MASUKAN UNTUK PARTAI GOLKAR

8 April 2019 | 6:13 pm | Dilihat : 518

FB_IMG_1554705728554

Penulis bersama Mas Indra Bambang Utoyo serta mantan Kabais, Marsdya Pur Ian Santoso saat beraudiensi ke Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto di Mabes TNI Cilangkap, didampingi Kabais TNI Marsda TNI Kisenda (foto : koleksi pribadi)

Tadi malam penulis melakukan perenungan, berfikir dan menulis tentang prediksi dari 16 parpol, mana yang akan lolos ke Senayan. Ambang batas parlemen atau Parliamentary threshold (PT) 4 persen itu berat (http://ramalanintelijen.net/prediksi-intelijen-maksimal-sembilan-parpol-lolos-ke-senayan/)  Hanya parpol yg memiliki Ketum dengan citra baik atau lumayan sebagai Patron atau parpol yg sistem pengkaderannya baik akan bisa lepas dari jepitan PT, bisa duduk di kursi diantara 560 wakil  DPR .

Membahas tiga besar parpol hasil survei yang penulis buat tadi malam hingga pukul 02.00 WIB, didapat kesimpulan, PDIP sebagai partai Anker dengan tagline "wong cilik" tetap sulit tergoyahkan. Dari hasil survei lima lembaga survei, elektabilitasnya diperkirakan antara 23,5persen - 26,9 persen . Pengaruh pak Jokowi sebagai calon presiden jelas menjadi perkuatan positif elektabilitas bagi PDIP. Peran Ibu Megawati yg masih dianggap setengah Dewa tetap mampu menjaga soliditas PDIP.

Sementara Partai Gerindra diuntungkan karena Ketua Umumnya menjadi calon presiden. Prabowo dilihat sebagai yang pernah berkiprah di militer yang muncul diantara supremasi tokoh-tokoh  sipil. Sepertinya ada nilai ketegasan khas militer yang masih disukai rakyat, apapun alasannya. Melihat hasil survei lima  lembaga yang penulis gunakan, posisi Partai Gerindra berada di dua besar, range bawah dan atasnya antara 11,7 - 17% persen.

Sementara Partai Golkar diprediksi berada pada posisi ketiga dengan  range perolehan 9,4 - 11,8 persen. Gerindra tetap lebih unggul dari Golkar, posisi keduanya hanya bisa bergeser bila pada waktu-waktu  terakhir tingkat kesukaan terhadap  Golkar naik dan Gerindra stagnan. Besaran nilai  dari margin of error dari suvei yg rata-rata 2% serta masih adanya responden yg belum menjawab. Nah, baru Golkar sebagai partai anker senior bisa menyalip. Tetapi prediksi ini nampaknya agak  kecil.

FB_IMG_1554705688107

Pertemuan khusus, diskusi geostrategi dan geopolitik (foto : IBU)

Kelemahan Golkar sebagai partai senior yg berkiprah terlama, salah satu faktornya karena Ketua umumnya kalah pamor dari Megawati dan Prabowo. Budaya paternalistik jelas masih kental di Indonesia, dimana peran patron masih  sangat penting.

Kesimpulannya, Golkar butuh srong leader, untuk ini perlu adanya keinginan reformasi pengurusya, terutama Ketumnya. Apabila Golkar setelah pemilihan legislatif berani memutuskan mengganti Ketum yg kuat, untuk masa mendatang, jangankan Gerindra, kemungkinan Golkar bisa juga mengimbangi PDIP. Dari spotting intelstrat komponen politik, sejarah dan biografi, penulis menyarankan kepada jajaran Partai Golkar untuk memilih Bapak Indra Bambang Utoyo (IBU) setelah pilpres dijadikan Ketua Umum Golkar.

Mengapa IBU? Partai Golkar butuh pemimpin yg bersih, berani dan memiliki pemahaman yg cukup tentang dunia perpolitikan Indonesia yang  berwarna putih, abu-abu dan hitam. Anak kolong yang kini masuk dan banyak bersentuhan dengan para senior TNI, para politisi, organisasi kemasyarakatan serta pakar-pakar  intelijen.  IBU penulis nilai  semakin mumpuni cara berfikirnya sebagai analis intelijen politik yang merupakan ilmu untuk mengelola strategi parpol di Indonesia. Lebih jauh memahami masalah perkembangan geopolitik, geostrategi dan geoekonomi,

Ini hanya pemikiran dan perkiraan intelijen bagi Partai Golkar, secara realistis. Setelah sekian lama bergaul dgn IBU, penulis semakin mengenalnya. Bahkan ada tokoh intelijen AS yg menyebut Mas Indra ini sbg "white Golkar". Jelas, ini membuktikan bahwa kita selalu diamati dimonitor oleh badan-badan intelijen asing.

Mohon maaf kepada jajaran Partai Golkar, apabila ada yg tidak pas. Ini hanya sekedar saran demi kebaikan bersama. (Pray, Old Soldier, non partisan). Semoga bermanfaat. Pray

Penulis : Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.