Jokowi-Ma’ruf Bisa Menang Minimal 20 Persen Surnas
22 March 2019 | 10:08 pm | Dilihat : 412
Pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin (foto : Reuters)
Artikel dengan judul "Jokowi-Ma'ruf Bisa Menang Minimal 20 Persen Surnas" ini dua hari yang lalu penulis posting di laman Face Book, kemudian atas persetujuan penulis diposting di website kompasiana.com , pepnews.com dan beritalima.com. Berhubung permintaan dari banyak follower, penulis memosting artikel (analisis intelijen) ini di blog pribadi. Selamat membaca sahabat, semoga bermanfaat menambah wawasan.
Pada Pilpres 2014 pasangan Jokowi-JK menang dari Prabowo- Hatta, dan meraih 70.997.833 suara nasional (53,15 %), Prabowo-Hatta, 62.576.444 (46,85%). Selisihnya 6,30 %.
Saat ini, melihat rata-rata hasil enam lembaga survei dari bulan Januari s/d Maret 2019, penulis beberapa waktu lalu memprediksi pada artikel, Jokowi-Ma'ruf yang akan menang. Terlihat dari perbedaan elektabilitas rata2 Paslon 01 dengan paslon 02 menuju ke Pilpres 2019. ( http://ramalanintelijen.net/prediksi-intelijen-jokowi-maruf-akan-menang/)
Dari data survei, rentang selisih minimalnya sebesar 19 persen dan selisih rentang tertingginya 28 persen. Kemungkinan besar pasangan calon 01, Jokowi-Ma'ruf akan unggul diatas 20 persen suara nasional, bahkan maksimal bisa mencapai 23 persen dari paslon 02, Prabowo-Sandi.
Hasil analisis intelijen dengan fakta-fakta yg berlaku, oleh Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest pada Senin (29/9/2014) mengatakan, “Analisis Intelijen adalah bisnis yang sulit, dan pada akhirnya, akan menjadi prediksi.” Tetapi menurut penulis prediksi yang juga dilengkapi dengan informasi yang telah dikonfirmasi dan dinilai sumber dan isinya.
Hasil analisis prediksi kemenangan Jokowi- Ma'ruf dari persepsi intelijen kini menuntut ekstra pengamanan terhadap petahana. Jangan ambil resiko dengan mengorbankan sisi pengamanan pribadi hanya untuk meningkatkan citra dan elektabilitas dalam sisa waktu yang ada. Penulis berani menyebut sudah cukup, target sudah terpenuhi.
Sudah waktunya kini tim sukses TKN yang bekerja menjaga elektabilitas yang sudah unggul berkat kegigihan blusukan pak Jokowi selama beberapa bulan terakhir ke pejuru tanah air tanpa mengenal lelah.
Amankan titik rawan yg mungkin di eksploitasi lawan politik. Peran Jokowi sebagai ujung tombak kampanye dinilai sudah sangat berhasil, kini hanya dibutuhkan finishing touch menuju ke hari "H".
Tanpa mengecilkan arti upaya pak Prabowo- Sandi, BPN serta para pendukungnya, nampaknya dari waktu yang tersisa 26 hari menuju hari pemilihan, sangat berat untuk membalikkan sikon prediksi kekalahannya. Upaya terbesarnya kemungkinan hanya akan mengurangi bobot kemenangan JKW-Ma'ruf dari 23 persen menjadi 20 persen.
Indonesia berbeda dengan AS yg penduduknya lebih maju. Tingkat pendidikan serta cara berfikir yang sederhana di sini sulit diintervensi dengan hoax kelas atas. Sebaiknya taktik kampanye tidak bermuatan character assassination oleh karena akan merugikan citra bangsa yang bermartabat.
Kini konstituen sudah terbagi yang militan dan yang kurang faham. Bagi mereka yg kurang faham dan sederhana, sosok Jokowi yang sederhana, merakyat dan giat bekerja lebih menarik dibandingkan sosok militer yang keras. Ada kecenderungan masih tersisanya residu anti otokratis, lebih nyaman dengan kondisi adem ayem, kira-kira seperti itu.
Mereka masih terbuai dengan sosok SBY yg militer tetapi tidak keras. SBY berpenampilan tenang, tidak meledak-ledak, sementara Prabowo berpenampilan bak panglima perang. Mungkin ini yang dapat dipetik sebagai pelajaran pada masa mendatang bagi para kandidat ex militer yang akan nyapres.
Dari coretan sederhana ini, mari bersama kita berdoa, Semoga Allah melindungi Bangsa Indonesia dari pemikiran serta tindakan tercela, khususnya keamanan pribadi para Capres dan cawapres yang akan dipilih pada hari Rabu Pahing tgl 17 April 2019, Aamiin Yarabbal’alamin.
CATATAN PINGGIR ; Pada pilpres 2014, Jokowi menang tipis dari Prabowo karena track record masih minim, baru tingkat Walikota dan Gubernur. Kemenangan tipisnya sebesar 6,30 persen pada pilpres 2019 penulis prediksi akan melonjak diatas 20 persen, karena kinerjanya dinilai tinggi dan sukses.
Sementara Prabowo belum memiliki kinerja karena memang belum menjadi presiden atau wakil presiden, bahkan menyerang apa yang sudah dikerjakan Jokowi. Prabowo dinilai keras menakutkan dengan gaya militernya, menjadikan kontra produktif dibandingkan Jokowi.
Sebagai petahana, Jokowi dinilai menjadi jurkam utama, lebih bebas dan memiliki peluang lebih besar bersentuhan langsung dengan rakyat. Jokowi cerdik, santai, dekat dengan kelas bawah, tidak tergantung dengan TKN, mesin politiknya.
Sementara Prabowo terbatas dalam berinteraksi dan lebih mengandalkan mesin politik. Ada yang terlupakan oleh 08, bahwa dalam pilpres, rakyat memilih sosok yang mereka lihat, dekat dan dinilai baik.
Demikian catatan pinggir, mari kita sukseskan pilpres dengan aman, tertib dan damai. Salam, PRAY.
Oleh : Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net