Pembunuhan Kim Jong-Nam Proxy Untuk Menghabisi Kim Jong-Un?

9 March 2017 | 4:53 pm | Dilihat : 1345

Kim-Jong-Un-missiles

Kim Jong-Un pemimpin negara Korea Utara, diktator dalam mempertahankan kekuasaannya, dianggap ancaman kawasan, khususnya AS, suatu saat bisa jatuh karena kediktatorannya dan karena dianggap ancaman yang sangat serius (Foto :Mirror)

Pada acara Benang Merah di TVOne yang disiarkan Kamis (9/3/2017), penulis diundang menjadi salah satu narasumber bersama Pak Sutiyoso (mantan Kabin), Ridwan Habib, Peneliti Kajian Strategi Intelijen UI dan Mufty Makarim, Direktur Eksekutif Institute for Defence Security and Peace Study. Karena masalah tehnis dan gangguan cuaca, acara yang  seharusnya tayang (live) pada hari Kamis (2/3/2017) ditunda (tapping)  satu minggu. Program dengan host Mas Aryo Widyardi ini sangat apik dikemas sebagai acara di saat prime time.

Pada acara tersebut, topik utamanya adalah pembunuhan Kim Jong-Nam, pangeran Korea Utara, anak tertua Kim Jong-Il dan dia saudara tiri dari pimpinan nasional Korea Utara Kim Jong-Un. Topik tersebut sebagai pintu masuk dalam pembahasan intelijen. Menarik pastinya, karena jarang dan tidak umum intelijen dibahas secara terbuka, walaupun masing-masing narsum membatasi apa yang boleh dan apa yang tidak bisa ditelanjangi.

Perkembangan Kasus Pembunuhan Menjadi Konflik Diplomatik 

Pembunuhan Kim Jong-Nam yang dilakukan pada tanggal 13 Februari 2017 di Bandara Sepang, Malaysia terjadi hampir sebulan yang lalu, tetapi kabut berupa misteri masih menyelimutinya. Mengapa? Inilah pertanyaan intelijen yang harus dijawab. Penulis dalam Benang Merah menyimpulkan bahwa pembunuhan tersebut lebih kepada pembunuhan politik. Lebih spesifik lagi saat menjadi narsum penulis menyimpulkan ini sebuah operasi intelijen dari rangkaian proxy war. Pada dua artikel sebelumnya penulis menganalisis dengan judul : pembunuhan-kim-jong-nam-berlatar-belakang-geostrategi" dan : "membaca-pembunuhan-kim-jong-nam-dari-perspektif-intelstrat."

siti-aisyah-doan-thi-huong-split-exlarge-169

Siti Aisyah (kiri/WNI) dan Doan Ti Huong (kanan/WN Vietnam) menjadi tersangka pembunuhan, penulis menyebutnya sebagai pelengkap penderita (Foto:CNN) 

Pemerintah Malaysia terlihat menjumpai kesulitan besar dalam mengusut pembunuhan tersebut, karena dalam sebuah operasi rahasia (clandestine operation) untuk menghabisi target,  para cleaner disiapkan dengan matang, setelah cut-out team (pemutus) berhasil escape maka pihak kepolisian akan mengalami kesulitan dan bahkan tidak akan mampu membongkarnya. Terbukti hingga kini hanya dua orang yang didakwa sebagai pembunuh dan dibawa ke pengadilan, yaitu Siti Aisyah seorang WNI dan Doan Thi Huong WN Vietnam yang tertangkap kamera saat menyergap Jong-Nam di Bandara Sepang.

Sementara itu, seorang ahli kimia WN Korea Utara, Ri Jong-Chol yang ditangkap empat hari setelah Jong-Nam meninggal, dilepas oleh pihak polisi karena tidak cukup bukti dia terlibat dan kemudian dia dideportasi . Jaksa Agung Malaysia, Mohamad Apandi Ali mengatakan Jong-Chol dideportasi karena ia tidak memiliki dokumen perjalanan yang sah. Saat berada di Beijing, Jong-Chol  menuduh polisi Malaysia mengancam akan membunuh keluarganya kecuali dia mengaku membunuh Kim Jong-Nam.  Jong-Chol mengatakan dia tidak berada  di bandara pada hari Nam tewas,  namun polisi pada awalnya menuduhnya sebagai dalang dari pembunuhan itu.

kang-chol4

Duta Besar Korea Utara di Kuala Lumpur akhirnya di Persona non Grata Senin, 6/3/2017 (Foto : Free Malaysia Today)

Dalam kasus ini, pemerintah Malaysia menjadi sangat marah kepada pemerintah Korea Utara karena ucapan Dubes Korut Kang-Chol di KL yang mengatakan bahwa Malaysia telah melanggar hukum internasional dengan melakukan otopsi pada pemegang paspor diplomatik dan menyimpan jasad Jong-Nam yang akan  mereka ambil, Malaysia lebih tersinggung karena Dubes Chol menuduh Malaysia berkomplot dengan musuh mereka. Kang-Chol diusir pada Senin (6/3/2017). Pemerintah Korut kemudian juga membalas dengan mempersona non gratakan Dubes Malaysia untuk Korut, Mohamad Nizan Mohamad, pada hari yang sama.

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan keputusan untuk mengusir Dubes Korut sekaligus menjadi pesan yang jelas untuk Pyongyang. Dinyatakannya, ”Ini berarti bahwa kami teguh dalam mempertahankan kedaulatan dan martabat kami,” katanya. “Jangan pernah menghina negara kami dan jangan mencoba untuk menyebabkan gangguan di sini,”tegas Najib.

Perseteruan semakin segit dan melebar antara Korut dengan Malaysia. Kantor berita negara KCNA (Korut) mengatakan pada hari Selasa (7/3/2017), bahwa "Semua warga negara Malaysia di DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea) sementara dilarang meninggalkan negara itu sampai insiden yang terjadi di Malaysia telah diselesaikan". Dikatakan keputusan ini untuk menjamin keamanan warganya dan diplomatnya  di Malaysia. WN Malaysia di Korea Utara dapat melanjutkan kehidupan mereka seperti biasa, tambahnya. Tetapi tindakan ini dinilai pemerintah Malaysia sebagai penyanderaan. Sebelas  WN Malaysia hingga kini mirip disandera saat ini di Korea Utara.

malaysian-prime-minister-najib-razak

PM Malaysia Najib Razak menjadi marah karena larangan keluar WN Malaysia dari Korea Utara (Foto : Chanel News Asia)

Sementara dilain sisi Pemerintah Malaysia menjadi lebih marah. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan itu adalah "tindakan menjijikkan, secara total mengabaikan semua hukum internasional dan norma-norma diplomatik".  WN Malaysia secara efektif telah disandera di Korea Utara, kata Najib. Ditegaskannya, "Melindungi warga negara kita adalah prioritas pertama saya, dan kami tidak akan ragu untuk mengambil semua langkah yang diperlukan ketika mereka terancam."

Kemudian menutup Kantor kedubes Korea Utara di KL, dan mengumumkan semua WN Korea Utara dilarang keluar dari Malaysia (sekitar 1.000 orang). Pada hari Selasa, Kepala Polisi Malaysia Khalid Abu Bakar mengatakan ia percaya ada dua orang tersangka pembunuhan bersembunyi di dalam kompleks kedutaan Korea Utara di Kuala Lumpur. "Kami akan menunggu dan jika itu membutuhkan lima tahun kita akan menunggu di luar, pasti seseorang akan keluar," katanya kepada wartawan. Polisi bersenjata telah dikerahkan di luar kedutaan.

Kedua orang tersebut adalah Hyon Kwang-Song (44) Kebangsaan Korea Utara Sekretaris kedua dari kedutaan besar Republik Rakyat Demokratik Korea di Kuala Lumpur dan Kim Uk-il (37) WN Korea Utara, Karyawan dari maskapai negara Korea Utara, Air Koryo. Keduanya terekam CCTV Bandara saat mengantar empat WN Korut yang escape ke Jakarta-Dubai setelah pembunuhan.

Han sol

Kim Han-Sol, anak dari Kim Jong-Nam yang dilindungi empat negara, berpeluang menjadi pemimpin Korea Utara menggantikan Kim Jong-Un (foto :etudiant.lefigaro)

Nah, disaat kemelut semakin luas, mendadak muncul video anak dari Kim Jong-Nam yang bernama Kim Han Sol. Video ini diterbitkan oleh sebuah kelompok, yang menamakan dirinya Cheollima Civil Defense yang mengatakan merespons bulan lalu permintaan darurat dari keluarga Kim Jong Nam untuk "ekstraksi dan perlindungan." Kelompok ini melindungi keluarga Jong-Nam dan menyatakan bahwa Pemerintah Belanda, Cina, Amerika Serikat, dan satu lainnya  yang tidak disebutkan namanya  juga memberikan bantuan kemanusiaan darurat untuk melindungi keluarga Jong Nam, kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang dirilis melalui video.

Kim Han-sol lahir pada  16 Juni 1995 (umur 21 tahun), di Pyongyang, Korea Utara, Pendidikan: United World College di Mostar, terdaftar di Institut d'Etudes Politiques de Paris, dikenal sebagai Sciences Po, pada tahun 2013 setelah sebelumnya lulus dari United World College (UWC) di Mostar, Bosnia dan Herzegovina, cucu dari Kim Jong-il dan  Song Hye-rim, Orangtua Hyegyeong dan  Kim Jong-nam, pamannya  Kim Jong-un, Kim Jong-chul, buyutnya : Kim Il-sung dengan  Kim Jong-suk. Nah inilan pangeran muda generasi mendatang yang nilainya jauh lebih penting dibandingkan Jong-Nam.

Dalam Video Han-sol mengatakan "Nama saya Kim Han Sol, dari Korea Utara, bagian dari keluarga Kim," katanya. Dia menunjukkan paspornya sebagai bukti identitas, tapi detail-detailnya dihapus. "Ayah saya telah tewas beberapa hari lalu. Saat ini saya dengan ibu saya dan kakak saya. Kami sangat berterima kasih kepada ...," katanya, sebelum audio dipotong pendek. Dia mengatakan: ". Kami berharap ini akan lebih baik segera."

Analisis Sudut Pandang Intelijen

Seperti yang penulis perkiraan sejak semula, pembunuhan yang dilakukan secara sederhana, tertuduh dua wanita Indonesia dan Vietnam yang hanya menjadi korban jaringan cleaner, mulai menunjukkan munculnya benturan-benturan politik dan diplomasi yang terjadin antara Malaysia dan Korea Utara.

Kim Jong-Un sebagai pemimpin Korea Utara terkenal brutal dan selalu mengeksekusi WN Korea Utara yang dianggap berhianat dan akan membelot ke Korea Selatan. Beberapa di eksekusi bahkan dilakukan dengan senjata penangkis serangan udara. Menteri Pertahanan serta penasihat utama juga dihukum mati. Oleh karena itu menimbang Jong-Un paranoid banyak tuduhan pembunuhan Jong-Nam diarahkan ke Korut, itu yang dinilai pengamat paling tepat.

Dari sudut pandang intelijen, pembunuhan ini jelas menyulitkan Malaysia tetapi juga berpotensi mengancam Korea Utara. Menurut pola cleaner intelijen, empat WN Korea Utara yang langsung terbang ke Jakarta setelah pembunuhan, itulah pelaku dan cut out. Keempat orang ini mudah infiltrasi karena pemberlakuan bebaS VISA. Keempatnya menggunakan paspor biasa, yaitu Ri Ji-Hyon ,Umur 33, Hong Song-HAC, Umur 34, O Jong-gil, Umur 55 dan Ri Jae-nam Umur 57.

Tiga orang escape dengan rute Sepang-Jakarta-Dubai-Vladiwostok dst dan satu orang dengan rute Sepang-Jakarta-Bangkok-dst.  Sementara seorang tersangka kelima Korea Utara, Ri Ji U, berusia 30, mungkin masih di Malaysia, kata polisi. Ji-U adalah agen yang mempengaruhi/membina Siti Aisyah. Menurut penulis mereka yang berpaspor diplomatik adalah handler agent, sementara Ri Ji-U adalah support agent, ke empat yang lari melalui Jakarta adalah action agent.

Nah, dari sudut pandang fungsi intelijen, pembunuhan di Bandara sangat riskan dan mudah terdeteksi karena banyaknya CCTV dan lalu lalang orang, dari sisi penyelidikan intelijen team cleaner sukses karena semua yang mereka rencanakan sesuai, titik rawan Jong-Nam karena dia dimonitor via Face Book. Mereka faham dan empat orang sempat escape karena Kim Jong-Nam menggunakan cover name Kim-Chol. dan hingga hampir sebulan polisi Malaysia belum 100 persen yakin itu adalah Jong-Nam. Karena sulitnya mendapatkan sampel DNA.

Korea Utara selalu menggunakan agennya sendiri dalam melakukan eksekusi. Ketika meledakkan bom  untuk membunuh Presiden Korea Selatan, Chun Doo-hwan dalam kunjungan  ke Burma tahun 1983, meskipun Chun lolos ledakan, lebih dari 20 orang tewas, termasuk beberapa menteri Kabinet Chun. Salah satu agen Korea Utara ditembak mati oleh polisi, yang kedua dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi, dan yang ketiga dilaporkan meninggal di penjara Myanmar pada tahun 2008.

Kini yang tersisa dan menjadi pertanyaan penulis, kenapa pelaksana eksekusi bukan agen langsung, dibunuh di Bandara dan mengapa menggunakan racun VX yang merupakan gas saraf yang 100 kali lebih mematikan dibandingkan gas syaraf "Sarin." VX oleh PBB dilarang dan masuk sebagai senjata pemusnah masal. Oleh karena itu penulis juga memasukkan alternatif bahwa Kim Jong-Nam dibunuh di tempat ramai yang dilengkapi  CCTV, dengan maksud supaya terkuak. Disini bukan pembunuhannya, tetapi Jong-Nam tokoh terkenal Korea Utara hanya sebagai korban karena terkenal, kedua disebutnya VX sebagai penyebab kematian. Apakah demikian? Mari kita bahas dari sisi yang lebih luas.

Kerawanan Geopolitik Kawasan Akibat Ulah Kim Jong-Un

Dalam dunia intelijen, perencana dan pengambil keputusan  pembunuhan atau decesion maker (principle agent) adalah mereka yang mendapat keuntungan dari kasus tersebut. Malaysia menghadapi jalan buntu karena hambatan diplomatik, karena itu kekesalan karena terputusnya alur jaringan cleaner team menjadikan mereka agak frustrasi. Kasus ini menyangkut citra, kemampuan hukum serta jaminan keamanan di Bandara, yang bisa berpengaruh ke sektor-sektor lainnya..

Pemerintah Malaysia masih trauma dengan lenyapnya Malaysia Airlines MH-370, ditembaknya MH-17 serta kini pembunuhan pangeran Korea Utara. Dua kasus terdahulu hingga kini tidak terkuak ada apa dibelakangnya. Penulis pernah membuat buku tentang Misteri MH-370 yang menyebutkan sangat sulit membongkar kasus tersebut karena juga sebuah proxy war dan terbukti sudah tiga tahun misteri belum terpecahkan. Kemudian terjadi demo terhadap PM Najib serta dibongkarnya kasus tuduhan korupsinya. Tetapi Najib demikian kokoh, dan kini Malaysia (PM Najib) dihadapkan kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un, yang dinilai brutal dan tidak memiliki rasa takut.

Badan Intelijan Korea Utara menyatakan bahwa musuh mereka adalah AS, Jepang dan Korea Selatan, Malaysia tidak masuk dalam klasifikasi sebagai musuh. Sehingga menurut penulis ada tujuan lain dari conditioning operation tersebut. Dari perspektif China, Korea Utara telah lama menjadi  penyangga antara dirinya dan AS serta sekutunya  Korea Selatan, di mana hampir 30.000 tentara Amerika ditempatkan. Selain itu terdapat 49.000 tentara AS lain di Jepang.

rudal korut

Jenis peluru kendali yang dimiliki Korea Utara dengan warhead dan jarak jangkau (Foto : Bussines Insider)

Korea Utara pada tanggal 13/2/2017 telah menembakkan sebuah rudal balistik, tes pertama sejak pemilihan Presiden Trump pada bulan November 2016. Dikutip dari media asing, Trump mengatakan tentang bagaimana ia akan berurusan dengan Korea Utara, selain juga mengatakan dia tidak akan membiarkan negara itu untuk memiliki rudal balistik antarbenua yang mampu mencapai Amerika Serikat. Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan dua pekan lalu ketika ia mengunjungi Korea Selatan bahwa Amerika Serikat akan membalas setiap upaya Korea Utara bila  melakukan uji coba senjata nuklir dengan respon "yang efektif dan luar biasa".

Latihan Perang AS-Korea Selatan

Ditengah perkembangan situasi kawasan yang mulai memburuk, AS kemudian menggelar peluru kendali (rudal) Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) di Korea Selatan. Sistem ini sangat ditentang oleh Beijing, yang khawatir bahwa radar yang demikian sangat  kuat akan mampu mendeteksi setiap keamanan sendiri.

Reuter pada hari Kamis (9/3/2017) melaporkan bahwa AS menolak permintaan China untuk menghentikan latihan militer laut bersama Korea Selatan karena telah meningkatkan ketegangan di Semenannjung Korea dan bisa mengakibatkan timbulnya perang. Dubes AS untuk PBB menyatakan Haley mengatakan bahwa AS selama ini selalu memprioritaskan negosiasi atau perundingan. Namun dengan pemimpin yang tak rasional seperti pemimpin Korut, yang tindakannya tak rasional, hal semacam itu sulit dilakukan. "Aksi Korut selama ini menunjukkan bahwa mereka itu sangat tak bertanggung jawab," ujar Haley. "Semua opsi yang ada kami pertimbangkan," tegas Haley.

Amerika Serikat dan Korea Selatan melakukan latihan AL bersama yang diperkuat kapal selam nuklir, USS San Francisco yang dipersenjatai peluru kendali Tomahawk dan dikawal kapal pelindung Aegis USS Shiloh.. Latihan tersebut dipicu oleh Korut yang berencana melakukan uji coba nuklir ketiga kalinya sebagai respon atas sanksi PBB terkait peluncuran roket pada Desember tahun lalu. Uji coba nuklir merupakan ketiga kali setelah Korut melakukannya pada tahun 2006 dan 2009.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan Kim Min-seok membenarkan bahwa pihaknya melakukan latihan bersama dengan US Navy di Laut Timur (Laut Jepang) di bagian tenggara Pohang, Pelabuhan milik Korea Selatan. Ditegaskannya, “Latihan bersama berupa penggunaan alutsista, pelacakan serta pengintaian kapal selam, simulasi sejata anti pesawat dan anti kapal termasuk antirudal." Sementara Korea Utara menganggap aksi dan reaksi tersebut terlalu berlebihan, bahkan menyebut sebagai tindakan "gila perang."

Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut, penulis memperkirakan ada upaya untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa Korea Utara benar memiliki senjata pemusnah masal berupa gas syaraf VX dan jenis lainnya. Korea Selatan pernah menyatakan bahwa Korut memiliki 2.500-5.000 ton.

Ada dua hal dari perkembangan pembunuhan terhadap Kim Jong-Nam, bahwa walau belum terbukti di pengadilan, masyarakat terkondisikan dan percaya memang Kotrea Utara dengan sepengetahuan Kim Jong-Un melakukan pembunuhan. Kini muncul saran kepada Presiden AS Donald Trump bahwa Korut harus kembali dimasukkan sebagai negara sponsor terorisme.

Dari basic descriptive intelligence, pada tahun 2003 AS menyerang Irak karena dituduh memiliki senjata pemusnah masal. Nah, kini Korea Utara menjadi sebuah negara yang  akan memiliki rudal ICBM dan bisa mencapai daratan AS, Korut juga memiliki senjata pemusnah massal gas syaraf VX, serta dipimpin oleh pemimpin yang brutal berbahaya, kejam, sponsor teror, nampaknya dibalik ini semua tujuan proxy war tersebut menurut yang penulis perkirakan akan melenyapkan Kim Jong-Un.

Pemerintah AS dibawah Presiden Donald Trump yang fokus kepada keamanan nasionalnya  sangat alergi dengan setiap bentuk ancaman terhadap  negaranya. Karena itu indikasi penggelaran peluru kendali THAAD dari AS di Korea Selatan serta adanya perkuatan armada laut US Navy di kawasan Laut China Selatan bukankah memperkuat indikasi akan dilaksanakannya operasi militer keras terhadap Korea Utara?

Oleh karena itu mengingat proxy war yang terjadi belum terungkap, saran penulis kepada pemerintah Indonesia untuk tidak mengambil peran terlalu jauh hingga diketahui dengan pasti ada apa dibelakang ini semua. Untuk sementara, yang diperjuangkan adalah bagaimana menyelamatkan Siti Aisyah dari hukuman gantung.

Tersisa pertanyaan, siapa principle agent?  Intelijen AS, Intelijen Korea Selatan atau terjadi  pembusukan dalam tubuh  pemerintahan Korea Utara di bawah Kim Jong-Un. Informasi Intelijen Korsel, pada tanggal 27 Februari pemerintah Korut menghukum mati lima pejabat Departemen Keamanan. Apakah prediksi atau analisis intelijen ini betul? Analisis intelijen adalah sebuah bisnis yang sulit dan  biasanya berakhir sebagai sebuah prediksi. Begitulah kira-kira. PRAY.

Penulis : Marsda (Pur) Prayitno Ramelan , Analis Intelijen www.ramalanintelijen.net

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.