JOKOWI PEMIMPIN LANGKA DAN KHUSUS, KUATKAH BERTAHAN?
4 May 2022 | 6:07 pm | Dilihat : 588
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan ucapan selamat atas pelantikan Joe Biden dan Kamala Harris sebagai Presiden dan Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat (AS) Foto: Dokumentasi Biro Pers/Setpres
Nama Jokowi terkenal dan popular seantero jagad, nama aslinya Joko Widodo, lahir di Surakarta 21 Juni 1961, menurut primbon Jawa mempunyai weton Rabu Pon. Bintangnya Cancer, perbatasan antara Gemini dan Cancer, sehingga banyak yang lahir tanggal ini memiliki sifat dan karakter campuran antara Gemini dan Cancer daripada dominan Cancer (Kalau menurut bintang, pria Gemini itu orangnya sangat antusias dan punya semangat yang tinggi. Rasa ingin tahunya begitu besar. Ia menawan, berwawasan luas, dan pintar secara intelektual. orangnya kritis dan selalu mempertanyakan banyak hal. Sementara Cancer memiliki sifat yang moody, keadaan hati bisa berubah, rasa ingin tahunya sangat besar). Itulah ramalan bintang sekilas tentang pak Jokowi yang asli Jawa.
Mengapa penulis sebut pemimpin langka dan khusus? Dalam pakem intelijen ini harus dijawab. Kita lihat saat beliau menjadi Presiden, sekat kendoro-ndoroan dihapus, pakaiannya baju putih di 'linting', semua disederhanakan, tidak mewah, tetapi dalam protokol keamanan. Pria sederhana ini kini diakui sebagai pemimpin besar dan dipilih menyelenggarakan KTT G20, hebat. Dalam kondisi keterbatasan anggaran, berani menetapkan infrastruktur yang manfaatnya luar biasa dan juga sumda manusia. Kalau foto dengan menteri cukup duduk ditangga istana, presiden yang mau masuk kampung, pasar, tidak tabu bertemu rakyat kecil.
Bila ditarik mundur, pak Jokowi berkarier mulai menjabat Walikota Solo, Gubernur DKI dan menang dalam pilpres 2014 lawan Prabowo Subianto. Pak Jokowi ini bukan tokoh utama partai oleh Bu Mega disebut petugas partai, tetapi sikon menghendaki dia pantas menjadi capres PDIP. Ketum PDIP Megawati menceritakan pengalamannya saat memutuskan mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden. Mega mengatakan, pilihannya kepada Jokowi bukan karena alasan pragmatis, tetapi karena dirinya memilih dengan hati yang bersih.
"Saya sendiri mikir apa karena dulu saya dapat membuktikan bahwa Insya Allah pilihan saya karena saya mencarinya dengan hati yang bersih, bukan secara pragmatis. Melihat kok Pak Jokowi, kalau dipikir kan dulu siapa Jokowi?" Ibu Mega istilahnya sudah memberikan berliannya yang besar kepada Jokowi. Sukses diterima tokoh yang tepat, partainya wong cilik punya pemimpin wong cilik tetapi hebat.
Pak Jokowi Antara Takdir dan Ridha Allah
Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi.
Demikian juga dengan pak Jokowi, beliau jelas ditakdirkan menjadi Presiden Indonesia karena kini sudah menjadi presiden. Penulis pada bulan April 2019 sebelum pencoblosan pilpres menulis kunjungan pak Jokowi ke Arab Saudi saat minggu tenang. Hanya karena takdir dan ridha Allah Pak Jokowi dan Ibu Iriana menjadi tamu kehormatan Raja Salman, mencium Hajar Aswad, salat di Raudah, masuk dan Salat di dalam Kabah, dan yang istimewa diijinkan masuk ke dalam makam Rasulullah. Ijin masuk dan ziarah di dalam makam Rasulullah bagi Ibu Iriana adalah kejadian kalinya ada wanita bisa masuk ke makam Nabi di Madinah.
Apa yang tersirat dari kejadian tersebut, itulah takdir Presiden Jokowi yang dengan ridha dan barokahNya mendapat keistimewaan yang bagi jutaan umat Muslim mungkin hanya mimpi. Nah untuk lengkapnya kisah tersebut, klik link penulis tiga tahun yang lalu, ini, http://ramalanintelijen.net/2019/04/20/berat-melawan-jokowi-yang-mendapat-ridha-allah/
Apakah Mungkin Presiden Jokowi Jatuh?
Dalam perjalanan era kepemimpinan keduanya yang baru berjalan 2,5 tahun, pak Jokowi mengalami tekanan sebagai presiden. Pertama perkembangan geopolitik di kawasan regional, pertentangan antara Amerika dengan China Tiongkok bisa mengimbas dan berakibat buruk bagi Indonesia. Kedua, invasi Rusia ke Ukraina yang mengakibatkan marahnya AS dan NATO kepada Rusia, kini mengimbas Indonesia. Sebagai Presidensi G20, untuk KTT bulan November 2022 di Bali, AS menyatakan tidak setuju Putin diundang, bahkan akan mengeluarkan Rusia dari G20. Tetapi Presiden Biden menyatakan bila Rusia diundang Maka Ukraina juga harus diundang.
Terkait KTT G20 tersebut, sementara Indonesia menyatakan netral, mengundang Rusia dan akan mengundang Ukraina. Hal ini jelas harus dihitung, bisa beresiko terutama dengan jabatan Presiden Jokowi. Invasi Rusia ke Ukraina diatur dengan strategi psywar (PUS Prop), yaitu Perang Urat Syaraf dengan kegiatan militer. Terindikasi intelijen AS dan Five Eyes secara clandestine akan melakukan upaya memotong kehadiran Putin (delegasi Rusia). Australia dan Canada sebagai anggota Lima Mata sudah tegas menyatakan keberatan dan menolak. Sementara PM Boris Johnson yang baru berkunjung ke ibukota Ukraina, Kiev menyatakan perkiraan intelstrat, bahwa perang akan berlarut hingga 2023.
Jelas Indonesia harus lebih smart dan cerdik memosisikan politik LN, tidak sekedar diplomasi bebas aktif, tetapi menghitung dari kepentingan dan tujuan nasional Indonesia. Kita tahu bahwa Kepentingan nasional Indonesia yang pertama adalah 'survive' (Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia). Disinilah presiden beserta para pembantunya harus mengukur dalam mengambil keputusan baik dalam konflik OBOR (China) versus Indo Pacific (AS) maupun imbas perang di Ukrania yang kini mengimbas Presidensi G20. Sangat tidak elok apabila kita diobok-obok oleh para pihak yang berseteru. Sebagai Presidensi G20 itu jelas ini gengsi sebuah negara, tetapi memiliki kerawanan tinggi, disebabkan diplomasi kita kurang fleksible, terlalu 'kekeuh' dengan standart kaku berjargon 'jangan takut sama Barat!'.
Walaupun mempunyai kondisi rawan, dari persepsi intelijen ancaman Luar Negeri, sementara ini penulis secara sederhana memprediksikan posisi Presiden Jokowi masih aman, tidak terindikasi adanya proksi luar. Dari pertimbangan lahiriah, situasi dan kondisi politik DN tidak ada alasan atau tuduhan presiden melakukan pelanggaran konstitusi sehingga beliau dapat di makzulkan. Gegap gempita anti tiga periode dan pemunduran pemilu langsung reda, ditanggapi cepat, KPU langsung dilantik.
Kini rakyat enjoy dan happy diijinkan mudik karena pemerintah berhasil mengatasi pandemi Covid19, bahkan menurut presiden kita sedang transisi menuju ke endemi. Tekanan psikologis dan keresahan rakyat selama dua tahun yang dibatasi mudik karena Covid19, kini kerannya dibuka. Mereka yang anti infrastruktur pasti ikut menikmati jalan tol yang dibangun atas perintah presiden.
Tentang ancaman Luar Negeri, penulis pada awal agak khawatir bila pola penjatuhan PM Najib dilakukan di sini. Amerika kini lebih fokus ke Ukraina bersama anggota- anggota NATO membela Ukraina. Lebih tenang dalam menilai potensi konflik keras dengan China. Keberanian China dalam hard conflict (militer) dengan AS di LCS menurun dan China menerapkan Grey Zone Strategy, menghindari konflik militer (perang terbuka) apapun levelnya dengan Amerika beserta sekutu.
Dari sejarah keterlibatan intelijen dan militer Amerika dalam perang Vietnam, Afghanistan, Irak, Libya, Syria, yang penulis waspadai adalah operasi conditioning AS tahap awal. Bila sebuah negara dinilai mengganggu kepentingan nasionalnya, akan menerapkan 'stick', Kepala Negara diturunkan dengan cara proksi atau diserbu langsung. Tetapi, nampaknya Presiden AS Joe Biden menolong posisi Presiden Jokowi, dengan memberi jalan keluar agar Ukraina diundang ke G20. Berarti ancaman yang serius AS turun ke level hambatan atau gangguan. Itulah kira-kira pembacaan dari perspektif intelijen. Amerika kini menilai bahkwa Presiden Jokowi adalah tokoh terbaik hingga 2024, belum ada yang dinilai pantas menggantikannya.
Kesimpulan
Dari analisis diatas, serta pembacaan intelijen strategis, posisi Presiden Jokowi dinilai masih kuat, kondisi perpolitikan dalam negeri walau ada yang anti, tetap terkendali. Dalam kasus migor dan Pertamax yang menurunkan citra dan wibawa pemerintah, mungkin diperlukan setting ulang para pejabat yang dinilai kurang peka serta tidak berani atau keliru dalam mengambil keputusan.
Dari kondisi ATHG luar negeri, Amerika walau sangat serius menentang Rusia, masih melindungi dan belum terindikasi akan melakukan hard stick (teori potong kepala ular), karena masih nyaman dengan Pak Jokowi dan belum ada tokoh di Indonesia yang dinilainya lebih baik darinya.
Sebagai penutup, berbicara masalah batiniah, takdir dan ridha, penulis masih sangat yakin bahwa Pak Jokowi dengan doanya 'Selamatkan Indonesia' In Sha Allah dijaga Allah sebagai pemimpin 270 juta rakyat. Salah satu buktinya, keberhasilan Indonesia mengatasi dan menang perang melawan pandemi covid19 yang menuju ke endemi adalah pekerjaan kita semua, tetapi keputusan awal pada presiden, itulah ridho dan barokah Allah, karena covid19 bisa menyerang manusia bukankah juga karena ijin Allah? Semoga bermanfaat, Pray Old Soldier.
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno W. Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net