Kisah Nyata, Penulis dipasangi Stent Jantung
5 June 2017 | 9:51 am | Dilihat : 4709
Bangsa Indonesia kini harus menghadapi dan belajar bagaimana hidup di alam kebebasan yang kurang difahami banyak fihak bagaimana seharusnya berdemokrasi itu. Nonton TV, baca medsos, baik Whats App maupun Face Book kini banyak menciptakan stress dengan berita HOAX, yang seenak perutnya dibuat baik oleh mereka yang tidak faham, gagal faham atau yang sengaja membuatnya untuk tujuan-tujuan tertentu. Stress yang tercipta disadari atau tidak merupakan salah satu penyebab sakit jantung, karena itu penulis menayangkan artikel ini.
Kisah nyata ini merupakan pengalaman penulis sendiri terkait dengan urusan jantung, yang penulis tayangkan pada dua website, Kompasiana dan Ramalan Intelijen. Artikel tayang di Kompasiana pada tanggal 14 November 2012 dan diperbarui tanggal 24 Juni 2015, artikel dinilai menarik karena dibaca oleh 30,519 orang. Nah, karena tulisan di website Ramalan Intelijen entah mengapa tidak dapat diakses, maka penulis mengulangi lagi, dengan harapan dan doa semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan pembaca. Tulisan, bagi penulis diyakini sebagian dari ibadah, terlebih pada bulan suci Ramadan ini.
Penyakit jantung merupakan silent killer nomer satu di dunia. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan jantungnya sampai tiba-tiba penyakit jantung menyerang dirinya. Karena begitu kompleksnya jenis penyakit jantung sehingga perlu kita memahami apabila ada yang tidak beres dengan salah organ tubuh paling vital dan mematikan kita ini.
Penulis beberapa tahun yang lalu melakukan pemeriksaan kondisi jantung ke RS Medistra setelah dilakukan tindakan pemasangan pemasangan ring atau cincin penyanggah (Stent) di jantung pada beberapa bulan yang lalu. Pemasangan stent dilakukan di RS Medistra oleh Prof Dr Teguh Santoso yang sangat terkenal di Jakarta.
Mengapa penulis harus dipasangi ring?
Nah mari kita ikuti kisah nyata yang sederhana ini, tetapi apabila kita lalai atau menyepelekannya, maka nampaknya sulit bagi kita untuk melanjutkan menikmati hangatnya mentari pagi, kira-kira begitu.
Pada tahun 2010 penulis melakukan pemeriksaan jantung dengan menggunakan Magnetic Resonance Imaging type GE 64-Slice CT Scan di RS Abdi Waluyo. Hasilnya merupakan semacam potret jantung dimana terlihat peembuluh darah, apabila terdapat kerak/sumbatan maka akan mudah dikenali berupa titik putih. Dokter menjelaskan bahwa di jantung penulis terdapat beberapa titik kecil, dimana yang harus diwaspadai titik yang berada di pembuluh darah di pangkal jantung, apabila tersumbat akan sangat berbahaya katanya.
Penulis kemudian lebih mengupayakan makan sehat, mengurangi makanan berlemak dan lainnya yang bisa meningkatkan kadar kolesterol. Karena memang tidak merasa ada keluhan apapun, kadang menu makan tanpa rasa takut tetap saja sering menyentuh makanan yang bisa merangsang kolesterol. Kira-kira bulan Agustus 2012, penulis bermain golf di Gunung Geulis dengan teman yang penulis bantu di perusahaannya.
Pada saat main, karena medannya naik-turun, penulis merasa berat bernafas. Penulis berfikir, mungkin karena naik turun, masih pagi dan agak terlalu gemuk sebagai penyebabnya. Permainan selesai hingga 18 holes. Karena nafas tetap agak berat, teman penulis menyarankan agar penulis diperiksa jantungnya.
Penulis berpendapat bahwa tidak ada keluhan seperti yang sering dikeluhkan orang yang mendapat serangn jantung, seperti sakit pada dada yang tembus kepunggung, kesemutan di lengan misalnya. Tetapi si teman tetap memaksa dan keesokan harinya didaftarkan periksa. Agar akurat katanya perlu di kateter. Kemudian dilakukan pemeriksaan dengan cara kateterisasi.
Secara teori, kateterisasi Jantung merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa struktur serta fungsi jantung, termasuk ruang jantung, katup jantung, otot jantung, serta pembuluh darah jantung termasuk pembuluh darah koroner, terutama untuk mendeteksi adanya pembuluh darah jantung yang tersumbat. Pada saat dilakukan kateter, penulis dapat melihat dari beberapa layar TV, foto jantung dan masuknya alat semacam kabel halus yang dimasukkan melalui pembuluh darah di lengan. Tidak ada rasa sakit sama sekali, Alhamdulillah.
Kemudian sekitar limabelas menit, Profesor Teguh menunjukkan foto bahwa pada pembuluh darah Vena penulis di pangkal jantung terdapat penyumbatan yang sudah mencapai 90 persen, Astaghfirullah. Dia mengatakan, masih beruntung tidak terjadi serangan, karena dalam kasus seperti ini, terjadinya serangan terhadap tiga orang, satu dipastikan tidak selamat. Kemudian setelah keluarga dipanggil dan diperlihatkan gambarnya, langsung dilakukan tindakan pemasangan ring (stent).
Proses berlangsung 15 menit. Maka selesailah proses kateterisasi dengan tindakan. Terlihat pembuluh yang menyempit tersisa 10 persen kemudian membesar seperti semula. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, penulis diinapkan semalam di Intensif Care Unit dengan dimonitor penuh menggunakan peralatan lengkap. Keesokan harinya selesailah monitoring, dan penulis diperbolehkan pulang. Alhamdulillah, pada saat bangun pagi tubuh merasa segar, sakit dibelakang kepala yang kadang muncul hilang, pegal-pegal pundak yang selama ini dirasakan juga hilang.
Dalam waktu sekitar tujuh bulan, mereka yang dipasangi stent diharuskan meminum obat pengencer darah dan obat kolesterol, menjaga keenceran darah dan menjaga agar kadar kolesterol tidak tinggi. Ya, diminum saja dengan ikhlas, anggap sebagai bagian hidup yang harus dijalani, maka beban akan hilang, itulah cara menyikapinya. Ternyata hingga kini penulis tetap meminum obat tersebut dan tidak bermasalah.
Penyakit Jantung Koroner dan Upaya Mengatasinya
Penulis mencoba menjelaskan apa penyakit jantung koroner, dengan menggunakan referensi dari RS Medistra. Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah dan lain-lain yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.
Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner adalah, kadar kolesterol total dan LDL tinggi, Kadar Kolesterol HDL rendah, Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), Merokok, Diabetes, Kegemukan. Penyakit keturunan penyakit jantung dalam keluarga, kurang olah raga, dan stress. Bila Anda menyandang salah satu atau beberapa faktor resiko tersebut diatas, dianjurkan secara berkala memeriksakan kesehatan jantung kepada seorang ahli. Adanya dua atau lebih faktor resiko akan berlipat kali menaikkan resiko total terhadap penyakit jantung koroner.
Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit jantung koroner antar lain : ECG, Treadmill, Echokardiografi dan Arteriorgrafi Koroner (yang sering dikenal sebagai Kateterisasi). Dengan pemeriksaan ECG dapat diketahui kemungkinan adanya kelainan pada jantung Anda dengan tingkat ketepatan 40%. Kemudian bila dianggap perlu Anda akan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Treadmill Echokardiografi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut kemungkinan Anda akan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Arteriografi Koroner (Kateterisasi) yang mempunyai tingkat ketepatan paling tinggi (99 - 100%) untuk memastikan apakah Anda mempunyai Penyakit Jantung koroner. Dokter Anda akan menjelaskan hasil film yang direkam selama tindakan dan kemungkinan pengobatan selanjutnya.
Bila hasil dari film tersebut diketahui adanya penyempitan pembuluh koroner, maka dokter akan memberitahukan tindakan pengobatan selanjutnya apakah cukup dengan obat atau dengan tindakan pelebaran bagian pembuluh darah jantung yang menyempit atau tersumbat dengan menggunakan alat alat tertentu atau ditiup, atau harus dilakukan Operasi Jantung Terbuka (Open Heart Surgery) untuk memasang pembuluh darah baru menggantikan pembuluh darah jantung yang tersumbat.
Nah, setelah membaca beberapa informasi diatas, kini penulis menyarankan kita lebih waspada menyikapi kondisi fisik kita. Tuhan Yang Maha Kuasa telah memberikan early earning kepada manusia misalnya adanya rasa sakit, mual, pusing, yang pasti ada penyebabnya. Kita harus alert, terlebih apabila usia sudah semakin lanjut, onderdil sudah mulai aus bak mobil tua. Tetapi tetap saja manusia kadang sering menyepelekan kesehatan dirinya. Makan sembarangan, misalnya yang berlemak, gorengan, junk food, merokok tetap saja diteruskan, tidur kurang, pola hidupnya buruk dan banyak hal-hal buruk yang akan berakibat kepada kesehatannya.
Jadi, kesimpulan dari tulisan ini, hati-hati dengan jantung kita, mati dan hidup memang sudah ada suratannya, tetapi manusia bisa mengusahakan, menjaga kesehatan dan memohon kepada Tuhan YME agar diberi tambahan nikmat panjang umur.
Demikian kisah nyata penulis yang merasa mendapat kenikmatan, diselamatkan teman penulis yang memaksa ke dokter jantung. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.
Selain RS Medistra, berikut ini adalah daftar Rumah Sakit Jantung di Jakarta:
Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jl Letjen S Parman Kav 87,Kota Bambu Selatan,Palmerah JAKARTA Telp: 021 5681111
Jakarta Heart & Vascular Center Jl Bukit Gading Raya Kav 2,Kelapa Gading Barat,Kelapa Gading JAKARTA Telp: 021 45852700
Rumah Sakit Jantung Binawaluya Jl. TB Simatupang No. 71 Ciracas, Jakarta Timur 13750 Indonesia Tel: 21 87781605 / 06.
Penulis : Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net