Persepsi Intelijen (Seberapa Jauh Kita Mengenali Covid-19 Sebagai Ancaman?)
12 April 2020 | 8:43 am | Dilihat : 169
Jubir pemerintah penanganan Covid-19 Ahmad Yurianto hari ini tanggal 12 April 2020 melaporkan, warga Indonesia yang positif terinfeksi 4,241 orang, sebanyak 373 orang meninggal dunia dan 359 yang sembuh. Sementara data di AS, yang positif terinfeksi 533,115, jumlah meninggal 20,580 dan 30,502 yang sembuh.
Sikon saat ini kita sedang berperang melawan musuh yg tdk terlihat tapi mampu menginfiltrasi masyarakat, dlm 40 hari sejak 2 Maret 2020 pihak kita sudah jatuh korban 373 meninggal.
Menurut terminologi intelijen militer, dalam peperangan, informasi yg harus kita kuasai adalah kekuatan, kemampuan dan kerawanan baik lawan atau diri sendiri. Sun Tzu, ahli strategi perang (The Art of War) menyebutkan : "Ia yang mengenal pihak lain (musuh) dan mengenal dirinya sendiri, tidak akan dikalahkan dalam seratus pertempuran. Ia yang tidak mengenal pihak lain (musuh) tetapi mengenal dirinya sendiri memiliki suatu peluang yang seimbang untuk menang atau kalah. Ia yang tidak mengenal pihak lain (musuh) dan dirinya sendiri cenderung kalah dalam setiap pertempuran." Pengertiannya disini adalah untuk menang kita harus menguasai informasi intelijen.
Mengenali Virus SARS-CoV-2 dan Penyebaran
Informasi yang sering diberitakan tentang Virus saat ini yang menyebabkan Covid-19, umumnya tentang bahaya penularan, cara menghindari, serta tindakan preventif lainnya. Sementara informasi intelijen yang diberitakan adalah hasil kajian BIN, untuk kasus Covid-19 tentang perkiraan angka. Seperti hingga akhir April diperkirakan yang terpapar 27.307 orang. Akan terjadi lonjakan drastis pada akhir April yang diprediksi mencapai 95.451 orang. Sementara itu untuk prediksi pada akhir Juni dan akhir Juli masing-masing diestimasi sebanyak 105.765 orang dan 106.287.
Menyadari lambatnya uji Covid yg mampu dilakukan oleh LBM Eijkman, Badan Intelijen Negara (BIN) memberikan bantuan alat laboratorium biologi molekuler kepada Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman untuk membantu penanganan virus Corona. Setama BIN, Komjen Pol Bambang Sunarwibowo mengatakan, bantuan alat laboratorium itu diharapkan dapat meningkatkan kemampuan uji COVID-19 yang semula 180 spesimen per hari, bertambah menjadi 360 spesimen pasien per hari.
Sebenarnya kemampuan uji virus jelas banyak dikuasai oleh peneliti di sini, hanya dalam perang besar ini lebih baik bila badan2 intelijen di Indonesia terlibat penuh, seperti CIA yang pernah memberikan early warning kepada Presiden Trump.
Mengacu Informasi intelstrat komponen sejarah dan pertahanan tentang penyebaran dan type Covid diberitakan oleh Media Daily mail. Metode yang digunakan untuk melacak migrasi prasejarah manusia purba diadaptasi untuk melacak penyebaran virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan COVID-19.
Disebutkan bahwa peneliti dari Cambridge University memetakan sejarah genetik infeksi dari Desember hingga Maret dan menemukan tiga varian yang berbeda, tetapi berkaitan erat.
Analisis strain menunjukkan tipe A - virus asli yang melompat ke manusia dari kelelawar melalui trenggiling - bukan yang paling umum di China. Sebaliknya, ground-zero pandemi itu terutama ditabrak oleh tipe B, yang beredar sejak Malam Natal.
Hasil penelitian menunjukkan tipe A adalah yang terbanyak ditemukan di Australia dan AS, tercatat lebih dari 400.000 COVID-19 kasus. Dua pertiga sampel Amerika adalah tipe A - tetapi pasien yang terinfeksi sebagian besar berasal dari Pantai Barat, dan bukan New York.
Sementara para ilmuwan dari Fakultas Kedokteran Icahn di Gunung Sinai N.Y.U. dan Grossman School of Medicine yang mempelajari DNA dari ribuan sampel pasien coronavirus menyimpulkan bahwa para wisatawan pertama yang membawa virus ke New York berasal dari Eropa, bukan Asia.
Tetapi mereka juga menemukan bahwa untaian virus yang tiba di negara bagian Washington berasal dari China.
Dr Peter Forster dan timnya menemukan Inggris sebagian besar dibombardir dengan kasus tipe B, dengan tiga perempat sampel pengujian sebagai strain itu. Swiss, Jerman, Prancis, Belgia dan Belanda juga didominasi oleh tipe B. Variasi lain yang berbeda, tipe C, turun dari tipe B dan menyebar ke Eropa melalui Singapura.
Kesimpulan Penelitian
Tipe A paling dekat dengan yang ditemukan pada kelelawar dan trenggiling dan memiliki dua sub- cluster.Satu sub-kluster yang terhubung dengan Wuhan dan yang lainnya adalah umum di AS dan Australia.
Tipe B berasal dari tipe A dan telah menjadi yang paling lazim di Wuhan.
Tipe C adalah 'princes' tipe B dan menyebar ke Eropa melalui Singapura
Data sekarang menunjukkan tipe B menyebar lebih merajalela - Para ilmuwan meyakini virus - yang secara resmi disebut SARS-CoV-2 - terus bermutasi untuk mengatasi resistensi sistem kekebalan pada populasi yang berbeda.
Kini pertanyaan pulbaket intelijen, penelitian diatas tidak menyebutkan type Virus mana yg beredar di Indonesia (A, B atau C ?). Kasus positif pertama di Indonesia ditemukan dari warga Jepang asal Malaysia, apakah yg beredar di sini seperti type C seperti yang telah menyebar dari Singapura?
Oleh karena itu informasi seperti diatas tentang musuh harus dikuasai. Kini Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman sudah didukung BIN sebagai intelijen negara, temukan titik rawan dan kemampuan Virus ini, maka antisipasi pemerintah akan sesuai dengan yang dibutuhkan.
Kalau musuh yang tidak kasat mata ini tidak kita kenali maka bukan tidak mungkin dia akan merajalela dan efeknya akan mengimbas ke Komponen intelstrat lainnya. Semoga bermanfaat. Pray.
Oleh : Marsda Pur Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen , www.ramalanintelijen.net