Hasil Investigasi Sukhoi dan Kompromi Bisnis
12 June 2012 | 10:15 pm | Dilihat : 1015
Kemarin sore penulis menghadiri acara resepsi pernikahan salah seorang teman sesama purnawirawan TNI AU. Di ruang VIP penulis bertemu dengan Marsekal Pur Chappy Hakim yang merupakan salah satu tokoh penerbangan. Diskusi berkisar tentang kecelakaan pesawat Sukhoi SSJ100 yang mengalami kecelakaan di Gunung Salak pada tanggal 9 Mei 2012. Pak Chappy mengatakan bahwa sebelum joy flight sempat meninjau cockpit pesawat yang sangat canggih tersebut. Dimana pesawat SSJ-100, dengan desain cockpit yang mirip dengan cockpit Airbus— fly by wire system lengkap dengan joystick-nya—berhasil mengantongi sertifikat kelaikan terbang dan ramah lingkungan dari European Aviation Safety Agency (EASA).
Dengan ditemukannya dua buah alat penting (black box), Voice Data Recoder (VDR) dan Flight Data Recorder (FDR), maka diharapkan team KNKT gabungan akan dapat menyimpulkan penyebab kecelakaan tersebut. Menurutnya, terlalu dini untuk mengatakan bahwa pihak air traffic control (ATC) bersalah atau berkontribusi dalam kecelakaan ini. Harus ditunggu kesimpulan penyebab kecelakaan, yang jelas akan memakan waktu yang cukup lama. Memang kita mempunyai kelemahan dalam soal ATC, seperti yang diugkapkan oleh Pak Chappy dalam sebuah artikelnya disebuah media cetak dengan judul "Memetik pelajaran dari gunung Salak."
Yang jelas kami berdua sepakat bahwa kecelakaan tersebut menyentuh sebuah bisnis milyaran dollar dan melibatkan beberapa negara dengan Rusia sebagai tulang punggung utama dalam bisnis tersebut. Walau pihak GRU, badan intelijen nasional Rusia (dahulu KGB) menuduh adanya sabotase dari industri penerbangan AS, yang jelas SSJ100 lebih kepada sebuah kompromi antara Boeing dengan pihak Airbus (AS dengan Eropa), dan melibatkan beberapa perusahaan raksasa serta beberapa negara. Karena itu dari sisi disiplin ilmu penerbangan, nampaknya sabotase bukanlah peringkat utama dalam klasifikasi penyebab. Walaupun demikian, bisnis besar tersebut memang rawan untuk disabot. Karena itu jangan dihilangkan faktor non teknis ini.
Nah, bagaimana kedepan dari hasil investigasi tersebut? Yang jelas pihak Rusia akan melakukan lobby dalam menyusun sebuah kesimpulan formal penyebab kecelakaan. Dalam sebuah bisnis marketing pesawat terbang, kegagalan sistem atau mekanis adalah haram hukumnya. Akan banyak negara menilai ulang walaupun mereka sudah memesan. Kira-kira seperti itulah perjalanan akhir pemberitaan SSJ100 itu. Bahasa terangnya formulasi akan lebih kepada sebuah kompromi bisnis. Disinilah peran serta kedudukan dan citra KNKT akan dipertaruhkan.
Sekali lagi penulis ingatkan, bahwa proyek SSJ100 bukanlah proyek ecek-ecek, tetapi sebuah proyek "multi billion US dollar" yang akan mereka jaga nama serta citranya. Indonesia akan mendapat ujian, semua mata di dunia penerbangan internasional akan melihat kredibilitas Indonesia dalam proses ini.
Demikian sedikit ulasan hasil pertemuan serta diskusi dengan rekan penulis sebagai sesama anggota "The Blues" yaitu panggilan korps perwira baju biru TNI AU. Selamat bertugas Mas Tatang Kurniadi, Ketua KNKT, yang merupakan teman penulis satu Angkatan, Akabri 1970, Good luck Sir! Semoga tahan terhadap kemungkinan pengaruh serta godaan Korps Udara Beruang Merah. Salam
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi Gambar : vivanews.com