Fadli Sadama Napi Narcoterrorism Lolos dari Tanjung Gusta

14 July 2013 | 5:53 pm | Dilihat : 1180

 

Fadli Sadama di Pengadilan (foto: hariansumutpos.com).  

Masalah umum dan klasik menyangkut penjara atau Lapas adalah kelebihan penghuni, terbatasnya fasilitas serta kurang memadainya sistem pengamanan lapas itu sendiri. Jumlah narapidana dan tahanan yang jauh melampaui kapasitas lembaga pemasyarakatan, merupakan persoalan tersendiri yang belum dapat diselesaikan oleh negara hingga kini.

Presiden SBY meminta agar lapas-lapas di Tanah Air segera diperbaiki. Sebabnya, kerusuhan yang kerap kali terjadi di lembaga pemasyarakatan karena jumlah narapidana sudah melebihi kapasitas. "Saya telepon Wapres, kita sudah menyiapkan anggaran 1 triliun rupiah untuk perbaikan lapas yang overload," tegas SBY di Bandara Halim Perdanakusuma, Sabtu (13/7). Dengan begitu, SBY berharap kehidupan para warga binaan dapat lebih baik.

Terlepas dari penyebab besar lainnya, kasus LP Tanjung Gusta, Presiden SBY sangat menyesalkan pemicu kerusuhan di Lapas Tanjung Gusta karena masalah listrik dan air. Diketahui penghuni Lapas marah setelah sejak subuh listrik mati dan pasokan air bersih kurang, inilah yang menyulut kerusuhan. Seharusnya, menurut SBY, para petugas dapat merespons hal tersebut, karena itu adalah kebutuhan dasar. Menurut beberapa informasi, kapasitas LP Tanjung Gusta adalah 1.054 orang, namun kenyataannya diisi oleh 2.636 tahanan. Diantaranya terdapat 14 orang narapidana teroris. Para narapidana kemudian mengamuk dan membakar ban dan peralatan kantor.

Akibat kerusuhan hebat Kamis (11/7), yang menimbulkan kerusakan parah pada bangunan bagian depan Lapas Tanjung Gusta, tepatnya di areal perkantoran. Para narapidana akhirnya sekitar pukul 18.30 WIB berhasil menembus pagar pembatas antara kawasan blok sel dengan perkantoran serta melakukan pembakaran dengan memanfaat kan tabung gas yang diambil dari dapur. Mereka keluar melalui pintu portir Lapas, setelah membakar gedung perkantoran yang ada di dalam Lapas. Seperti diketahui, sekitar 212 narapidana  berhasil melarikan diri, sembilan orang diantaranya narapidana teoris, sementara lima narapidana teroris sisanya tetap bertahan di lapas.

Kerusuhan tersebut telah menimbulkan jatuhnya korban petugas. Tercatat para korban yang meninggal dunia adalah Bona Hotman Situngkir, 38, Kepala Seksi Registrasi Lapas Tanjung Gusta; Hendra Rico Nai baho, 25, staf registrasi Lapas Tanjung Gusta; Nghui Tan, 48, narapidana; Jhon Gabriel Tarigan, 28, narapidana; dan Yohanes Leo Edi Syahputra Situmorang, 34, narapidana. Kepala Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan Surjit Singh mengungkapkan, empat di antara korban mengalami luka terbakar hampir di sekujur tubuh sehingga sulit dikenali.

Dari upaya yang dilakukan pihak kepolisian, yang melakukan penyekatan antara polsek, polres dan antar wilayah. Polri yang bekerja sama dengan TNI dan pihak lapas, serta warga dalam memburu para terpidana, telah berhasil menangkap 85 narapidana termasuk 4 narapidana teroris (ditangkap dalam sebuah sweeping di Kabupaten Langkat).

Menurut penjelasan Kepala Bagian Penerangan Mabes Polri, Kombes Pol Rana S Permana di Jakarta Selatan, Sabtu (13/7/13), dari total semua narapidana yang melarikan diri, sekarang 85 orang diantaranya yang sudah ditangkap kembali. Rinciannya, 4 orang ditangkap petugas Lapas, sembilan orang menyerahkan diri, dan 72 orang ditangkap pihak kepolisian.

 

Fadli Sadama Napi Narcoterrorism

 

Dari sembilan  napi teroris yang melarikan diri, telah berhasil ditangkap lima orang. Menurut Kabid Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Heru Prakosa, mengatakan kelima napi teroris tersebut adalah Anton Sujarwo alias Supriyadi, Abu Azam alias Zumirin alias Sobirin, Jaja Miharja alias Ashim alias Syafrizal, Gema Awal Ramadhan, dan Beben Khairul Rizal alias Samson.

Sementara yang belum tertangkap sebanyak empat orang, yaitu Fadli Sadama, dihukum 11 tahun penjara (akan bebas 11/12/2021), Agus Sunyoto yang dihukum 6 tahun penjara (akan bebas 26/9/2016), Nibras alias Arab yang dihukum 6 tahun (akan bebas 26/9/2016), dan Abdul Gani Siregar yang dihukum 10 tahun (akan bebas 8/10/2020).

Dari keempat napi teroris tersebut, nama Fadli Sadama kini menjadi perhatian khusus karena dianggap merupakan salah seorang teroris muda yang sangat berbahaya dan memiliki jaringan luas.  Dikatakan oleh Kepala BNPT Ansyaad Mbai di Kantor Menko Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat (12/7/2013), "Semua teroris berbahaya, tapi ada satu namanya Fadli Sadama," tegasnya. Fadli Sadama bin Mahmudin alias Acin Zaid alias Buyung alias Ade. Aksi terornya dikenal dengan narcoterrorism atau istilah yang merujuk pada penggabungan narkotika dan terorisme. Fadli menggunakan uang penjualan narkoba untuk kegiatan teroris dan perampokan di Medan. Uang hasil perampokan itu dipakai untuk membeli senjata.

Fadli Sadama berhubungan baik dengan jaringan terorisme di Asia Tenggara bahkan Al Qaeda. Fadli juga diduga memiliki hubungan erat dengan kelompok separatis di Thailand Selatan dan Malaysia. Di Malaysia Fadli bekerjasama untuk pengadaan senjata yang akan dibawa ke Indonesia. Di Thailand, Fadli bekerjasama dengan Patani United Liberation Organization (PULO) dan mempunyai kontak dengan kelompok teroris di Thailand Selatan.

Fadli  dijatuhi hukuman 11 tahun penjara atas perampokan bank CIMB Niaga pada 18 Agustus 2010, dia juga dinyatakan bertanggung jawab atas keberadaan sejumlah senjata api yang dipergunakan dalam perampokan. Fadli tercatat juga bertanggungjawab atas penyerangan ke Polsek Hamparan Perak di Kabupaten Deli Serdang, Sumut, yang  menyebabkan tiga polisi meninggal dunia. Baca artikel penulis "Fadli Sadama, Teroris Perampok CIMB Medan Divonis 11 Tahun", http://ramalanintelijen.net/?p=4007.

Fadli mempunyai hubungan khusus dengan Toni Togar yang saat ini sedang menjalani hukuman 20 tahun penjara di  Lembaga Pemasyarakatan Pematang Siantar di Sumatera Utara. Saat ditangkap pada ditangkap  pada tanggal 13 Oktober 2010 di Malaysia, Fadli mengatakan mengaku menyelundupkan lima senapan serbu ke Indonesia. Saat itu harian The Star Malaysia  melaporkan bahwa Fadli berencana menggunakan senjata tersebut untuk menyerang sebuah penjara di Medan dimana  Toni Togar dipenjara (Lapas Pematang Siantar). Inilah yang perlu diwaspadai aparat keamanan, karena Sumatera Utara merupakan daerah basis Fadli Sadama, dan bukan tidak mungkin dia akan kembali berusaha membebaskan Toni Togar.

Toni Togar alias Marwan alias Nanong adalah otak teroris Medan. Toni mengendalikan operasi teroris di Medan dengan merekrut dan mendanai aksi seperti perampokan Bank Lippo dan pemboman gereja di Pekanbaru pada tahun 2000. Toni terlibat langsung dalam peristiwa di Medan yang terkait dengan rangkaian terorisme di Aceh, Bandung, dan Lampung. Toni adalah alumnus pesantren Ngruki tahun 1990. Ia menjadi staf pengajar di ponpes itu tahun 1990 hingga 1992. Toni tercatat juga pernah mengikuti pelatihan militer Al Jamaah Islamiyah tahun 1995 di Afghanistan. Toni kemudian terlibat peledakan bom di gereja Pekanbaru pada malam Natal tahun 2000, di bawah koordinasi Hambali.

Pada tahun 2003, Toni Togar ikut merencanakan perampokan Bank Lippo di Medan, sebelum peledakan hotel JW Marriott, Jakarta, pada tahun yang sama. Dalam peledakan JW Marriott, Toni bersama Noordin M Top dan M Azhari terlibat dalam perekrutan dan penggalangan dana. Toni ditangkap bulan Juni 2003 dan dijatuhi hukuman penjara 20 tahun di LP Pematang Siantar. Hal yang menarik adalah aksi terorisme (fa'i)  Toni tahun 2003 di Medan, yang dikendalikan Toni dari balik jeruji menggunakan HP milik sipir.

 

Analisis

 

Kasus kerusuhan dan berhasil larinya napi dari LP Tanjung Gusta menjadi sebuah pelajaran dan perhatian betapa lemahnya sistem pengamanan sebuah LP. Masih diuntungkan tidak semua warga binaan LP tersebut tidak melarikan diri, entah bagaimana sibuknya aparat keamanan apabila semua napi melarikan diri keluar penjara.

Kelemahan LP kini banyak menjadi sorotan berbagai pihak, baik pengamat maupun politisi yang mengeritik Kemenkumhan dalam mengelola sebuah LP. Hampir semua LP dikatakan melebihi kapasitasnya, ini akan menimbulkan keresahan tersendiri. Para penghuni yang tercampur baik napi narkoba, teroris serta kasus lainnya merupakan sebuah kerawanan. Napi masa kini bukanlah napi masa lalu, mereka lebih faham akan hak-haknya dan keberanian menuntut hak menjadi lebih besar pada era kebebasan ini.

Apabila kondisi ini tidak diatasi dengan cepat, maka kasus Tanjung Gusta bisa menjadi pemicu dan contoh bagi LP lainnya yang akan melakukan pemberontakan serupa. Para Napi terorisme jelas merupakan napi yang harus mendapat perhatian khusus, sebagai contoh beberapa napi terorisme di LP Tanjung Gusta adalah pelaku penyerangan polisi di Hamparan Perak yang telah membunuh tiga polisi. Napi dengan latar belakang ideologi dan pemikiran radikal berbeda dengan napi  kasus pidana lainnya. Mereka adalah raja tega, tega membunuh tanpa berkedip dan siap mati.

Yang perlu sangat mendapat perhatian adalah Narcoterrorism, yaitu penggabungan antara kejahatan narkoba dengan aksi teror. Fadli merupakan salah satu tokoh yang telah menggabungkannya sejak lama. Entah bagaimana pengamanan dan kompartmentasi antara napi Narkoba dengan napi terorisme di dalam LP. Bukan tidak mungkin, justru didalam penjara keduanya kini telah bersatu. Tidak bisa dibayangkan betapa berbahayanya pendanaan besar bisnis narkoba dalam sebuah aksi teror dimasa datang.

Semoga hal-hal seperti ini lebih diwaspadai. Apakah bisa? Mengurusi hal sepele seperti kasus listrik mati dan air mati saja gagal. Disinilah perhatian kepala negara dengan menggelontorkan anggaran satu triliun sebaiknya dimanfaatkan sebaik-baiknya. Persoalannya adalah kemauan dan niat para pejabat itu mengurusi penjara yang jelas complicated. Kalau tidak, negara harus bersiap menghadapi kerusuhan demi kerusuhan dan bobolnya penjara pada masa datang. Kita, rakyat hanya bisa menyaksikan dengan rasa miris.

Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

 

Artikel Terkait :

- Awas, Teroris Dilepas Di Malaysia (http://ramalanintelijen.net/?p=1560)

-Law Enforcement tidak Mampu Menyelesaikan Akar dari Terorisme (http://ramalanintelijen.net/?p=6881)

- Mabes Polri Bicara Soal Terorisme di Indonesia (http://ramalanintelijen.net/?p=6878)

-Kader Aktif Teroris Mencari Fa'i dengan Merampok Toko Emas (http://ramalanintelijen.net/?p=6604)

-Densus 88 Mau Dibubarkan?Janganlah! (http://ramalanintelijen.net/?p=6514)

-Umar Patek dan Teroris Indonesia yang Semakin Pintar (http://ramalanintelijen.net/?p=5474)

-Zulkarnaen, Dikejar Pemerintah AS Dengan USD 5 Juta (http://ramalanintelijen.net/?p=3896)

-Mungkinkah Teroris Melakukan Pembajakan Pesawat? (http://ramalanintelijen.net/?p=1672)

-Mengapa Presiden SBY Menjadi Target Teroris (http://ramalanintelijen.net/?p=1642)

 

 

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.