Berfikir Dengan Logika Tentang Corona Virus, Covid-19
24 April 2020 | 11:14 am | Dilihat : 2155
Virus baru SARS-CoV-2 sudah sekitar empat bulan mengintimidasi dan menghantui penduduk bumi termasuk Indonesia. Covid mulai bertebaran di AS mulai 1 Maret 2020 (tercatat di New York sebagai episenter) dan di Indonesia pada 2 Maret dengan Jakarta sebagai episenter. Dari jumlah 331.002.651 penduduk AS tgl 23 April 2020, Covid merenggut nyawa 37.602 jiwa dan ada 776.907 orang yang terinfeksi. Mengerikan!!
Penduduk Indonesia adalah jumlah ke-empat terbanyak di dunia, setelah China, India dan AS. Pada tanggal 23 April 2020 penduduk Indonesia yg meninggal 647 jiwa dan yg terinfeksi 7.775 orang dari jumlah penduduk Indonesia 269.603.400 orang.
Analisis
Berfikir Logika, intelijen sebaiknya bisa menjawab Siabidiba"me" dalam pulbaket intelijen, yaitu kata mengapa?. Di AS baik Presiden Trump dan para Gubernur negara bagian sama-sama pusing dengan pelaksanaan lockdown yang tdk efektif memblokir covid, korban meninggal terus berjatuhan.
Jumlah korban 37.602 itu setara dengan 37 batalyon dan belum akan berhenti. Muncul pertanyaan "mengapa" negara super power ini tidak berdaya? Semuanya serba modern, ahli medis mereka punya, kesehatan sangat maju, sistem tertata jelas. Ini yg perlu diyakini Presiden Trump dan intelijen AS, misteri ini adalah kondisi perang, manusia versus virus. Peneliti AS mungkin sedang memikir antibodi, tetapi mengapa tetap gagal, teratas urusan Covid ini. Jadi ini urusan Tuhan belaka, bukan urusan negara dengan negara, diulangi Perang antara manusia melawan virus.
Di Indonesia yang pusing presiden Jokowi, para pejabat, Plt Menteri Perhubungan, Menkes, Menku, MenBUMN, Panglima TNI, Kapolri, empat Gubernur di Propinsi Pulau Jawa serta para petugas di Gugus tugas penanganan Covid, khususnya para dokter serta perawat, mereka ini penempur terdepan yang langsung berhadapan dan ternyata kita harus kehilangan sekian banyak tenaga dokter, spesialis, dokter umum, para perawat, gugur akibat serangan virus yang tidak kasat mata itu . Belum lagi harus dipikirkan, tradisi mudik, penerapan PSBB, penyiapan RS khusus Covid, APD, PCR, subsidi untuk rakyat dan banyak lagi yg ribet-ribet. Blm lagi ada gerakan dan tekanan politik, yang entah terus menonjolkan diri.
Nah, coba kita pikirkan Indonesia dengan penduduk terbanyak ke-empat setelah Amerika, dlm kurun waktu hampir sama dengan AS (NY sebagai pembanding waktu), diintervensi Covid, yg meninggal 647 jiwa, terinfeksi 7.775 orang. Pray percaya tidak ada satupun orang yang bisa menjawab. Di AS korban sudah 37 batalyon, mengapa di sini satu batalyon juga tidak sampai, semua bertanya dan heran. Kita harus bersyukur, Istighfar, Alhamdulillah, hanya itu jawabnya. Kasus ini hanya Allah yang tahu, manusia hanya menduga dan berasumsi.
Ada yg meramal bahwa pertengahan Mei 2020 jumlah yg terinfeksi bisa 50.000. Menurut penulis, sebetulnya ukurannya bukan berapa banyak yang terinfeksi tetapi tingkat kematian jauh lebih penting. Bukankah yg harus diselamatkan nyawa manusia? Berapapun yg terinfeksi selama tidak menyebabkan kematian tidak mengapa, artinya masyarakat kebal mampu melawan covid. Terlepas dari macam2 pemikiran dan teori, entah menuduh pemerintah kita kurang alat tes PCR dan Rapid test, juga kurangnya disiplin penduduk, jumlah yg meninggal tgl 23 April hanya 11 orang, di AS ada 2.077 jiwa, mengerikan.
Di sini yang sembuh (960) makin banyak bedanya dibandingkan dengan yang meninggal (647). Informasi penting yang penulis dapat dari rekan dengan link ke AS, bahwa perekonomian akan diaktifkan negara-negara Barat, bukan dengan dasar dari jumlah berapa yang terinfeksi, tetapi berapa jumlah meninggal dan melandainya kurva mortalitas.
Tetapi kini, pemerintah dibawah Presiden Jokowi serta empat Gubernur di pulau Jawa makin mampu mengenali karakter Covid. Buktinya yg sembuh makin banyak, yang meninggal agak terkendali. Sementara belum ditemukan obatnya, lawan Covid ini adalah antibodi dan disiplin, mereka yang dirawat tidak berat lebih ditingkatkan imunitas tubuhnya . Hidup sehat, imunitas tinggi, Physical Distancing, work From Home dan penggunaan masker harus dijaga dan dipertahankan. PSBB sementara ini bisa mengurangi 34% aktivitas mudik dll.
Dari informasi Gugus Tugas, korban meninggal mayoritas pada rentang usia 45-65 tahun (rentan). Korban terutama yg memiliki penyakit penyerta. Artinya apabila mereka bisa mengamankan diri, jelas diharapkan bisa menurunkan jumlah kematian. Bagi yang lebih muda apabila tertular, tanpa terasa mereka bisa menulari orang lain. Pray sudah menulis beberapa artikel tentang covid membahas masalah ini.
Beberapa informasi penting adalah, peta dunia terkait virus menunjukkan negara-negara dengan korban terbanyak berada pada posisi antara 23,5 - 60 derajat Lintang Utara. Kedua, virus ada tiga tipe, Tipe A menyerang AS, Australia dan Italia, tipe B menyerang Spanyol, Inggris, Perancis, Jerman, Belanda dan beberapa negara Eropa, serta Iran dan Turki.
Singapura sebagai tetangga dekat Indonesia yang menulari virus tipe C ke Italia, kini terkena masalah gelombang kedua.Singapura melaporkan 1.426 kasus baru COVID-19 pada Selasa (21/4/2020) sehingga total kasus positif COVID-19 melonjak jadi 9.125. Dari 1.426 kasus baru tersebut 1.369 adalah para pekerja asing. Kini Singapura menjadi negara terbanyak kasus positif di Asia Tenggara.
Para ilmuwan meyakini virus SARS-CoV-2 terus bermutasi untuk mengatasi resistensi sistem kekebalan pada populasi yang berbeda. Virus tipe B mutasi dari tipe A kini nyaman dengan kekebalan penduduk Wuhan, China, tetapi silent killer terganas di Eropa.
Menurut peneliti, Ras Kaukasoid kini paling banyak menjadi korban. Virus tipe, B dan C akan bermutasi pada tubuh ras ini yg berkulit putih. Khusus untuk AS mayoritas yg meninggal karena terinveksi tipe A. Golongan bangsa yang termasuk ras kaukasoid antara lain: Nordic (Eropa Utara sekitar Laut Baltik).Mediterania (Sekitar laut tengah, Amerika Utara, Amerika, Arabia, Armenia, Iran). Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur).
Indonesia terbanyak penduduknya dari ras Mongoloid Melayu, kemungkinan besar apabila terinfeksi covid tipe manapun tidak akan bermutasi. Oleh karena itu banyak yang kemudian sembuh selama imunitasnya baik dan tidak ada penyakit penyerta. Bagian terpenting dan harus diwaspadai kelompok rentan, ada yang terpapar tanpa tanda-tanda khusus, tetapi bisa menjadi penular (carrier).
Kesimpulan
Menjawab keganjilan perbedaan korban Covid antara Amerika dengan Indonesia, jawabannya adalah hanya keberkahan Allah yang menyelamatkan penduduk Indonesia. Indonesia adalah negara tropis, dibawah 23,5 derajat LU, dimana Covid tidak terlalu mengganas. Kedua Ras Indonesia bukan Kaukasoid, sehingga bila Covid menginveksi kemungkinan besar tidak bermutasi, sehingga anti bodi seseorang dapat menetralisir antigen virus.
Secara umum, Covid-19 tetap akan bisa menginveksi siapapun kecuali kita mampu melindungi diri. Jumlah yg meninggal akan turun apabila masyarakat patuh aturan PSBB, dan mereka yg memiliki penyakit penyerta yang berusia antara 45 -65 tahun stay at home, physical distancing. Bila beberapa hal ini diikuti, InsyaAllah awal Mei kurva akan mencapai puncak, kemudian melandai dan kita bisa Sholat Ied bersama, Aamin.
Apakah mungkin? Intelijen adalah bisnis yang sangat sulit, dan akan berakhir menjadi sebuah prediksi, tetapi dengan fakta-fakta yang berlaku, InsyaAllah sangat mungkin benar, membaca tidak hanya yang tersurat tetapi lebih penting yang tersirat. Prediksi kehancuran ISIS, kejatuhan PM Najib dengan teror MH370, kemenangan Pak Jokowi dalam Pilpres 2019, kekalahan Ahok dalam pilkada DKI, adalah prediksi yang pernah dibuat dan Alhamdulillah sukses. Mari kita terus berdoa keselamatan dunia dan akhirat pada bulan suci Ramadhan, semoga dikabulkan Allah. Paling tidak kita mestinya sangat bersyukur tidak mengalami ujian seperti AS, Italia, Spanyol dan Equador yang babak belur dihajar Covid. Semoga bermanfaat, Pray Old Soldier.
Penulis : Marsda Pur Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net
Jkt, 24 April 2020.