Betapa Cerobohnya, 250 Batang Dinamit Hilang
27 June 2013 | 11:55 pm | Dilihat : 732
[google-translator]
Dinamit yang hilang, Superpower 90 (Foto : detiknews.com)
Berita mengejutkan dilansir media, 250 batang dinamit telah raib, kemungkinan besar telah dicuri dalam proses pengiriman dari Subang ke Bogor. Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Suhardi Alius menjelaskan, dinamit tersebut dipesan oleh perusahaan tambang batu, PT Batu Sarana Persada yang lokasi quary-nya berada di Cigudeg, Bogor, Jawa Barat. Perusahaan tambang tersebut, memesan dinamit ke PT MNK, distributor resmi PT Dahana yang lokasinya di Subang, Jawa Barat.
Truk pengangkut dinamit milik PT Batu Sarana Persada berangkat dari Gudang bahan peledak Kalijati, Subang dengan tujuan ke Bogor, Rabu (26/6/2013) siang sekitar pukul 14.00. Truk tersebut ternyata singgah dan bermalam di gudang milik PT MNK dan pada pagi hari melanjutkan perjalanan menuju Bogor. Pada pukul 04.00 WIB, Kamis (27/6), truk tiba Cigudeg Bogor. Setibanya di lokasi penambangan, karyawan PT Batu Sarana Persada tidak langsung melakukan pengecekan. Mereka baru mengecek isi muatan tersebut pada pukul 06.00 WIB."Dan setelah dicek, ada yang hilang dua kardus, yang berisi 250 dinamit itu," kata Suhardi.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Martinus Sitompul menjelaskan pada Kamis (27/6), "Diduga dicuri karena ada sobekan terpal," katanya. Menurut Martinus, empat truk membawa 80 kardus berisi 10.000 dinamit itu berangkat dari Subang pukul 14.00 WIB, Rabu (26/6). Keempat truk tengah menuju Cigudek, Bogor. Namun, truk dilaporkan menuju ke Marunda, Jakarta Utara, terlebih dahulu sebelum tiba di Bogor. "Polisi sudah memeriksa kernet dan sopir truk untuk mendalami penyelidikan dugaan hilangnya 250 dinamit," tegasnya.
Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo mengatakan, pihaknya serius menyelidiki hilangnya bahan peledak tersebut. Dikhawatirkan, bahan peledak itu jatuh ke tangan pihak yang tidak bertanggung jawab. "Kalau jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab akan menimbulkan kerugian," kata Kapolri di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (27/6/2013).
Tentang PT Dahana dan Dinamit
PT Dahana (persero) adalah perusahaan milik negara yang berkecimpung dibidang industri bahan peledak. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang merupakan industri strategis Indonesia. Dari sejarah PT. Dahana ditandai dengan pembangunan pabrik dinamit (NG based) pada tahun 1966 di lingkungan pangkalan TNI-AU Tasikmalaya. Penulis saat masih aktif bertugas di Dinas Pengamanan TNI AU, beberapa kali mengunjungi pabrik tersebut, untuk melihat sistem keamanannya.
Sejak 2002, Dahana melakukan reposisi usaha dengan menitikberatkan pada tiga lini usaha yaitu Pemboran dan Peledakan, produksi bahan peledak. Produksi dan rancang bangun bahan peledak berkualitas tinggi yang merupakan ciri kualitas PT.Dahana. Adapun jasa-jasa yang ditawarkan adalah : Cartridged Emulsion Manufacturing; Bulk Emulsion Manufacturing; ANFO Manufacturing; Shaped Charges Manufacturing; On Site Bulk Emulsion Production; Rekayasa Komposisi dan Geometri Produk Bahan Peledak Emulsi, ANFO, maupun Shaped Charges; Uji Spesifikasi dan Kinerja Handak.
Selain memproduksi electric detonator, Dahana juga membangun pabrik Non-Electric Detonator yang berlokasi di Subang Jawa Barat. Jenis detonator ini merupakan salah satu aksesories yang saat ini makin diminati oleh pertambangan-pertambangan besar seperti batubara, emas dan sebagainya, karena dapat mengurangi dampak peledakan yang berupa getaran pada lingkungan disekitarnya.
Disamping itu kinerja/performance peledakan menggunakan non-electric detonator dinilai lebih baik dibandingkan dengan electric detonator. Dengan kapasitas produksi mencapai 3 juta unit per tahun, pendirian pabrik ini diharapkan dapat memenuhi permintaan untuk pasar dalam negeri.
Dinamit yang dikabarkan hilang, biasanya digunakan di pertambangan, penggalian, konstruksi, dan industri pembongkaran. Klasik dinamit terdiri dari tiga bagian yaitu nitrogliserin, diatom dan campuran kecil natrium karbonat. Campuran ini dibentuk menjadi tongkat pendek dan dibungkus dengan kertas. Dinamit biasanya dijual dalam bentuk silinder dengan panjang sekitar 20 cm dan diameter 3,2 cm, dengan berat sekitar 0,186 kg). Tetapi diketahui juga ada ukuran lainnya. Dinamit mempunyai kesamaan dengan TNT (Trinitro toluene), sama-sama bahan peledak tinggi dan sangat berbahaya.
Kecerobohan yang Berbahaya
Melihat beberapa fakta kasus, terlihat ketidak disiplinan petugas yang mengangkut bahan peledak tersebut. Dari konvoi empat truk, menjadi pertanyaan mengapa mereka dari Subang yang jaraknya relatif tidak jauh ke Bogor, truk-truk tadi singgah di Marunda? Truk berangkat dari Subang pukul 14.00, singgah di Marunda. Pagi hari berangkat dan tiba di Bogor pukul 04.00 WIB tiba di Cigudeg. 250 batang dinamit dalam dua kardus diketahui lenyap setelah muatan diperiksa pada pukul 06.00 WIB.
Dari kronologis pengangkutan nampak sekali perencanaan dilakukan serampangan, perusahaan terlalu memandang ringan dalam mengangkut 10.000 batang dinamit. Terlebih, bahan peledak tersebut diangkut pada pagi dini hari dari marunda ke Bogor, yang menurut penulis sangat rawan dan mudah disergap.
Mestinya para penanggung jawab dinamit tersebut menyadari bahwa di Indonesia masih aktif kelompok teroris yang modal utamanya adalah bom/bahan peledak. Tanpa mereka sadari, yang dikhawatirkan dan tidak terbayangkan seperti yang dikatakan Kapolri, kalau jatuh ketangan yang tidak bertanggung jawab akan merugikan. Menurut penulis jauh lebih parah pengungkapannya, lebih merupakan malapetaka.
Nah, kini tugas aparat keamanan untuk menyelidiki kemana raibnya barang berbahaya itu. Jangan sepelekan, terorispun pernah membeli senjata dan peluru dari oknum aparat keamanan, bukan tidak mungkin mereka belanja dari keteledoran dan kecerobohan orang-orang itu. Menakutkan apabila benar.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net