Terkait Pembebasan Sandera WNI, Abu Sayyaf Akan Dilumpuhkan Oleh Presiden Duterte The Punisher
2 July 2016 | 6:58 am | Dilihat : 791
Pelantikan dan penyumpahan Presiden Rodrigo Duerte dilakukan secara sederhana tanpa Jas (Foto: pikiran-rakyat)
Presiden Filipina Duerte (The Punisher) dilantik, pada hari Kamis (30/6/2016), dimana Duterte yang didampingi keluarganya mengucapkan sumpah jabatan di hadapan sekelompok kecil tamu undangan yang hadir di Istana Kepresidenan Malacanang, pada Kamis (30/6) siang.
Duterte yang dijuluki sebagai The Punisher (penghukum) itu, menjanjikan reformasi bagi rakyat miskin Filipina. Merubah sistem negara Filipina menjadi Negara Federal. Duerte faham dengan kekuatan politisnya, dia menyatakan, "Tidak ada pemimpin, meskipun kuat sekalipun, yang bisa sukses memperjuangkan kepentingan nasional tanpa memiliki dukungan dan kerja sama dari rakyat yang menugasinya untuk memimpin," katanya.
Presiden Filipina Rorigo Duerte yang sederhana, baju putih mirip Presiden Jokowi, hanya lebih nekat sehingga dijuluki the Punisher, si penghukum (foto :naubook)
Program antikriminal Duterte nampaknya akan dilakukan dengan keras dan ketegasan akan dilaksanakannya sebagaimana saat dia menjadi walikota Davao. Dia akan memberlakukan kembali hukuman mati, memberikan izin kepolisian dan tentara untuk memburu dan menembak mati pelaku kejahatan, serta menawarkan imbalan untuk setiap mayat pengedar narkoba. Terkait hal ini, juru bicara Kepolisian Nasional Wilben Mayor mengatakan, lebih dari 40 tersangka narkoba telah tewas sejak terpilihnya Duterte dalam pemilihan presiden pada 9 Mei lalu.
Duterte juga pernah menyatakan, akan mengakhiri pemberontakan komunis dan warga minoritas muslim selama beberapa dekade terakhir, yang telah merenggut puluhan ribu nyawa. Tetapi kelompok Abu Sayyaf akan dilumpuhkan dan menjadi prioritas utama militer.
Menteri Pertahanan Filipina yang baru, Delfin Lorenzana, seperti dilansir AFP, pada hari Kamis (30/6/2016), terkait penculikan yang dilakukan oleh kelompok yang diduga Abu Sayyaf menyatakan bahwa tindakan mereka telah berdampak pada perekonomian negara. Sedikitnya dua sandera asing dalam dua bulan terakhir telah dipenggal dan kini tujuh WNI pengangkut batubara masih disandera. Penghentian pengiriman batubara dari Indonesia sebagai akibat pembajakan oleh Abu Sayyaf akan berpengaruh terhadap pasokan listrik karena bahan bakar PLTB mereka 90 persen berasal dari Indonesia.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (kiri) dan Menteri Pertahanan Philipina Gazmin T. Voltaire. (Foto: Kemhan)
Lorenzana menyatakan, "Prioritas kita adalah Abu Sayyaf, karena itu yang menjadi perintah presiden baru kita: tangani Abu Sayyaf segera agar kita bisa melumpuhkan mereka," katanya kepada wartawan.
Perihal pemberlakuan hukuman mati, Duterte dengan berani melontarkan kata-kata keras terhadap para aktivis HAM yang menentang hukuman mati terhadap para pelaku kejahatan. Duterte menegaskan bahwa hukuman mati merupakan ganjaran dan menyebut para aktivis HAM tersebut "bodoh".
Pernyataannya yang menjadi dasar keputusan kerasnya terhadap tindak kejahatan adalah, "Saya percaya pada restribusi. Mengapa? Anda harus membayar. Ketika Anda membunuh seseorang, memperkosa, Anda harus mati," tegas presiden yang kini berusia 71 tahun itu seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (27/6/2016).
Kesepakatan Antara Menhan Indonesia dan Menhan Filipina
Menhan Ryamizard Ryacudu telah bertemu dengan Menteri Pertahanan Filipina Voltaire T Gazmin, Minggu (26/6), diantaranya khusus membahas soal penyanderaan warga negara Indonesia di Filipina Selatan. Selain itu juga dibahas tindak lanjut kesepakatan antara Indonesia, Filipina, dan Malaysia soal patroli keamanan bersama di perbatasan ketiga negara. Ryamizard juga bertemu dengan calon Menteri Pertahanan yang baru, Delfin Lorenzana yang sudah ditunjuk oleh Presiden Duerte tetapi saat itu belum dilantik.
Kronologi diungkap TNI AL soal pembajakan 7 awak kapal WNI oleh Abu Sayyaf (Foto :indonesiasoldier)
"Pemerintah Filipina mengizinkan pengejaran terhadap perompak dan teroris di Filipina Selatan hingga melintasi perbatasan laut RI-Filipina. Semua dilakukan dalam kerangka semangat ASEAN, yakni keamanan dan stabilitas kawasan," katanya. Ryamizard juga mengatakan ada sejumlah terobosan kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dan Filipina terkait penyanderaan warga negara Indonesia oleh kelompok Abu Sayyaf.
"Filipina sangat positif dan terbuka dalam menyelesaikan persoalan keamanan di Kepulauan Sulu," kata Ryamizard. Terkait kesepakatan yang dicapai, Kemhan sudah menghubungi Kementerian Luar Negeri, Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan HAM dan Mabes TNI untuk menindak lanjuti kesepakatan yang dicapai.
Kemarin pagi, Kamis (1/7/2016) penulis ikut hadir dalam rapat kordinasi pembebasan sandera di kantor Kemenhan, dimana Menhan mendapat perintah Presiden Jokowi untuk mengambil langkah-langkah penyelamatan serta antisipatif agar pembajakan dan penyanderaan serupa tidak terulang kembali. Rapat yang dihadiri instansi terkait kemudian dilanjutkan dengan kordinasi timsus yang dipimpin oleh Kepala Badan Instalasi Strategis Nasional (Kabainstranas) Kemhan, Mayor Jenderal Paryanto.
Analisis
Dengan telah dilantiknya Duerte sebagai Presiden Filipina yang ke-16, nampaknya masa depan Abu Sayyaf diperkirakan akan meredup. Selama ini walau militer Filipina melakukan beberapa serangan terhadap kelompok sempalan MNLF yang jumlahnya tidak terlalu besar itu, tetapi hasilnya tidak optimal. Justru banyak anggota militer Filipina yang menjadi korban. Banyak masalah yang harus diselesaikan dan di tata sebagai akibat terlalu lamanya penanganan kelompok tersebut yang kini sudah mengakar di masyarakat Filipina Selatan.
Operasi tempur militer Filipina mengepung Abu Sayyaf (Foto:arsipardava)
Apabila dilihat dari sisi intelijen, sebenarnya Abu Sayyaf yang faksinya demikian banyak membuat kesalahan fatal melakukan pembajakan dan menyandera awak kapal WNI sampai tiga kali. Tanpa sadar, mereka menyentuh harga diri dan persatuan serta kesatuan bangsa Indonesia. Selama sebelas tahun Abu Sayyaf tidak pernah mengganggu aliran pengiriman batubara dari Indonesia ke Filipina. Mengapa kini mereka ganggu dan menyandera serta menuntut tebusan. Menjadi pertanyaan penulis apa di belakang aksi pembajakan itu. Nampaknya bukan sekedar tuntutan uang belaka.
Penulis melihatnya sebagai ada upaya memanfaatkan kebodohan, justru akan menghabisi mereka. Perancang memahami bahwa penggantian kepemimpinan nasional Filipina kepada Duerte yang keras akan merilis kerjasama erat dengan Indonesia dalam menangani kejahatan yang berbau terorisme. Pemberontak Komunis, MNLF dan MILF justru akan diberi ruang oleh Duerte, tetapi Abu Sayyaf yang sudah berbaiat kepada Abu Bakr al-Baghdadi akan dilumpuhkan.
Abu Sayyaf oleh Duerte dinilai berbeda dengan MNLF dan MILF (Moro Islamic Liberation Front), meskipun sama-sama memeluk Islam dan memperjuangkan kemerdekaan dari Filipina. Abu Sayyaf yang juga merupakan sempalan dari MNLF tersebut tidak menyetujui otonomi khusus di Filipina Selatan. Tujuan utama dari kelompok Abu Sayyaf adalah untuk membentuk suatu negara merdeka yang menggunakan hukum-hukum syariah Islam sebagai dasar otoritas moral dari undang-undang negara, dan kemudian hukum syariah tersebut dijalankan dan dipatuhi oleh warganegara yang tinggal di negara tersebut.
Pengikut Isnilon Hapilon di Basilan dengan Bendera ISIS , kini Islamic State (Fofo : rappler)
Abu Sayyaf gencar memperjuangkan tujuan itu dengan memerangi aparat Filipina. Kelompok ini secara umum dikatakan tidak berpendidikan dan minim pengetahuan. Mereka bergabung karena pemahaman solidaritas, yang brutal dan liar. Melakukan perlawanan ke pemerintah Filipina karena merasa terintimidasi dan terdiskriminasi. Disebutkan juga oleh pengamat Abu Sayyaf, terdapat banyak sel berupa faksi seperti gerombolan-gerombolan, dimana terdapat dua cabang organisasi (sayap) utama, yaitu pertama, Abu Sayyaf di Basilan dipimpin oleh Isnilon Totoni Hapilon (Kepalanya dihargai US$5 juta oleh pemerintah AS), Hapilon sudah menyatakan baiat kepada pimpinan Islamic State Abu Bakr al-Baghdadi. Sementara sayap kedua berada di Sulu dibawah kepemimpinan Radulan Sahillon (Komandan Putol).
Anti Terrorism Task Force of Phillipines menyebutkan kekuatan Abu Sayyaf pada Tahun 2005 berjumlah 350 orang yang menyusut akibat operasi militer Filipina (tahun 2000 tercatat 1.269 orang). Menurut catatan Armed Forces of Phillipine pada Tahun 2008 kekuatannya sekitar 380 orang.
Pimpinan Abu Sayyaf di Basilan Isnilon Tontowi Hapilon yang Kepalanya Dihargai US45 juta Oleh pemerintah AS (Foto :asiaone)
Kelompok Abu Sayyaf sejak awal pendiriannya telah mengembangkan strategi operasional tempur, mempraktikkan taktik pengalihan kontra-ofensif, dimana unit sekunder menyerang pasukan militer lawan untuk mengalihkan perhatian lawan dari unit penyerangan utama (Turner,1995). Taktik ini dilakukan untuk menghindari konfrontasi langsung dengan pihak militer, kecuali dalam keadaan terpaksa dan terancam. Pergerakan Abu Sayyaf selalu berada dalam kegelapan, mengambil jalan dan jalur yang tidak umum dilalui dan mendapatkan dukungan dari penduduk lokal.
Nah, kini Filipina didatangi oleh Indonesia dalam semangat ASEAN sebagai the big brother, Menhan Ryamizard dalam kunjungan terakhir dipercaya oleh pemerintah Filipina dalam membaca ancaman dari Abu Sayyaf terkait masalah pertahanan keamanan (pembajakan dan aksi teror kelompok Islamic State), juga akan berdampak kepada perekonomian kedua negara. Pemerintah baru Filipina menyambut dengan antusias, dan bahkan mengijinkan militer Indonesia mengejar siapapun perompak yang mengganggu kapal berbendera Indonesia hingga ke wilayah Filipina.
Kita tunggu langkah pemerintahan Duerte yang diketahui mulai mengirimkan 6.000 pasukan untuk mengepung Abu Sayyaf yang kekuatannya hanya berkisar 300-400 orang. Intelijen militer Filipina yang sudah mengetahui keberadaan 7 sandera WNI kini sedang melakukan negosiasi untuk pembebasan. Menurut Menhan, personel TNI sudah bersiaga melakukan operasi militer. Bila opsi ini diambil, militer Filipina akan memimpin komando bagi prajurit TNI.
Militer Filipina mengerahkan hampir 10 batalyon pasukan untuk mengepung Abu Sayyaf, awalnya negosiasi, kemudian baru ops militer. Mampukah Abu Sayyaf bertahan dan yang penting apakah sandera akan selamat? (Foto: frontroll)
Dikatakan Ryamizard, "Masih dikepung terus, kan presiden baru (Rodrigo Duterte) ini mau mengajak negosiasi, kita lihat saja. Sudah Dikepung 6 ribu lebih. (Kita) tunggu dulu dia , karena mereka mengerahkan seluruhnya, masalah intelijen, kemudian pasukannya 6 ribu lebih banyak itu," ujarnya.
Apabila militer Filipina melakukan operasi gabungan dengan mengerahkan kekuatan udara, nampaknya Abu Sayyaf tidak akan mampu bertahan. Inilah titik rawan mereka karena tidak mempunyai kemampuan anti serangan udara. Hal serupa sebagaimana terbukti pada titik rawan teroris Islamic State di Irak. Sekitar 700 kendaraan IS dihabisi AU Irak saat berusaha melarikan diri dari Fallujah, dimana sebagian besar jihadis asal mancanegara dilaporkan tewas.
Yang akan lebih menyulitkan Abu Sayyaf, karena Filipina adalah sekutu Amerika. Dimana AS kini menempatkan penasihat militernya di Filipina. Apabila dalam operasi pelumpuhan nanti AS dilibatkan, maka Abu Sayyaf nampaknya hanya akan menunggu waktu, kemampuan menangkal teknologi perangnya hampir tidak ada. Secara kasar penghitungan baik kekuatan dan kemampuan perang gerilya akan sulit mempertahankan eksistensi mereka, dan hanya itu kemampuan terunggulnya, kombinasi gerilya dengan informasi intel informannya.
Penulis : Marsda Pur Prayitno Ramelan, Analis Intelijen, www.ramalanintelijen.net