MANTAN PM JEPANG
SHINZO ABE TEWAS DITEMBAK, BISA MENGINSPIRASI AKSI TEROR DI INDONESIA

12 July 2022 | 1:54 pm | Dilihat : 97

Mantan Perdana Menteri Shinzo Abe yang berusia 67 tahun meninggal dunia pada Jumat (8/7) setelah ditembak saat berkampanye untuk pemilihan parlemen, seperti diberitakan lembaga penyiaran publik NHK.

Pelaku yang menjadi tersangka, Tetsuya Yamagami, ditangkap di lokasi penembakan. Dia
seorang pria berusia 41 tahun yang merupakan warga kota di kawasan Barat itu menembak Abe dari belakang dengan senjata buatan sendiri (semacam shot gun) saat berpidato dalam kampanye pemilihan parlemen di wilayah bagian barat dari kota Nara.Insiden penembakan terhadap Abe merupakan pembunuhan pertama terhadap seorang pejabat atau mantan Perdana Menteri Jepang sejak zaman militerisme sebelum perang di tahun 1930-an.

Berbicara sebelum pengumuman meninggalnya Shinzo Abe, Perdana Menteri Fumio Kishida sangat mengutuk penembakan itu. Abe merupakan pemimpin Jepang dengan masa jabatan terlama setelah menjabat dari 2006 hingga 2007 dan kemudian dari 2012 sampai 2020. Ia kemudian mengundurkan diri karena menderita penyakit usus kronis.

Pelaku penembakan,Tetsuya Yamagami diketahui memiliki latar belakang akademis yang luas, dia disebutkan merupakan Profesor di dua Universitas Jepang. Tetsuyama juga memiliki spesialisasi dalam terapi fisik untuk pasien demensia. Pelaku juga tercatan sebagai mantan anggota Pasukan Bela Diri Jepang.

Badan Polisi Nasional Jepang (NPA) yang kemudian menggerebek rumah pelaku penembakan berhasil menemukan sebuah bom rakitan, bahan peledak dan senjata rakitan multi laras. Motif belum terungkap, dan belum resmi diumumkan, NHK memberitakan, Pria tersebut mengatakan kepada polisi bahwa dia tidak puas dengan Abe dan ingin membunuhnya. Ada informasi lain yang perlu di dalami, menyebutkan dia ikut salah satu sekte yang dilarang di Jepang, dimana pemimpin sektenya ditangkap pada era pemerintahan Shinzo Abe.

Presiden Jokowi dalam akun resmi instagram @jokowi pada Jumat (8/7/2022) menyampaikan duka cita atas kepergian tragis mantan PM Jepang Shinzo Abe itu. "Kontribusi beliau dalam memperkuat kerja sama RI-Jepang akan selalu kami kenang. Semoga keluarga PM Abe dan seluruh masyarakat Jepang diberikan kekuatan di tengah masa sulit ini," tulis Presiden dalam cuitannya di IG.

Analisis

Penembakan Abe, mantan PM Jepang yang cukup lama memerintah ini sangat mengejutkan rakyat Jepang dan para pemimpin dunia. Insiden penembakan yang menewaskan Abe terjadi di negara yang jarang ada kekerasan politik serta ketatnya kontrol senjata.

Dari persepsi intelijen, tindakan Yamagami sementara dikenal semacam aksi teror "lone wolf", belum ada informasi aksi ini terkait dengan kelompok teroris atau gerakan radikal lainnya. Secara pasti dan jelas motif membunuh Abe sangatlah kuat, mengingat kejadian serupa tidak pernah terjadi. Pelaku menyiapkan senjata rakitan. Apabila informasi masalah latar belakang sekte terlarang itu benar, kasus menjadi menarik, mengingat Yamagami adalah Professor (Associate) di dua Universitas di Jepang dan mantan Anggota Pasukan Bela Diri Jepang yang disiplinnya tinggi.

Tindakan penyerangan fisik jelas mampu dilakukannya sebagai ex militer, tetapi pengambilan keputusan dengan resiko tinggi dalam budaya Jepang, juga sebagai ilmuwan level Profesor dan ketatnya kontrol senjata di Jepang menjadi era baru yang menarik diteliti lebih dalam. Bila dia lone wolf, mungkin bisa saja terinspirasi beberapa kasus penembakan di AS dan beberapa negara lain baru-baru ini. Secara psikologis kasus ini bukan tidak mungkin bisa menginspirasi baik lone wolf mereka-mereka yang tidak puas atau juga kelompok radikal di negara lain termasuk di Indonesia.

Bagi Indonesia, kasus ini sebaiknya menjadi bahan pemikiran badan intelijen, Polri dan Paspampres, terhadap pengamanan baik pejabat atau mantan pejabat dan pemimpin nasional. Saat ini dinamika politik mulai hangat menuju ke pilpres 2024. Mulai muncul persaingan parpol, kelompok, perorangan dan bisa semakin ekstrem.

Dengan masih adanya jaringan tertutup kelompok teroris Al Qaeda, ISIS serta ormas keras yang dilarang, ada informasi mereka akan masuk ke wilayah legislatif dengan mengusung konsep khilafah. Sel-sel tidur itu masih ada dan bukan tidak mungkin mereka terinspirasi mengirim pesan eksistensi dengan aksi spektakuler serupa yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Perlu diingat, aksi teror tidak harus dengan jatuhnya jumlah korban banyak, tetapi nilai tinggi sasaran yang berdampak besar psikologisnya bisa menjadi pilihan mereka

Kesimpulan

Aksi pembunuhan terhadap mantan PM Shinzo Abe walau motif belum dipastikan, tetapi latar belakang penembakan jelas sangat kuat. Sementara ini dinilai sebagai pelampiasan rasa sakit hati, tidak puas, dari seorang akademisi level profesor dan mantan militer.

Besarnya efek psikologis pemberitaan perlu dicermati lebih dalam bagi aparat keamanan karena di Indonesia bisa merangsang simpatisan menjadi lone wolf atau anggota kelompok teroris dan radikal di Indonesia untuk berbuat serupa.

Penulis menyarankan lakukan pemeriksaan sekuriti terhadap sistem pengamanan. Inisiatif berada pada mereka yang berniat jahat, ini bagian tersulitnya, terbukti sistem pam Shinzo Abe lengah dan kecolongan.

Semoga bermanfaat, Pray Old Soldier.

Penulis : Marsda Pur Prayitno W Ramelan, Pengamat Intelijen, http://ramalanintelijen.net

This entry was posted in Politik and tagged . Bookmark the permalink.