Potensi Serangan Teror ISIS di Dunia Termasuk di Indonesia Akan Meningkat

25 January 2016 | 10:22 pm | Dilihat : 1011

Badrodin-Haiti-7 konperensi

Kapolri Badrodin Haiti Saat memberikan keterangan pers (Foto : liputan6)

Polri secara resmi menyatakan bahwa serangan teror di Thamrin terkait dengan ISIS.  Nama organisasi ISIS   oleh Amir-nya Abu Bakr al-Baghdadi telah diubah menjadi  IS (Islamic State), tetapi  nama ISIS yang lebih dikenal masyarakat. Perubahan nama terkait pemikiran strategis Baghdadi yang ingin mengembangkan Khilafah tidak hanya di Irak dan Suriah, tetapi juga di belahan dunia lainnya. ISIS telah mendeklarasikan niatnya mendirikan khilafah di luar Timur Tengah, semacam kekhalifahan level provinsi. Indonesia  disebutnya sebagai Khilafah jarak jauh. Memang secara politik lebih baik nama ISIS yang di pakai, nilainya lebih sektoral, dibandingkan  nama IS (Islamic State).

190314m_GeorgeBrandis_800x600Informasi soal khilafah  diutarakan oleh Jaksa Agung Australia, George Brandis setelah melakukan pertemuan dengan petinggi keamanan Indonesia. Brandis mengatakan “ISIS memiliki ambisi untuk meningkatkan kehadiran dan aktivitas di Indonesia, baik itu secara langsung maupun melalui perantara,” katanya kepada surat kabar Australia, Sydney Morning Herald seperti dikutip oleh The Guardian Selasa (22/12/2015).

Dalam upayanya untuk menunjukkan ambisinya, maka sel-sel ISIS di negara-negara diluar Timur Tengah  kini lebih mereka diaktifkan. Sel-sel yang dibentuk serta lone wolf yang mereka pengaruhi melakukan aksi teror dalam rangka menunjukkan kemampuan serta eksistensi ISIS di luar negeri, salah satunya di Jakarta.

Seperti disampaikan oleh  Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Tito Karnavian yang mantan Deputy Penindakan BNPT tentang keterlibatan Bahrun Naim yang kini bergabung dengan ISIS di Suriah, dengan ambisi mendirikan Khatibah Nusantara. Penjelasan Tito diperkuat dengan penjelasan Kapolri, Jenderal Pol Badrodin Haiti yang menegaskan bahwa aksi teror Kamis, 14 Januari 2016 tersebut  terkait ISIS di Suriah. Mari kita bahas potensi serangan serta kondisi ISIS saat ini.

Tiga WNI  Dengan Peran Penting di ISIS Suriah

bahrun-naim-bahrumsyah-dan-abu-jandal anwkaainfonik

Bahrun Naim, Bahrumsyah dan Abu Jandal, tiga WNI Yang Mempunyai peran penting di ISIS Suriah (Foto: anwkaainfonik)

Nama Bahrun Naim muncul disebutkan oleh Tito Karnavian beberapa jam setelah aksi teror Thamrin, diindikasikan sebagai perencana teror tersebut. Nama Naim ini disebut juga karena dia berhubungan dengan Abu Mushab yang ditangkap Densus pada tanggal  23 Januari 2016 di Bekasi bersama calon pemain konser (pengantin) warga Uighur. Info awal Tito kemudian dijelaskan lebih detail oleh Kapolri.

Saat konperensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (22/1/2016), Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan ada tiga WNI yang memiliki peranan penting di Suriah sesuai dengan keahliannya. Orang pertama, adalah Bahrumsyah, pernah kuliah di UIN Ciputat, dia kini pemimpin dalam sayap militer di Suriah. Diketahui Bahrumsyah mengirim dana kepada enam tersangka teroris yang ditangkap pasca aksi teror di Thamrin. Kelompok tersebut juga merencanakan melakukan fa'i atau perampasan harta untuk kepentingan teroris. Mereka juga mendukung kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso.

Orang kedua adalah Bahrun Naim, diduga kuat sebagai otak serangan teror di Thamrin. Menurut Badrodin dia ahli propaganda. Naim memahami betul IT, sehingga dia sering aktif dalam berkomunikasi dengan sel yang ada di Indonesia. Sementara WNI ketiga yang dinilai berperan penting di Suriah adalah Abu Jandal, yaitu pria yang mengancam TNI dan Polri lewat video yang diunggah ke situs YouTube akhir tahun 2014. Dalam video itu, dia menantang Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Densus 88, dan Banser GP Ansor.

Anbar-lions-flag_3039908b

Ilustrasi, Bendera pemersatu dengan simbol Islam, tetapi mereka melakukan kebrutalan dan kekejaman yang tidak dilakukan oleh Muslim (Foto : telegraph)

Dalam penjelasannya Badrodin mengatakan, strategi mereka membentuk sel-sel kecil di mana satu sama lain tidak saling mengetahui. Jika ada sel yang terbongkar, maka jaringan lain terputus dan tidak mengetahui sel lainnya, dalam istilah  intelijen mereka melakukan kompartmentasi. Diketahui sel teror di Thamrin itu sempat melakukan komunikasi dengan pimpinan ISIS di Suriah. Mereka berkomunikasi untuk meminta senjata api. Menurut Badrodin, orang yang berkomunikasi itu salah satu di antara empat pelaku yang meninggal saat serangan teror di Thamrin.

Kondisi serta Rencana Ekspansi ISIS Keluar Suriah

President Barack Obama Official_White_House_Photo_by_Pete_Souza_CNA_US_Catholic_News_3_14_12 (1)Dari kondisi konflik di Suriah yang memburuk,  Presiden Barack Obama kini dikritik oleh beberapa anggota kongres serta tokoh di AS, karena tidak menyetujui saran penasihatnya pada masa lalu untuk menggelar  pasukan darat di Suriah saat konflik Suriah belum membesar. Selama ini AS lebih kepada melakukan misi politik, diplomatik serta militer terbatas dengan tujuan menumbangkan Presiden Bashar al Assad. Melihat dari konflik di Suriah, dengan keterlibatan secara aktif Rusia yang mendukung pemerintahan  Bashar al-Assad, maka kericuhan di Suriah yang awalnya hanya merupakan protes sederhana terhadap Assad kemudian meluas menjadi   perang saudara dan yang berbahaya, bahkan kini konflik di Suriah telah membesar menjadi sebuah krisis internasional.

Komposisi kekuatan bersenjata di Suriah  terdiri dari dua blok utama, yaitu Koalisi AS yang terdiri dari AS, Perancis, Inggris, Canada, Jerman,Turki,  Qatar yang mendukung Free Syrian Army (kelompok moderat), menginginkan Bashar al-Assad turun.  Disamping itu, Turki bersama-sama negara-negara Teluk membangun Islamic Front. Sementara di sisi berlawanan terbentuk koalisi Rusia, Iran, Hezbollah yang mendukung Pemerintahan Suriah dibawah Bashar al-Assad, koalisi dinamakan Regime Loyalist. Koalisi ini terus berhadapan dan bertempur dengan Free Syrian Army.

Boeing-F-15-Eagle

Jet Tempur USAF Boeing F-15 yang merupakan tulang punggung penyerangan terhadap ISIS di Suriah dan Irak (Foto : migflug)

Disamping itu terdapat kekuatan bersenjata Al-Qaeda yang diwakili oleh Jabhat al-Nusra, kelompok ini bermusuhan baik dengan Free Syrian Army maupun Regime Loyalist. Sementara itu ISIS sebagai pemain     lain         yang       dominan membangun kekuatan militer dengan dukungan pejuang dari 100 negara. ISIS ini mempunyai musuh lengkap, bermusuhan dan dimusuhi baik oleh  koalisi AS, koalisi Rusia/Suriah, koalisi Negara-negara Teluk plus Turki, serta dengan kelompok pejuang Suku Kurdi (YPG), termasuk tidak sejalan dengan Al-Qaeda. Baca  artikel penulis, “The Siege of Kobane, Islamic State Menggabungkan Antara Terorisme, Perang Gerilya dan Perang Konvensional," http://ramalanintelijen.net/?p=9165.

Setelah Rusia dan Iran  menggempur ISIS melalui serangan udara, dimana koalisi AS (Perancis, Inggris, Jerman) telah melakukan serangan udara sejak lama, nampaknya IS mulai merasakan dampaknya. Disamping itu, Irak juga terus menggempur ISIS dengan serangan udara dan darat, termasuk dukungan pesawat tempur AS. Basis utama AS di Pangkalan Incrilic Turki, terdiri dari  A-10 Thunderbolt, KC-13 tanker dan pesawat tempur F-15, termasuk drones. Total pesawat militer AS 45 buah dari 53 pesawat koalisi, personil yang terlibat 1.300 orang.

size0

Pasukan Darat, US Airborne 101 (Lintas Udara) yang dikirim ke Irak (foto: army.mil)

Markas besar AS di Pentagon dalam beberapa pekan terakhir telah membuat kebijakan langkah-langkah baru yang dirancang agar kampanye serangan terhadap ISIS  lebih efektif, termasuk mendirikan Gugus Tugas Operasi Khusus baru di Irak.  Menteri pertahanan AS, Ashton Carter menyatakan di Pentagon (13/1/2016) rencana untuk merebut kembali kota Mosul dan Raqqa dari ISIS yang disebut sebagai pusat kekuasaannya, kunci  di Irak dan Suriah. Dikatakan bahwa anggota pasukan komando khusus dari Divisi Lintas Udara 101 kini telah tiba di Irak, sekitar 1.300 anggota Combat Team 2 Brigade akan dikirimkan ke Irak pada akhir musin semi. Disini terlihat kebijakan AS mulai bergeser dengan mengirimkan pasukan khusus darat jauh lebih banyak.

101stCarter menyatakan kepada para Menhan dari Perancis, Australia, Jerman, Italia, Belanda dan Inggris, "Tidak akan ragu untuk terlibat dan menghadapi tantangan, masing-masing negara tersebut memiliki saham yang signifikan dalam menyelesaikan penghancuran organisasi jahat ini, dan kita harus mencakup semua kemampuan mereka ," katanya.

Pesan yang lebih luas dari Carter mengisyaratkan AS akan mendukung rencana militer untuk membantu pasukan Peshmerga Kurdi Irak dan merebut kembali Mosul di Irak utara dan untuk membantu pasukan moderat Suriah (Free Syrian Army) mengusir ISIS dari markas mereka di Raqqa. Para pemimpin militer mengatakan bahwa ISIS  telah kehilangan 40 persen dari wilayah yang mereka rebut dan kuasai di Irak, dan 20 persen dari wilayah mereka di Suriah.

Pasukan Irak telah berjuang selama berbulan-bulan untuk merebut kembali Ramadi. Dengan dukungan serangan udara yang kuat  dan dukungan logistik lainnya mereka akhirnya mampu mengusir  ISIS keluar dari Ramadi pada bulan lalu. Namun ISIS masih menguasai sebagian dari Irak utara dan barat.

Sebelum diserang kampanye udara yang demikian banyak  serta  ditambah serangan darat gabungan pasukan setempat, ISIS dibawah Baghdadi dinilai demikian superior  sebagai kelompok teroris terkaya di dunia. ISIS memiliki dana US$2 miliar pada 2015 serta mempunyai penghasilan dari penjualan minyak gelap sekitar US1-$1,5 juta/hari. Tetapi nampaknya serangan pasukan lokal serta serangan udara negara-negara super power tersebut telah menghancurkan jalur logistik minyaknya. pemboman infrastruktur dan  truk pengiriman minyak mereka telah menurunkan kualitas  dan harga  dari produk dan membuat distribusi menjadi  lebih sulit,  akhirnya kini tidak terelakkan, ISIS mengalami dampak moneter.

ISIS_ORGCHART_V5_FW

Organisasi ISIS dibawah kepemimpinan Abu Bakr al-Baghdadi (Foto : CNN)

ISIS selama ini hanya mengandalkan kepada pejuang bersenjata, nekat, brutal, melakukan bom bunuh diri, serta ancaman teror potong leher dan mereka terorganisir. Dari penilaian intelijen, mereka mempunyai titik lemah (kerawanan) karena tidak  memiliki sistem pertahanan udara yang memadai dan tidak memiliki kekuatan/alutsista udara. Oleh karena itu pejuang ISIS mudah di dikte oleh serangan udara koalisi. Markas komando, logistik (truk dan tanki minyak), pusat keuangan serta pusat-pusat konsentrasi pasukan dengan mudah dihancurkan oleh pesawat-pesawat tempur canggih dua blok koalisi dengan akurasi pemboman yang nilainya diatas 95 persen.

Dengan aturan  ketat dan menggunakan ancaman kekerasan, termasuk pencambukan dan pemenggalan kepala, ISIS selama ini juga mendapat pemasukan dana  tunai dengan mengenakan pajak dan denda kira-kira terhadap 6-9 juta orang di sebagian wilayah di Irak dan Suriah yang telah dikuasainya. Beberapa wilayah tersebut kini mulai lepas dari genggamannya, berarti penghasilan dari pajaknya juga menurun.

A Syrian policeman checks the papers of

Truk Tanki minyak ISIS menjadi sasaran pemboman oleh koalisi AS dan Rusia, Tanpa perlidungan udara, truk menjadi sasaran empuk jet tempur (Foto :huffingtonpost)

Indikasi IS mulai mengalami kesulitan keuangan, terlihat dari  pengetatan anggaran. Gaji pejuang diberitakan baru-baru ini mengalami penurunan, dari sekitar US$400 per bulan menjadi  sekitar US$300  (Columb Strack,  analis Timur Tengah di Jane Information Group). Dari beberapa sumber disebutkan pada tahun 2015 jumlah pejuang luar negeri yang bergabung di ISIS sekitar 25.000-30.000 orang dan mereka harus digaji, bisa dibayangkan berapa pengeluaran untuk gaji saja, belum lagi kebutuhan dana untuk operasi tempur. Selain itu ISIS terpaksa harus membayar pegawai negeri di daerah Irak yang kini dikuasainya, khususnya setelah pemerintah Irak memberhentikan gaji mereka.  ISIS mulai merasakan  beban keuangan yang semakin berat.

Dari fakta tersebut diatas, terlihat bahwa kemunduran teritorial  mungkin juga telah memaksa kelompok ISIS untuk mengubah strategi  terornya ke luar negeri. Misalnya, sel ISIS melakukan serangan di Paris (13/11/2015) yang menewaskan 129 orang tewas dan melukai 352 orang, serangan sel di Bernardinho di California AS (2/12/2016), menewaskan 14 orang, serta serangan sel Jakarta (14/1/2016) yang menewaskan lima orang, melukai 31. Belum lagi serangan di Yaman, Mesir, Saudi yang lebih fokus dengan bom bunuh diri. Inilah bukti-bukti bahwa serangan dilakukan untuk menunjukkan eksistensinya. Penyerangan teror di luar negeri dapat dinilai   sebagai cara untuk menerapkan tekanan baru pada musuh-musuhnya.

Kelompok teror ganas ini,  menyadari menurunnya sumber daya finansial  jelas memengaruhi kemampuan operasionalnya, hal itu akan ditutup dengan  memperkuat afiliasi di daerah lain di dunia, termasuk Libya (pilihan utama), mungkin untuk mengamankan tempat yang aman dalam rangka mengantisipasi terjadinya kasus kehilangan lebih banyak wilayah di Suriah dan Irak. Masalahnya apabila dilakukan, ini akan menyimpang dari teori Hornet's Nest yang strategi dasarnya mengamankan  Israel dengan mengaktifkan ISIS di perbatasan Irak dan Suriah.

ec75f6c0-984e-11e4-_834696b

Saat berlangsungnya teror di Paris, polisi khusus sedang menyelamatkan sandera yang panik ketakutan  dari penyanderaan para teroris (Foto : thetimes)

Dari beberapa fakta-fakta yang berlaku, terlihat bahwa memang aksi teror baik di Paris, Bernardinho AS serta Jakarta (sebagai sampling analisis) jelas terkait dengan ISIS di Suriah. Strategi menekan musuh jauh di garis belakang merupakan strategi yang umumnya dikenal sebagai preemtive strike. Seperti kita ketahui, serangan teror yang terjadi dampak psikologis yang ditimbulkannya berupa rasa takut bisa jauh lebih besar dibandingkan akibat sebuah pertempuran.

Tujuan serangan ISIS berbentuk teror di luar Suriah dan Irak lebih kepada upaya menunjukkan eksistensi bahwa mereka ada dan mereka mampu melakukan tekanan baru terhadap musuh-musuhnya. Fakta juga menunjukkan bahwa ISIS mulai gagal mempertahankan beberapa wilayahnya. Walaupun mungkin tidak dalam waktu dekat, ISIS jelas akan semakin tertekan, menciutnya anggaran akan sangat menyulitkan mereka menjaga ketahanan serta kemampuan tempurnya.

Untuk mengurangi  pengeluaran,  salah satu alternatif ISIS adalah mengurangi jumlah pejuang yang berasal dari luar Suriah. Para pejuang ideologis itu akan dikembalikan ke negaranya masing-masing, selanjutnya  mendapat tugas melanjutkan perjuangannya dengan aksi    teror di negara asalnya. Ini yang sangat berbahaya dan harus di tangkal lebih awal. Oleh karena itu, penulis memperkirakan potensi aksi teror ISIS bisa meningkat di masa mendatang. Dari serangan di Thamrin, sangat jelas dari pernyataannya target serangan adalah koalisi, disamping  Polri sebagai musuh tradisionalnya  yang dikatakan thagut.

bom sarinah

Serangan bom di Thamrin, Seberang Sarinah menggunakan bom kecil, bagaimana bila Ibukota diserang bom besar? Dampak psikologisnya akan besar dan luas, karena itu perlu antisipasi jauh lebih awal (Foto:News.detik)

Pertanyaannya, mengapa Indonesia sebagai negara non koalisi AS juga diserang? Pertama,  Indonesia akan dijadikan salah satu bagian khilafah  mereka dengan pemikiran warganya  mayoritas muslim dan juga sudah terdapat sel mereka di sini. Dengan serangan tersebut, pembuktian eksistensi akan menginspirasi serta memotivasi sel lainnya. Kedua, ISIS akan kembali menyerang AS dan sekutunya di Indonesia. Ini berarti Indonesia akan dipinjam sebagai palagan tempur seperti masa lalu.

Jelas serangan kepentingan asing di sini akan bisa memengaruhi stabilitas keamanan di Indonesia, terlebih bila terjadi di Jakarta. Teroris tidak perduli dengan banyaknya korban, yang penting tujuan mereka tercapai. Pada masa lalu dari beberapa penyerangan simbol asing, korban jatuh juga banyak warga Indonesia.

Saran penulis kepada aparat keamanan, pertama waspadai mereka yang kembali atau akan kembali dari Suriah, sikap pemerintah harus jelas dan tegas. Kedua, waspadai aliran dana dari luar negeri yang ditujukan ke teroris, ketiga, law enforcement saja tidak cukup untuk mengatasi aksi teror brutal, lebih efektif apabila  meningkatkan operasi intelijen yang sudut pandangnya berbeda. Karena teror adalah salah satu sarana dari fungsi intelijen penggalangan, hanya intelijen yang mampu membaca dari dasarnya dan menetralisirnya. Hal penting seperti ditekankan presiden, institusi intelijen harus bersinergi, melepas egosentrisme. Ketiga, Indonesia harus berani merevisi Undang-Undang Pemberantasan Teror lebih tajam, seperti Internal Security Act.

hari-ini-jokowi-panggil-pimpinan-lembaga-negara-bahas-pencegahan-terorisme_20160119_094614

Presiden Jokowi Senin (18/1/2016) memimpin rapat terbatas membahas pencegahan terorisme. "Diantara lembaga intelijen jangan ada egosentrisme, jangan kompartemenasi (mengkotak-kotakan) dan saya ingin komunikasi intelijen lebih meningkatkan kemampuan, kontra teror, deteksi, cegah Tangkal teror," katanya.  (Foto : kupang.tribunnews)

Hambatan  HAM bila pemerintah  merevisi UU. Nomor:  15/2003 seperti ISA itu jelas akan muncul disini. Tetapi bila dibandingkan dengan bahaya dan kekejaman aksi teror bom  dan penembakan seperti di Perancis dan AS itu lantas bagaimana? Terlebih lagi apabila aksi teror kemudian menjadi lebih sering terjadi, mengerikan bukan?

Penulis yakin, Presiden Jokowi akan mampu menjelaskan kepada rakyat bahwa kita harus bisa melindungi diri dari ancaman teror yang bisa semakin brutal. Hambatan lain, masih ada kecurigaan masyarakat berupa tudingan,  UU yang keras bisa disalahgunakan, ini yang perlu kita renungkan bersama. Menghadapi musuh yang radikal dan cenderung kejam, kadang diperlukan juga sesuatu yang radikal tetapi terukur, begitu?  "Penyesalan tidak pernah ada di muka tetapi selalu di belakang"  (Ini intinya).

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Analis Intelijen www.ramalanintelijen.net

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.