Menghadapi Ancaman Teroris, Polri Perlu segera Lakukan Pemeriksaan Sekuriti

30 June 2017 | 11:50 pm | Dilihat : 868

masjid faletehan

Masjid Falatehan, yang berlokasi di lingkungan Mabes Polri, tempat anggota polisi diserang (Foto : kriminalitas)

Terjadinya serangan kepada anggota Polri berupa penikaman dengan pisau kembali terjadi setelah kasus penyerangan anggota jaga di pos jaga Polda Sumut yang mengakibatkan seorang anggota polisi tewas. Malam ini Jumat (30/6/2017) sekitar pukul 19.40WIB, (lima hari setelah kasus penikaman) di Polda Sumut, terjadi penikaman dua anggota Brimob  di Masjid Faletehan disebelah lapangan Bhayangkatra Mabes Polri.

Sebelumnya juga pernah terjadi penusukan dimana  Kapolsek Tangerang, Kompol Efendi, bersama dengan Iptu Bambang Haryadi, Kanit Dalmas Polres Metro Tangerang Kota dan Bripka Sukardi anggota satuan lalu lintas Polsek Benteng, menjadi korban penyerangan dan penusukan pada hari Kamis (20/10/2016). Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya saat itu, Kombes Pol Awi Setiyono, "Effendi luka tusuk, Bambang luka dada kiri dan punggung kiri, Sukardi luka punggung kanan dan lengan kanan. Ketiganya sudah dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang Kota," katanya.

Korban penikaman di masjid Faletehan adalah  AKP Dede Suhatmi anggota Resimen 1 Gegana dan Briptu M Syaiful Bakhtiar Resimen 3 Pelopor yang siaga pengamanan lebaran dengan dislokasi lapangan Bhayangkara Mabes Polri. Keduanya mengalami luka-luka tusukan yang cukup serius dan dibawa ke RS Pertamina. Pelaku  yang mengenakan baju biru serta jeans biru usai menikam aparat, kemudian   mengancam jamaah masjid sembari mengacung-acungkan pisau tersebut dan terus berteriak 'thogut' (merujuk kepada sesuatu yang disembah atau ditaati selain Allah). Dia tidak menyerang jamaah sipil lainnya.

usai-penusukan-anggota-brimob-di-dalam-masjid-falatehan-kebayoran-baru-jakarta-selatan-foto-elfany-kurniawanjawaposcom

Suasana usai penusukan anggota Brimob di Masjid Faletehan (foto : JawaPos)

Pelaku mencoba melarikan diri kearah terminal Blok M dan kemudian saat akan ditangkap anggota Brimob lainnya melawan dan terpaksa ditembak hingga tewas. Hingga saat ini tim Labfor Polri sedang melakukan olah TKP untuk menemukan identitas pelaku serta motif serangan.

Polri Perlu Segera Melakukan Pemeriksaan Sekuriti

Pemeriksaan sekuriti adalah salah satu bagian pengamanan terkait dengan SOP serta pengamanan fisik organisasi satuan dan personil. Dalam pemahaman intelijen dilakukan penilaian terhadap pengamanan informasi, kegiatan, pribadi serta organisasi. Hal ini perlu segera dilakukan karena ancaman teror sudah masuk ke ring satu markas polisi tingkat Polda dan kini di sekitar Mabes Polri.

Penyerang di Polda Sumut diberitakan pihak Polri adalah jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), yang kini merupakan organisasi yang sudah berbai'at ke pimpinan ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. Simpatisan serta kader aktifnya tersebar dengan inti para anggota Tauhid wal Jihad (sekitar 400) pimpinan Amman Abdurahman, yang kini menjadi pimpinan JAD. Amman hingga kini masih mendekam di Lapas Kembang Kuning Nusa Kambangan.

tusuk

Anggota Brimob tewas ditusuk di Polda Medan dan kini dua Brimob ditusuk di dekat Mabes Polri. Pisau merupakan senjata utama teror  (foto : Poskota)

Penyerang JAD kini terinspirasi serangan teror di luar negeri, yang menggunakan senjata sederhana seperti pisau, bisa juga melakukan teror  dengan mobil seperti yang dilakukan di Perancis dan London Inggris. Kini kembali serangan dengan pisau terjadi di dekat Mabes Polri, nampaknya betul terinspirasi. Dari dua kasus, apabila ditijau dari sisi pengamanan intelijen menunjukkan adanya keteledoran para anggota, lengah di pos jaga dan lengah di tempat umum walaupun di Masjid.

Perlu diingat bahwa para penyerang yang sudah tercuci otak dengan ideologi ISIS sudah terdoktrin siap berjihad, siap mati sahid dalam pemahaman mereka,  artinya siap mengorbankan nyawa. Mereka, khususnya para simpatisan sulit dideteksi karena banyak diantaranya yang bahkan sudah di bai'at tidak terdaftar, tetapi hatinya sudah memiliki keyakinan penuh. Inilah yang kini dihadapi oleh Polri, lawan yang siap mati.

kapolri soal teror

Kapolri menjelaskan masalah terkait dengan terorisme (foto : detikNews)

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, mereka menyasar polisi, “karena polisi dianggap sebagai kafir harbi. Kafir yang menyerang mereka. Jadi harus diprioritaskan," katanya. Nah, sudah jelas baik jajaran polisi, khususnya par anggota di bawah akan menjadi target buruan, akan diserang saat lengah.

Oleh karena itu Polri sebaiknya melakukan pemeriksaan sekuriti, menyusun SOP baru yang disesuaikan dengan ancaman yang setiap saat bisa muncul. Polisi dalam melaksanakan tugasnya sangat dekat dan bersentuhan dengan masyarakat, dimana teroris bisa berbaur, menyamar dan mendadak melakukan serangan dengan pisau yang mudah didapat. Teror kini tidak perlu dengan bom, tetapi kita lihat efek gentarnya cukup hebat. Bunuh satu yang akan takut bisa mencapai sejuta. Polisi untuk sementara harus saling melindungi dan siaga setiap saat. Inisiatif ditangan penyerang, ini yang makin menyulitkan, lawan tersebar membaur dengan masyarakat.

Principle dan Handler Teroris

Dalam sebuah operasi intelijen, pengertian principle adalah mereka yang mendanai, berada di posisi teratas, dia yang memilih, menentukan handler (pengendali). Para handler adalah orang yang dipilih untuk memimpin serangan, biasanya membawahi para agen pelaksana lapangan dan agen pendukung.

Siapa-Bahrumsyah-Komandan-ISIS-Asal-Indonesia1

Apakah ketiga mereka ini ( Bahrun Naim, Bahrumsyah dan Abu Jandal) sebagai principle atau arsitek dan penyandang dana aksi teror di Indonesia? Ataukah ada kekuatan proxy lain yang memanfaatkan mereka ? (Foto : Harian Indo)

Kini yang terpenting dilakukan pendalaman oleh pihak Polri adalah mencari siapa principle itu. Apakah betul si principle hanya mereka yang menjadi bagian organisasi JAD atau yang ada di Suriah itu? Ataukah ada principle lain diluar mereka? Kelompok terorisme bisa juga dimainkan dan dimanfaatkan untuk kegiatan proxy war. Densus-88 memang selama ini mampu membuat mapping kelompok teroris di Indonesia. Tetapi dengan kembalinya para jihaddis yang terlatih, mereka akan berubah menjadi ancaman yang jauh lebih serius dan berbahaya.

Dari perkembangan di Timur Tengah, nampaknya Islamic State mulai menerapkan prinsip desentralisasi operasi serangan teror. Sel-sel IS diberi kewenangan melakukan teror di negara manapun dengan target yang mereka pilih sendiri. Para pelaksana adalah mereka yang kembali dari Suriah dan yang teradikalisasi atau termotivasi ideologi teror. Bagi Indonesia, teori serupa pernah terjadi saat sel Jamaah Islamiyah juga menginstruksikan serangan yang berdiri sendiri dengan target yang dipilihnya sendiri. (Baca artikel penulis : http://ramalanintelijen.net/latar-belakang-serangan-teror-di-paris-dan-prinsip-desentralisasi/).

Kembali ke dua kasus di Medan dan Jakarta, nampaknya infiltrasi penyerang dapat dikatakan sukses, walaupun korban tewas satu dan dua luka-luka. Tetapi yang perlu dipikirkan, dampak psikologis akan semakin besar, yaitu kepercayaan masyarakat kepada polisi. Saat ini dampak masih kecil, karena yang diserang hanya polisi, tetapi bagaimana dampaknya apabila serangan digeserkan ke arah masyarakat.

Dari data intelijen konsep kerusuhan masa lalu (the past), tiga kota yang dikenal sebagai hot spot yang perlu diwaspadai yaitu Medan, Jakarta dan Solo. Dari tiga wilayah memungkinkan diserang (the future), apabila terkait principle diluar JAD, setelah Indonesia Barat, peluang bisa ke Tengah atau Timur.

badan intelijen indonesia

Beberapa Badan Intelijen di Indonesia (foto : CNN Indonesia)

Nah, dalam hal ini, kartu truf yang harus dimainkan adalah operasi intelijen. Lebih spesifik operasi clandestine. Yang perlu diantisipasi adalah menetralisir si principle itu. Yang penulis khawatirkan ada pihak luar ikut bermain di Indonesia. Polisi adalah salah satu kekuatan penopang negara ini, maka harus digoyang, kira-kira begitu. Sebuah serangan terhadap institusi selalu mengarah kepada target yang lebih tinggi, artinya institusi diatas Polri berarti pimpinan nasional.

Semua masih misteri, tetapi kita faham siapa ISIS itu dan akan kemana jihaddis itu akan dibawa dan dimanfaatkan. Kira-kira itu pekerjaan rumah Polri dan badan intelijen lainnya. Dari indikasi, nampaknya serangan sporadis akan memungkinkan kembali muncul, karena itu Polri perlu segera membenahi sistem sekuritinya.

Penulis : Marsda Pur Prayitno Ramelan, Analis Intelijen, www.ramalanintelijen.net

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.