Shock Therapy Membuat Teroris Tak Berdaya
10 October 2009 | 1:15 am | Dilihat : 68
Siang tadi hampir tengah hari, saat penulis mengendarai mobil menuju kearah Pondok Indah, dimuka super market Giant Lebak Bulus yang agak padat trafiknya, terdengar suara nguik-nguik dari motor kawal. Rupanya dua sepeda motor kawal polantas membuka jalan bagi Jeep Toyota, nomor polisi 1-00, yang merupakan mobil dinas operasional Kapolri. Rombongan menuju kearah lebak bulus dan ciputat raya. Penulis berfikir mesti ada peristiwa penting dengan pergerakan cepat Kapolri dan rombongan yang terdiri dari beberapa sedan. Selang beberapa lama, BlackBerry berbunyi, salah seorang rekan mengirim pesan, ada penyergapan teroris di daerah ciputat. Dugaan benar, sebagai penanggung jawab keamanan, khususnya terhadap ancaman teroris, Kapolri harus secepatnya mendapat informasi bernilai A-1, mengecek langsung ke TKP dan harus segera melaporkan ke Presiden.
Siang tadi, bertempat di RT 01 RW 03, Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang, Banten telah terjadi penyergapan oleh Densus-88 terhadap mereka yang diidentifikasi sebagai pelaku teror. Rumah kos milik Haji Jatna yang digerebek ini berlokasi di tengah pemukiman penduduk. Di samping rumah tersebut berdiri gedung Diklat Departemen Agama dan tidak jauh dari lokasi itu juga berdiri kampus Bina Sarana Informatika (BSI). Menurut Kadiv Humas Kepolisian, Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Jumat 9 Oktober 2009 malam, penggerebekan di Ciputat itu berkat informasi dari seorang (yang diduga teroris), berinisial FR, ditangkap di Bekasi pada Jumat 9 Oktober 2009 pagi.
Saat disergap, menurut Nanan, kedua orang yang akan disergap melempar bom kecil ke arah aparat. Ada tiga bom yang dilempar sampai meledak. Anggota Densus aman karena menggunakan tameng anti bom. Karena dilempari bom, polisi kemudian menggunakan kekerasan untuk menghentikan aksi mereka, hingga keduanya tewas. Polisi menemukan ada tujuh bom kecil lain yang siap dipakai, hingga jumlah keseluruhannya 10 buah. Mabes Polri menyatakan akan mengumumkan identitas dua tersangka teroris yang ditembak mati di Ciputat itu pada Senin (12/10). “Detail resmi, rinci identitas kedua tersangka akan dinyatakan secara forensik Senin nanti,” tegas Irjen Nanan.
Hingga kini, pihak Polri belum menyatakan identitas pasti kedua otrang yang tewas tersebut. mereka masih melakukan proses identifikasi lebih mendalam. Siang tadi Kapolri telah melaporkan hasil operasi Densus-88 Mabes Polri tersebut kepada Presiden SBY di Cikeas. "Dia (Kapolri) hanya melaporkan tentang penggerebekan yang dilakukan kepolisian," kata Juru Bicara Presiden, Andi Mallarangeng. Menurut Andi, Presiden mengucapkan terima kasih atas kinerja kepolisian. "Dan beliau memberikan dorongan kepada kepolisian untuk terus mengejar lagi jaringan-jaringan terorisme." Selanjutnya Andi mengutip kata-kata presiden, "Kita ingin bangun bangsa ini, bahkan ke depan jangan sampai ada yang merusaknya dengan melakukan tindakan yang justru mengancam, apakah itu sendi perekonomian, mengancam orang yang tidak bersalah dengan motivasi yang betul-betul berupa kejahatan."
Pihak Polri hingga kini belum menyebutkan siapa kedua korban tersebut, hanya media seperti biasa banyak yang berspekulasi, bahwa keduanya adalah Syaifudin Zuhri bin Djaelani Irsyad alias Ustadz Syaifudin Zuhri alias Udin alias Soleh, dan M Syahrir. Dari pengalaman penyergapan di Temanggung, nampaknya kini Polri lebih berhati-hati dari pengalaman tersebut, dimana media saat itu terlalu cepat menyimpulkan korban adalah Noordin M Top, ternyata yang tewas adalah Ibrohim.
Memang kita bersama mengharapkan agar jaringan teroris dapat segera di gulung, karena mereka telah membuktikan kelompoknya menjadi ancaman yang sangat berbahaya. Kini dua tokoh yang diperkirakan sebagai generasi penerus Noordin M Top, kakak beradik Syaifudin Zuhri dan M Syahrir menjadi orang yang berbahaya. Syaifudin Zuhri disebut-sebut sebagai pengganti Noordin M Top. Sejumlah pengamat terorisme menuturkan bahwa sang ustadz cukup kuat posisinya dalam jaringan ini. Syaifudin yang sudah tujuh tahun direkrut oleh jaringan Noordin M Top, telah naik peringkat, dari pencari dana luar negeri, kini sudah menjadi perekrut dan pembuat manajemen pergerakan, termasuk penyiap bom.
Sementara M Syahrir berbahaya karena mempunyai pengalaman pernah bertugas di sebuah maskapai penerbangan, sehingga paling tidak faham dengan akses serta kelemahan sistem pengamanan di Bandara. Dari Laptop Noordin, tertangkap bahwa Syaifudin telah merencanakan serangan yang lebih hebat dibandingkan bom di JW Marriott dan Ritz Carlton. Dalam dua laptop Noordin, polisi menemukan tulisan Syaifudin menyebut dirinya sejak 2005 punya posisi penting dalam jaringan Al Qaeda. Yang benar-benar harus diwaspadai, di sela-sela proses rekaman pernyatan Dani dan Nana, sebelum melakukan serangan, Syaifudin menyerukan kalimat, "Amerika hancur, Australia hancur, Indonesia hancur." Ini jelas berbahaya, orang Indonesia menempatkan Indonesia sebagai musuh yang sejajar dengan Amerika dan Australia.
Dengan demikian, maka apabila kedua teroris yang tewas di ciputat adalah kedua orang tersebut, paling tidak gerakan teroris di Indonesia diperkirakan akan agak mengendur, karena beberapa tokoh utamanya telah meninggal dunia. Kini, nampaknya para tokoh kelompok Noordin M Top lebih mudah disergap Densus, sedangkan untuk menyergap Noordin saja pada waktu lalu dibutuhkan waktu selama tujuh tahun. "Shock therapy" yang dilakukan Densus rupanya membuat gentar para pelindung tertutup kelompok ini yang selama ini memberikan tempat sembunyi, mereka kini nampaknya mencabut dukungan dan perlindungannya. Setelah harus berjuang sendiri untuk mencari "safe house" maka kelompok Noordin menjadi target empuk bagi Densus dan intelijen. Disamping itu, dengan data-data yang tertera di Laptop Noordin, maka kini Densus berada satu langkah di depan mereka. Nah, mari kita tunggu informasi penting lainnya pada hari Senin nanti. Kita week end saja dahulu.
PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana
Sumber: http://umum.kompasiana.com/2009/10/10/shock-therapy-membuat-teroris-tak-berdaya/ (Dibaca: 1160 kali)