang perlu dibaca tim sukses Paslon-3, Anies-Sandi dengan cermat. Menurut survei KedaiKOPI, hampir 30 persen pendukung AHY memberikan dukungan ke Agus karena adanya SBY, mereka adalah konstituen yang memang menyukai dan setia kepada SBY. Karena itu dengan hitung-hitungan kasar, dari 17% perolehan suara AHY-Sylvi apabila 30 persen pendukung AHY digeserkan SBY kearah paslon dua, maka dari perolehan paslon-2 putaran pertama yang hampir 43 persen, dengan tambahan 5 persen saja sudah mencapai 48 persen. Nah, mencari sekitar tiga persen bukan hal yang terlalu sulit nampaknya.

SBY, Prabowo, dan Mega

Tiga Patron yang tetap masih berperan dalam dunia perpolitikan di Indonesia (Foto : Jurnas)

Disinilah peran SBY dalam putaran kedua menurut analisis current reporting dikaitkan dengan basic descriptive element. Lantas bagaimana dengan kekuatan paslon-3 Anies Sandi? Dinamika politik akan bergerak cepat, dimana peluang tetap saja ada dengan perjuangan keras. Kini Prabowo berhasil menarik Ketua Umum Perindo, Harry Tanoesudibyo ke kubunya. Paling tidak kubu ini kini memiliki dukungan media dan dukungan dana. Menurut penulis, kemampuan kubu paslon tiga untuk menarik pengusung AHY, walaupun lebih kecil tetap dimungkinkan, melalui ormas-ormas Islam serta solidaritas lainnya.

Yang perlu diperhitungkan Timses Anies-Sandi selanjutnya, tiga parpol Islam di kubu Cikeas (PPP, PAN dan PKB) adalah parpol koalisi pemerintah. Dengan demikian penulis perkirakan pada saatnya nanti, ketiganya akan pulang kandang. Apabila mereka bergabung dengan koalisi PDIP, maka sangat mungkin akan ada lagi tambahan sekitar  5 persen konstituen AHY yang memperkuat paslon dua.

Foto-layar_021914_021033_AM

Tiga Parpol Koalisi Cikeas, kemungkinan pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta akan kembali bergabung dengan koalisi parpol pendukung pemerintah (Foto : Rimanews)

Kesimpulan

Pertemuan SBY dengan Presiden Jokowi jelas implikasinya besar dalam kemenangan pasangan BaJa (Basuki Jarot). Selain itu tiga parpol Islam dalam koalisi Cikeas penulis perkirakan kemungkinan besar akan kembali bergabung ke koalisi parpol pendukung pemerintah. Dengan demikian, maka sementara ini BaJa berpotensi mendapat suara diatas 55 persen. Dilain sisi, mantan Presiden SBY akan nyenyak tidur dan bisa dengan tenang mulai memikirkan masa depan Agus Harimurti yang sudah lebih terkenal di seantero Indonesia. Kira-kira begitu.

Demikian, estimates of the speculative evaluative element yang penulis susun, dalam intelijenpun tidak ada sebuah analisis yang pasti karena akhirnya hanya merupakan sebuah prediksi. Tetapi, inilah analisis intelijen sederhana dari Old Soldier, kemarin-kemarin lumayan presisinya. Semoga bermanfaat.

Penulis : Marsda Pur Prayitno Ramelan, Analis Intelijen, www.ramalanintelijen.net

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.