Soal Yerusalem, Trump Menginjak Detonator, Membahayakan Amerika
11 December 2017 | 8:06 am | Dilihat : 1294
Presiden AS, Donald Trump, pebisnis yang menjadi presiden terpilih, harus siap menghadapi lawan baik di dalam maupun luar negeri (Foto ; The Telegraph)
Dalam pidatonya di Gedung Putih, Rabu (06/12/2017), Presiden AS Donald Trump mengatakan, "Sudah saatnya untuk mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Hari ini Yerusalem adalah kursi bagi pemerintah modern Israel, rumah bagi parlemen Israel, Knesset, rumah bagi Mahkamah Agung." Pernyataan tersebut, kemudian meledakkan kematrahan banyak pihak, khususnya warga Muslim dimanapun berada, nadanya berupa kutukan, anti Trump dan anti Amerika Serikat.
Dalam bahasa intelijen militer, sebenarnya Trump telah menginjak detonator yang demikian sensitif dan bisa menghancurkan karirnya dan bahkan akan menyeret AS menjadi musuh bersama demikian banyak negara. Apakah presiden AS ini sadar bahwa sehebat apapun militer AS, mereka tidak akan sanggup menghadapi masyarakat yang marah karena presiden yang berbasis pebisnis ini hanya berfikir pragmatis demi dukungan posisi politiknya sendiri.
Pada beberapa kasus di negaranya, warga As banyak menjumpai serangan bersenjata, khususnya yang dilakukan oleh paralone wolf, penembakan tanpa belas kasihan. Itu bukti bahwa ada orang-orang radikal yang menjadi raja tega, membunuh tanpa berkedip. Nah, penulis mencoba menganalisis, apa sebenarnya Presiden Trump mengeluarkan keputusan tersebut.
Negara Israel, Tel Aviv dan Yerusalem
Ketika Israel mengumumkan kemerdekaan pada tanggal 14 Mei 1948, penduduk Tel Aviv berjumlah lebih dari 200.000 orang, kini sekitar 438.900. Tel Aviv adalah pusat pemerintahan sementara Negara Israel sampai pemerintah pindah ke Yerusalem pada bulan Desember 1949. Karena perselisihan internasional mengenai status Yerusalem, kebanyakan kedutaan besar saat itu berkedudukan di atau dekat Tel Aviv. Pada awal tahun 1980-an, 13 kedutaan besar asing berada di Yerusalem kemudian pindah ke Tel Aviv setelah PBB memutuskan kedudukan secara hukum posisi Yerusalem pada tahun 1980.
Pada saat ini terdapat 86 misi-misi diplomatik di Israel baik kedutaan maupun konsulat asing khususnya di Area Metropolitan Tel Aviv (tidak termasuk konsulat kehormatan). Nama Yerusalem terus berkumandang di sebagian umat Kristen, Yahudi dan Muslim, sejak berabad-abad, dimana terus terjadi sengketa berdarah dikota tertua di dunia itu. Dalam bahasa Ibrani disebut Yerushalayim dan dalam bahasa Arab disebut al-Quds.
Kota Yerusalem merupakan labirin dengan gang-gang sempit dan arsitektur bersejarah yang terdapat di empat penjuru kota, kawasan Kristen, Muslim, Yahudi dan Armenia, yang dikelilingi oleh dinding batu berupa benteng tempat berdirinya sejumlah situs tersuci di dunia. Setiap kawasan mewakili populasi tersendiri. Orang-orang Kristen memiliki dua kawasan, karena orang-orang Armenia juga beragama Kristen. Kawasan Armenia ini, yang terkecil dari keempatnya, adalah salah satu pusat Armenia tertua di dunia.
Di dalam Kawasan Kristen terdapat Gereja Makam Kudus, sebuah tempat ziarah penting para penganut orang Kristen di seluruh dunia. Tempat itu terletak di sebuah lokasi yang sangat penting dalam kisah Yesus: kematiannya, penyalibannya dan kebangkitannya.Patriarkat Armenia, serta kalangan kristen Ortodoks Etiopia, Koptik dan Suriah. Tempat ini adalah salah satu tujuan ziarah utama bagi ratusan juta orang Kristen di seluruh dunia yang mengunjungi makam kosong Yesus dan mencari penebusan dalam doa di lokasi tersebut.
Kawasan Muslim merupakan wilayah yang terbesar dari keempatnya, terdapat tempat suci Kubah As-Shakrah, atau Dome of the Rock dan Masjid al-Aqsa di dataran tinggi yang dikenal oleh umat Islam sebagai Haram al-Sharif. Masjid yang dikelola oleh sebuah lembaga wakaf itu merupakan tempat tersuci ketiga dalam agama Islam Islam setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Umat Islam meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW tiba di Masjidil Aqsa ini dari Mekkah dalam perjalanan malam Isra Miraj, dan solat dan berdoa bersama ruh para nabi. Beberapa langkah dari masjid,terdapat Kubah As-Shakrah tempat kedudukan Rasulullah, Muhammad SAW pada peristiwa Isra Miraj.
Di Kawasan Yahudi terdapat Kotel, atau Dinding Ratapan, atau Tembok Barat, sisa dari dinding tempat berdirinya Bait Suci zaman dulu. Di dalam tempat suci itu terdapat Ruang Maha Kudus, situs paling suci dalam agama Yahudi. Umat Yahudi percaya bahwa inilah tempat batu fondasi penciptaan dunia, dan tempat Abraham, atau Nabi Ibrahim, siap mengorbankan anaknya Ishak, atau Ismail. Banyak orang Yahudi yang percaya bahwa Dome of the Rock adalah tempat Ruang Maha Kudus itu.
Konflik Israel dengan Palestina
Konflik Israel-Palestina berlangsung antara Israel dan Palestina yang dimulai pada pertengahan abad ke-20. Asal-usul konflik dapat ditelusuri kembali ke imigrasi Yahudi, dan konflik sektarian di Mandatory Palestine antara Yahudi dan Arab. Ini telah disebut sebagai "konflik paling sulit di dunia", dengan pendudukan Israel yang sedang berlangsung di Tepi Barat dan Jalur Gaza mencapai 50 tahun.Isu utamanya adalah: saling pengakuan, perbatasan, keamanan, hak air, kendali Yerusalem, permukiman Israel, kebebasan bergerak Palestina, dan hak kembalinya Palestina.
Banyak upaya telah dilakukan untuk menjadi perantara solusi dua negara, yang melibatkan pembentukan sebuah negara Palestina merdeka di samping Negara Israel (setelah pendirian Israel pada tahun 1948). Pada tahun 2007, mayoritas orang Israel dan Palestina, menurut sejumlah jajak pendapat, lebih memilih solusi dua negara daripada solusi lain sebagai alat untuk menyelesaikan konflik. Dalam masyarakat Israel dan Palestina, konflik tersebut menghasilkan beragam pandangan dan pendapat. Ini menyoroti perpecahan mendalam yang ada tidak hanya antara orang Israel dan Palestina, tapi juga di dalam masyarakat masing-masing.
Konflik Israel-Palestina:pengakuan, perbatasan, keamanan, hak air, kendali Yerusalem, permukiman Israel, kebebasan bergerak Palestina, dan hak kembalinya Palestina.(Foto : Freedom Poenix)
Ciri konflik adalah tingkat kekerasan yang disaksikan selama hampir seluruh waktunya. Pertarungan telah dilakukan oleh tentara reguler, kelompok paramiliter, sel teror, dan individu. Korban belum dibatasi pada militer, dengan sejumlah besar korban tewas di populasi sipil di kedua belah pihak. Ada aktor internasional terkemuka yang terlibat dalam konflik tersebut.Kedua pihak yang terlibat dalam negosiasi langsung adalah pemerintah Israel, yang saat ini dipimpin oleh Benjamin Netanyahu, dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang saat ini dipimpin oleh Mahmoud Abbas.
Negosiasi resmi dimediasi oleh sebuah kontingen internasional yang dikenal sebagai Kuartet di Timur Tengah (Kuartet) yang diwakili oleh seorang utusan khusus, yang terdiri dari Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, dan PBB. Liga Arab adalah aktor penting lainnya, yang telah mengusulkan sebuah rencana perdamaian alternatif. Mesir, anggota pendiri Liga Arab, secara historis menjadi peserta kunci. Jordan, setelah menyerahkan klaimnya kepada Tepi Barat pada tahun 1988 dan memegang peran khusus di tempat suci umat Islam di Yerusalem, juga menjadi peserta kunci.
Sejak 2006, pihak Palestina telah terbelah oleh konflik antara dua faksi utama: Fatah, partai yang secara tradisional dominan, dan penantang pemilihannya di kemudian hari, Hamas. Setelah kemenangan elektoral Hamas pada tahun 2006, Kuartet mengondisikan bantuan luar negeri masa depan kepada Otoritas Nasional Palestina (PA) mengenai komitmen pemerintah masa depan untuk melakukan kekerasan, pengakuan atas Negara Israel, dan penerimaan perjanjian sebelumnya. Hamas menolak tuntutan tersebut, yang mengakibatkan penskorsan Quartet atas program bantuan luar negerinya, dan pengenaan sanksi ekonomi oleh Israel.
Setahun kemudian, setelah Hamas merebut kekuasaan di Jalur Gaza pada bulan Juni 2007, wilayah yang secara resmi dikenal sebagai PA terbelah antara Fatah di Tepi Barat, dan Hamas di Jalur Gaza. Pembagian tata kelola antar partai telah secara efektif mengakibatkan runtuhnya pemerintahan bipartisan PA. Namun, pada tahun 2014, sebuah Pemerintahan Persatuan Palestina, yang terdiri dari Fatah dan Hamas, dibentuk. Putaran terakhir perundingan perdamaian dimulai pada Juli 2013 dan dihentikan pada 2014.
Mengapa Trump Menyatakan Kedubes AS Pindah Ke Yerusalem?
Keputusan Trump untuk memindahkan kedutaan sebenarnya tidak mendapat banyak dukungan dan tidak populer di AS secara keseluruhan. Dari hasil survey Brookings Institute, keputusan hanya mendapat dukungan 31 persen. Jajak pendapat juga berulang kali menemukan bahwa mayoritas besar orang Yahudi Amerika, yang cenderung rata-rata memiliki standar pendidikan yang lebih baik daripada populasi AS lainnya, dan bersikap liberal menurut tradisi, menentang tindakan tersebut (Kim Sengupta).
Namun deklarasi Yerusalem Trump telah disambut secara luas dan antusias oleh pendukung dari basis agamanya. Johnnie Moore, juru bicara penasihat evangelis Trump menyatakan: “Presiden Trump sekali lagi menunjukkan kepada pendukung evangelisnya bahwa dia akan melakukan apa yang dia katakan akan dia lakukan. Paula White, pendeta "megachurch" dari Florida yang dekat dengan Trump mengatakan, para evangelis sangat gembira, karena Israel adalah tempat suci bagi kita dan orang-orang Yahudi adalah teman kita yang terkasih.
Pada saat kampanye pilpres, Trump banyak didukung dana dari kelompok Kristen dan juga promotor para Yahudi Amerika garis keras. Diantaranya, Sheldon Adelson, miliarder kasino dan donator Partai Republik yang memberikan US $ 20 juta kepada PAC (political action committee) yang mendukung kampanye Trump, serta juga US $ 1,5 juta untuk penyelenggaraan konvensi Partai Republik. Adelson telah melobi Presiden Trump.
Analisis
Keputusan Presiden Trump, jelas mengundang sebuah pertanyaan khusus. Setelah Presiden Obama memindahkan kebijakan pertahanan, dengan teori rebalancing dari kawasan Timut Tengah ke Kawasan Asia Pasifik, ternyata dari sisi geopolitik, perkembangan di kawasan Laut China Selatan, As harus menghadapi ambisi China dengan kebijakan One Belt One Road (OBOR) serta Korea Utara yang berbungah hati karena memiliki peluru kendali berkepala nuklir.
Trump tidak memiliki pengalaman sebagai birokrat, tetapi sangat faseh dalam dunia bisnis entertain. Strateginya saat kampanye sukses dan mampu menumbangkan para politisi dan birokrat kawakan. Setelah menang, ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di sejumlah kota di Amerika Serikat untuk memprotes kemenangan Donald Trump di pemilihan presiden dengan mengalahkan Hillary Clinton. Banyak di antaranya yang meneriakkan sloglan, "Bukan presiden saya." Lainnya membakar boneka Trump.
Saat itu Trump tak hanya harus bertarung dengan calon Demokrat, tapi juga dengan para tokoh Republik, yang satu per satu meninggalkannya. Para pesaing di kubu Republik seperti Marco Rubio, Ted Cruz, Chris Christie, Ben Carson, bertekuk lutut. Langkah Trump melawan tokoh-tokoh mapan ini mengesankan bahwa dirinya adalah orang luar dan orang independen.
Nah, kembali ke pengumumannya yang kontroversial, saat pengumuman, Nampak Wakil Presiden Mike Pence, yang berdiri di belakang Trump dinilai para pengamat nampak mendukung dan bahkan membiarkannya Trump dalam aksi grey decesion. Dukungan juga datang dari Nikki Haley, Duta Besar AS untuk PBB.
Sebenarnya, terdapat beberapa tokoh di pemerintahannya yang menilai dan menunjukkan bahwa kebijakan Yerusalem itu akan menimbulkan gejolak di Timur Tengah dan akan meluas ke dunia Muslim, serta mengakibatkan penyelesaian konflik Israel dan Palestina akan lebih sulit. Para tokoh itu berpendapat akan lebih sulit dalam mempertahankan koalisi melawan kelompok radikal Islam dan dapat membahayakan kehidupan Amerika. Mereka yang keberatan diantaranya Menlu Rex Tillerson dan Menteri Pertahanan James Mattis.
Sementara Jared Kushner, menantu Trump yang memimpin inisiatif perdamaian Israel- Palestina pada awalnya juga mendesak agar lebih hati-hati. Para pengamat menilai posisi Tillerson mungkin akan tergeser dan mungkin akan digantikan oleh direktur CIA Mike Pompeo. Kushner kinipun diketahui telah mengubah pendiriannya setelah melakukan pembicaraan dengan Adelson sang raja kasino.
Dari beberapa fakta serta kaitan informasi, nampaknya keputusan Trump hanya untuk menjaga tekanan serta dukungan dari kelompok pendukungnya. Inilah titik rawan seorang pemimpin, yang apabila tidak segera mengoreksi keputusannya akan menimbulkan kerugian secara politik dan membahayakan Amerika.
Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataan yang mengecam keras pengakuan sepihak Amerika terhadap Yerusalem sebagai ibu kota (Foto :Voa Indonesia)
Dunia kini bergolak, Liga Arab, umat Muslim dunia, negara-negara dimana terdapat umat Muslim, termasuk Indonesia menentang keputusan Trump itu. Presiden Jokowi menegaskan, Indonesia mengecam keras pengakuan sepihak AS terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan meminta AS mempertimbangkan kembali keputusan tersebut. Pengakuan sepihak tersebut telah melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB yang Amerika Serikat menjadi anggota tetapnya serta bisa mengguncang stabilitas keamanan dunia.
Kesimpulan
Keputusan Trump lebih kepada upayanya menjaga suara para pendukungnya, serta dapat dinilai merupakan tekanan dari penyandang dana dari dan kelompok Yahudi radikal yang berada di AS. Yang masih menjadi pertanyaan, Presiden Trump memang tergelincir masuk ke Killing Ground atau dia sengaja dimasukkan ke medan ranjau tanpa disadarinya agar menginjak detonator. Pesan moralnya, para pemimpin nasional negara dimanapun, sebaiknya waspada dalam mengungkapkan sesuatu, yang dirasanya benar belum tentu benar.
AS sebagai negara super power sebaiknya jangan memikir kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan demikian banyak negara lainnya. Mampukah AS melawan solidaritas Muslim dunia? Jelas tidak. Harap waspada warga AS, dimanapun berada, fasilitasnyapun bisa terancam. Kini terorispun bisa mendapat pembenaran. Dari penilaian intelijen, ini mengkhawatirkan.
Penulis : Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net